Sepuluh bulan lalu, Anna dijebak suaminya sendiri demi ambisi untuk perempuan lain. Tanpa sadar, ia dilemparkan ke kamar seorang pria asing, Kapten Dirga Lakshmana, komandan muda yang terkenal dingin dan mematikan. Aroma memabukkan yang disebarkan Dimas menggiring takdir gelap, malam itu, Anna yang tak sadarkan diri digagahi oleh pria yang bahkan tak pernah mengetahui siapa dirinya.
Pagi harinya, Dirga pergi tanpa jejak.
Sepuluh bulan kemudian, Anna melahirkan dan kehilangan segalanya.
Dimas dan selingkuhannya membuang dua bayi kembar yang baru lahir itu ke sebuah panti, lalu membohongi Anna bahwa bayinya meninggal. Hancur dan sendirian, Anna berusaha bangkit tanpa tahu bahwa anak-anaknya masih hidup. Dimas menceraikan Anna, lalu menikahi selingkuhan. Anna yang merasa dikhianati pergi meninggalkan Dimas, namun takdir mempertemukannya dengan Kapten Dirga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
01. Malam mengubah segalanya
Restoran hotel malam itu dipenuhi cahaya hangat dan lantunan musik lembut. Anna tersenyum kecil ketika melihat Dimas datang menghampirinya dengan seragam dinas yang belum sempat ia lepas. Wajah suaminya terlihat letih, namun tetap tampan seperti dulu atau mungkin Anna yang terlalu merindukannya.
“Hai, Mas…” Anna berdiri, memeluknya singkat.
Dimas hanya menepuk punggungnya. Tak ada kehangatan, tak ada rindu. Namun Anna menutup mata pada tanda-tanda itu. Dia ingin percaya bahwa malam ini adalah awal perbaikan pernikahan mereka.
Mereka makan malam dalam percakapan dingin. Anna mencoba membuka topik, tapi Dimas terus melihat jam seolah ia ingin segera pergi. Hingga akhirnya, setelah hidangan penutup dihidangkan, Anna merasakan sesuatu aneh di tubuhnya.
Kepalanya terasa berat, pandangannya mulai bergoyang.
“Mas … aku merasa pusing,” ucap Anna, memegang keningnya.
“Wajar, kamu kecapekan,” jawab Dimas cepat.
Namun suaranya terdengar terlalu tenang. Anna ingin bangkit, tapi lututnya melemas. Tangannya gemetar. Dunia mulai terasa seperti kapal yang oleng.
“Mas … ini bukan pusing biasa…” suaranya melemah.
Dimas berdiri, mengulur tangannya seakan peduli.
“Ayo, aku bantu kamu ke kamar, kita akan istirahat.”
Anna mengangguk pelan. Ia percaya dan tak pernah tahu bahwa parfum yang samar-samar ia hirup sejak tadi bukan aroma ruangan melainkan cairan perangsang yang disemprotkan Dimas diam-diam pada syalnya sebelum makan malam.
[Bawa dia ke ruangan 666] pesan itu masuk, Dimas hanya melihat sekilas lalu langsung menyimpan kembali ponselnya.
Dimas menuntun Anna ke lantai atas. Anna semakin limbung, dan akhirnya benar-benar tak sanggup berdiri. Dimas mengangkatnya setengah terpaksa, menyeret tubuh lemah istrinya menuju sebuah kamar hotel.
Dimas berhenti di depan pintu nomor 999. Tapi Dimas tidak terlalu memperhatikan, tidak melihat dengan jelas pesan yang dikirim oleh seseorang, dia tidak peduli.
Yang ia tahu hanyalah, ia harus meletakkan Anna di kamar bos besar, pria pemilik agensi tempat Asti bekerja. Pria yang menjanjikan karier, uang, dan jalan mulus untuk selingkuhannya itu. Anna hanyalah alat dalam permainan kotor mereka.
Tanpa memeriksa nomor kamar dengan jelas, Dimas mendorong pintu yang kebetulan tidak terkunci. Ia mengangkat tubuh Anna dan menjatuhkannya dengan kasar di atas ranjang.
Setelah itu Dimas menyemprotkan parfum perangsang itu sekali lagi di seluruh ruangan, memastikan aroma memabukkan itu memenuhi udara.
Kemudian ia pergi, menutup pintu rapat-rapat dan berlari ke arah lift untuk menemui Asti yang sudah menunggunya di kamar lain. Di dalam kamar 999, suara hujan terdengar samar dari balik jendela.
Dari kamar mandi, suara air mengalir. Kapten Dirga Lakshmana sedang mandi, baru saja pulang dari dinas luar negeri setelah berbulan-bulan memimpin operasi intens. Ia kembali ke tanah air sebagai kapten yang disegani, dingin, dan nyaris tak pernah mempercayai siapa pun. Ia tidak tahu bahwa seseorang telah menaruh seorang wanita tak sadarkan diri di ranjangnya.
Dia tidak tahu bahwa aroma yang mulai merayap keluar dari pintu kamar mandi bukanlah parfum hotel, melainkan perangkap yang akan menghancurkan satu bab hidupnya. Dan ia tidak tahu bahwa malam itu hidupnya akan berubah selamanya.
Uap hangat mengepul ketika pintu kamar mandi terbuka. Kapten Dirga Lakshmana melangkah keluar hanya dengan handuk melilit di pinggangnya. Rambutnya masih basah, otot bahunya tegang karena kelelahan setelah perjalanan panjang.
Dia hanya ingin tidur, besok ia harus kembali ke markas, mengambil alih jabatan barunya tanpa pernah tahu bahwa salah satu anak buah yang akan ia pimpin adalah suami dari wanita yang kini terbaring di ranjangnya.
Dirga berjalan ke arah meja, meraih handuk kecil untuk mengeringkan rambut. Tapi langkahnya berhenti, tubuhnya menegang.
Ada seseorang di ranjangnya, seorang wanita yang tengah menggeliat seakan merasakan hawa panas kamar.
Dirga membeku, untuk seorang kapten yang terbiasa memimpin puluhan pasukan, hampir tidak ada hal yang bisa membuatnya terpaku. Tapi melihat sosok wanita asing terbaring di sprei putihnya, itu di luar nalar.
“Apa ini?” Dia mendekat perlahan, naluri waspadanya bekerja cepat. Tatapannya menyapu kamar, mencari tanda-tanda ancaman, penyusup, atau jebakan.
Dirga mengerutkan kening, wajah wanita itu pucat. Nafasnya berat, gaun biru yang ia kenakan tampak kusut akibat diseret.
“Siapa kamu?” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada diri sendiri.
Namun sebelum ia sempat menyentuh bahu Anna, aroma aneh menyeruak di udara. Manis, hangat dan terlalu memikat untuk menjadi parfum biasa. Dirga menghirup tanpa sengaja, dan tubuhnya langsung merespons.
Denyut nadinya meningkat, kepalanya sedikit berat dan dadanya terasa panas.
“Apa-apaan ini!” Dirga memegangi tengkuknya.
Dia sudah pernah mencium aroma seperti ini. Di luar negeri, digunakan untuk menjebak seorang jenderal. Aroma yang membangkitkan impuls dasar manusia dan menghancurkan pertahanan mental.
Dirga mundur selangkah, dua, tiga. Tapi semakin jauh ia mencoba menjauh, aroma itu semakin pekat seolah menempel di kulitnya.
“Kambing hitam siapa yang mau menjatuhkanku?” gumamnya, rahangnya mengeras. Dia menatap Anna lagi, wanita itu tidak bergerak. Tidak sadar dan tidak tahu apa-apa. Dan itu justru membuat situasinya semakin gila.
Dirga mencoba menghela napas panjang untuk menetralkan tubuhnya tetapi sia-sia. Panas itu merayap naik, memaksa logika bertekuk lutut pada sensasi yang menyiksa sarafnya.
“Tidak … ini bukan aku,” desisnya.
Dia memejamkan mata, memaksa dirinya kembali waras. Namun kewarasan itu hancur ketika langkahnya tanpa sadar kembali mendekat ke sisi ranjang. Tangannya gemetar menahan diri, tapi aroma itu terus menerobos. Malam itu, segala pertahanan yang dibangun Kapten Dirga bertahun-tahun runtuh.
Dia tahu perbuatannya salah, dan dia tahu wanita itu bukan siapa-siapa. Mungkin dia juga tahu ini jebakan. Namun panas di tubuhnya tak memberi ruang untuk berpikir.
Dia tenggelam, dalam aroma yang bukan pilihannya. Dalam jebakan yang tidak ia sadari, dalam dosa yang tak pernah ia bayangkan.
Tangan kekar Dirga menyentuh sisi wajah Anna, wanita itu menggeliat oleh sentuhan Kapten Dirga. Satu ciuman mendarat di bibir Anna, hingga tanpa sadar Anna mengalungkan kedua tangannya di leher Kapten Dirga, yang dia sangka adalah suaminya.
ayo basmi habis semuanya , biar kapten dirga dan anna bahagia
aamirandah ksh balasan yg setimpal dan berat 🙏💪
kejahatan jangan dibiarkan terlalu lama thor , 🙏🙏🙏
tiap jam berapa ya kak??
cerita nya aku suka banget🥰🥰🙏
berharap update nya jangan lama2 🤭🙏💕