Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flash Back
Seorang wanita berusia setengah abad lebih tengah berjalan sambil menenteng tas kresek di tangan nya, nampak dia akan menyeberang jalan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah dirasa aman, wanita itu menyeberang dengan berjalan perlahan.
Namun baru beberapa langkah dia berjalan, dari arah kanan terlihat sepeda motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dan, brakk...
Wanita itu tertabrak sepeda motor tersebut dan tersungkur di aspal dengan darah segar mengucur di beberapa bagian tubuh nya, nampak tubuh nya diam dan tak bergerak sama sekali. Sedangkan pengendara motor langsung kabur dan tidak memperdulikan korban nya.
Beberapa detik kemudian, nampak sedan berwarna hitam metalik berhenti ketika melihat keramaian di pinggir jalan. Ya, warga sekitar yang melihat kejadian langsung membawa wanita korban tabrak lari itu ke tepi agar tidak mengganggu pengguna jalan.
Seorang wanita paruh baya yang terlihat anggun, turun dari mobil mewah tersebut dan bertanya pada warga yang berkumpul, "ada apa ya pak?"
"Korban tabrak lari bu," jawab salah seorang warga.
"Ya udah, tolong bapak angkat saja ke mobil saya.. biar saya bawa ke rumah sakit," titah wanita yang nampak berkelas itu.
"Maaf nyonya, tapi korban laka lantas ini banyak sekali mengeluarkan darah,,," ucap sopir pribadi wanita paruh baya tersebut sedikit khawatir.
"Tak mengapa pak Darma, nyawa ibu ini lebih berharga daripada mobil saya," ucap nya dengan serius, "ayo pak, segera angkat ibu itu ke mobil," titah nya lagi seraya membukakan pintu mobil untuk korban tabrak lari tersebut.
Beberapa orang membantu mengangkat tubuh wanita tersebut dan membawa nya kedalam mobil, sedangkan pak Darma langsung kembali duduk di belakang kemudi dan bersiap melajukan kendaraan nya.
Sedangkan wanita paruh baya pemilik mobil, langsung duduk di jok belakang dan menemani korban. "Pak Darma, ayo kita cepat berangkat," titah nya pada sopir pribadi nya.
"Baik nyonya," jawab pak Darma patuh, dan segera melajukan kendaraan nya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota menuju rumah sakit.
Tak berapa lama, mereka tiba di rumah sakit umum. Pak Darma langsung turun dan memanggil perawat, "sus, ada korban kecelakaan di dalam mobil saya.. tolong cepat sus," pinta nya pada suster jaga.
Dengan bergegas, dua orang suster membawa brankar mendekat kearah mobil dan membantu pak Darma memindahkan korban keatas brankar. Suster segera membawa pasien menuju IGD untuk mendapatkan pertolongan.
wanita paruh baya yang menolong korban menunggu di depan ruang IGD, dia duduk dengan anggun sambil sesekali menatap pintu ruangan IGD tersebut.
Tak berapa lama dokter keluar, "keluarga pasien?" Tanya dokter sambil menatap wanita tersebut.
"Saya saudara nya dok, bagaimana kondisi korban dok?"
"Alhamdulillah, pasien sudah sadar dan hanya mengalami luka luar saja. Tidak ada yang serius," ucap dokter yang memeriksa korban menjelaskan.
"Dokter yakin? Sudah memeriksanya secara keseluruhan?" Tanya wanita tersebut nampak cemas.
"Sudah bu, anda tidak perlu khawatir. Tapi pasien harus dirawat paling tidak dua hari, untuk penyembuhan dan pemulihan luka nya. Silahkan, anda sudah bisa menemuinya sekarang," dokter jaga itu menjelaskan dengan gamblang kondisi korban.
"Baik dokter, terimakasih atas bantuan nya," ucap wanita itu dengan tulus. Dan kemudian segera masuk ke ruangan IGD, sesaat setelah dokter jaga meninggalkan nya.
"Bagaimana keadaan ibu?" Tanya wanita paruh baya tersebut, sesaat setelah dia berada di samping korban.
"Apa nyonya yang menolong saya?" Tanya wanita korban tabrak lari tersebut.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum hangat, "perkenalkan bu, nama saya Dewi," ucap nya mengenalkan diri nya.
"Saya Rahma, terimakasih atas pertolongan nyonya Dewi, tapi bolehkah saya minta tolong kembali?" Tanya wanita korban tabrak lari yang bernama Rahma itu ragu-ragu.
"Jangan panggil nyonya bu, panggil saja jeng,,, seperti nya usia kita enggak jauh beda ya? Dan saya akan memanggil mbak Rahma, kayak nya itu lebih enak di dengar," ucap nya dengan tersenyum ramah. "Oh ya, apa yang bisa saya bantu mbak?" Tanya bu Dewi dengan sopan.
"Saya ingin pulang sekarang bu Dewi, tapi saya belum kuat untuk pulang sendiri,,," bu Rahma menghentikan ucapan nya, kembali dia merasa ragu untuk meminta pertolongan.
"Mbak Rahma belum boleh pulang, mbak harus dirawat paling tidak dua hari agar benar-benar pulih," ucap bu Dewi seperti yang dia dengar dari dokter tadi.
"Tapi jeng,,"
"Enggak ada penolakan mbak, ini anjuran dokter." Sejenak bu Dewi nampak berfikir, "kemana saya bisa menghubungi keluarga mbak Rahma?" Tanya bu Dewi seraya menatap netra teduh bu Rahma.
Netra bu Rahma nampak berkaca-kaca, terlintas di benak nya bagaiman keadaan anak-anak asuh nya jika mereka tahu diri nya kecelakaan dan harus dirawat. Terbayang juga bagaimana Didi, anak angkat nya yang sejak lahir dia rawat dengan tangan nya sendiri mencari uang untuk membayar biaya pengobatan nya nanti? Dalam diam, bu Rahma menangis,,
"Mbak Rahma,," panggil bu Dewi seraya menepuk lembut punggung tangan wanita korban tabrak lari tersebut.
Bu Rahma tersentak dari lamunan nya, "iya jeng Dewi, maaf mbak sedang kepikiran sama anak-anak asuh mbak," ucap nya merasa tak enak hati.
"Anak-anak asuh?"
"Benar jeng Dewi, mbak mengasuh beberapa anak yatim di rumah. Sebagian masih kecil dan butuh perhatian mbak, jadi kalau mbak dirawat lama-lama di sini... bagaimana nanti dengan mereka? Dan lagi, anak angkat mbak yang sudah besar juga pasti kebingungan untuk membayar biaya rumah sakit jika mbak lama-lama berada disini."
"Mbak Rahma pemilik yayasan yatim piatu?" Selidik bu Dewi.
Bu Rahma menggeleng, "tidak jeng, hanya semacam rumah penampungan, karena mbak mengurus semuanya sendiri," ucap nya lirih.
Bu Dewi menatap dalam netra hitam bu Rahma, seolah meminta penjelasan.
"Mbak janda tanpa anak, dan menggantungkan hidup dari pensiunan suami. Suatu ketika mbak bertemu dengan seorang wanita muda yang tengah hamil besar, kondisi nya nampak sangat menyedihkan,,, dia sebatang kara dan diusir oleh mertua nya ketika suami nya melanjutkan studi di luar negeri."
"Akhir nya mbak membawa nya pulang, dan merawat nya hingga melahirkan,,," sejenak bu Rahma terdiam, netra nya berembun.
"Wanita muda itu meninggal sesaat setelah melahirkan putri nya," air mata lolos begitu saja dari sudut mata bu Rahma.
"Mbak yang merawat bayi itu dan membesarkan nya dengan kedua tangan mbak sendiri, dia adalah amanah yang diberikan kepada mbak... dari do'a-do'a yang mbak panjatkan selama hampir dua puluh tahun pernikahan mbak."
"Dan setelah kehadiran bayi itu, seakan beruntun Allah menitipkan amanah nya kepada mbak. Ada yang mbak temukan sedang kelaparan di pinggir jalan sambil mengais sampah, lantas mbak ajak untuk pulang. Ada juga yang dititipkan oleh saudara nya karena orang tua nya sudah meninggal, sedangkan paman dan bibi nya tak memiliki biaya." Bu Rahma bercerita tentang asal muasal anak-anak asuh nya.
"Tadi mbak Rahma bilang, khawatir anak angkat cari biaya untuk pengobatan? Apakah diantara mereka ada yang sudah dewasa dan bekerja?" Tanya bu Dewi hati-hati.
Bu Rahma mengangguk,, "iya jeng, ada dua orang yang sudah cukup dewasa. Mereka yang membantu mbak mencukupi kebutuhan anak-anak." Jawab bu Rahma seraya tersenyum bahagia, dia teringat wajah cantik putri nya yang centil dan selalu ceria.. juga pekerja keras, dan semua hasil kerja keras nya selalu dia berikan kepada ibu angkat nya itu.
Bu Dewi nampak tersenyum, "mbak Rahma harus tetap dirawat disini selama dua hari. Untuk biaya pengobatan, saya yang akan menanggung nya. Dan masalah anak-anak, mbak enggak usah khawatir.. bukankah sudah ada yang cukup dewasa yang bisa menjaga adik-adik nya?"
"Kalau soal itu, jeng Dewi benar. Tapi, tentang biaya rumah sakit... maaf, mbak enggak bisa menerima nya." Tolak nya merasa tak enak hati.
"Tidak apa-apa mbak, jangan sungkan."
Sesaat suasana menjadi hening, masing-masing sibuk dengan pikiran nya sendiri.
"Mbak mau menerima bantuan jeng Dewi tapi jika mbak sudah punya uang, mbak akan mengembalikan nya," ucap bu Rahma setelah beberapa lama mereka terdiam.
"Enggak perlu mbak,," kekeh bu Dewi ingin membantu, "emm,, mbak, gimana kalau sebagai gantinya saya minta satu putri mbak Rahma untuk saya jadikan menantu?" Pinta bu Dewi hati-hati.
"Maksud jeng Dewi?!"
"Iya mbak, saya punya anak laki-laki yang dulu pernah terluka karena seorang wanita. Hingga kemudian dia menjadi sangat dingin dengan wanita, dan tidak mau menikah sampai sekarang," nampak netra bu Dewi berkaca-kaca.
"Saya mohon, mbak mengijinkan satu putri mbak untuk dipinang anak saya. Saya mau anak saya segera menikah dan bisa bersikap hangat seperti dulu lagi," pinta bu Dewi terisak.
Bu Rahma terdiam untuk beberapa saat, dan semenit kemudian dia mengangguk meski nampak sedikit ragu. " Mbak akan bicarakan dahulu dengan putri mbak," jawab nya lirih.
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..