NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 3

...ADA Langkah kaki yang agak terburu-buru. Langkah kaki itu milik seorang pemuda tampan. Pemuda itu mengenakan Rompi warna putih dan celana coklat, kebalikan dari Pendekar Mabuk. Kemana pun pemuda itu pergi selalu membawa Bambu, seperti Suto Sinting. Tapi bambunya berwarna kuning dan panjang seperti tongkat pramuka dari gugus depan mana pun. Bambu yang mirip tongkat Pramuka itu dinamakan Toya. Itulah senjata si pemuda yang dikenal Suto Sinting Bernama Santana....

Sebenarnya ia bukan bernama Santana. Nama itu hasil singkatannya sendiri dari nama aslinya, Sandhi Tanayom. Ia memang pemuda yang kalem tapi konyol. Sepertinya tak pernah marah, Tapi tahu-tahu lawannya dibuat tak berdaya dengan jurus andalannya.

Pemuda itu jika ditanya, jawabannya selalu tulalit alias tidak nyambung. Suto Sinting sering dibuat jengkel jika berbicara dengan Santana. Ia dulu pernah mau membunuh Pendekar Mabuk karena dibayar oleh seorang ratu sesat. Tapi murid si Gila Tuak mengalahkannya dengan kecerdasan otaknya.

Pemuda yang berasal dari pulau parang itu sebenarnya ingin menuju ke gunung Pare untuk menemui mantan musuhnya yang menjadi Sahabat nya, yaitu mendung merah. Tetapi ketika ia melewati kaki bukit, tiba-tiba diserang oleh seseorang dengan sebongkah batu yang melayang dengan sendirinya. Batu itu semula ada di tanah yang menggunduk tinggi, Mirip anak bukit. Tiba-tiba saja batu tersebut Melayang cepat dari arah depan Santana. Wuuusss...!

"Babi!" Pekik Santana dengan kaget.

"Eh, bukan...! Batu?!" Tongkat bambu kuning segera bertindak. Sambil lakukan lompatan kesamping untuk hindari batu tersebut, Tongkat bambu kuning nya dihantamkan ke arah batu tersebut. Wuuut...! Duaaar....!

Batu itu pecah menjadi empat bongkah. Hantaman Toya ke batu timbulkan suara ledakan, Karena Toya itu selalu dialiri tenaga dalam yang cukup besar.

"Untung aku waspada, Kalau tidak waspada bisa wassalam nyawaku....," Ujarnya bersuara lirih. Santana geleng-geleng kepala pandangi batu yang nyaris merenggut nyawanya. Setidaknya membuat kepala nya pecah berkeping-keping.

"Siapa yang melempar kan batu ini padaku?" ujar batin nya sambil memandang ke arah datang nya batu tersebut. Di gundukan tanah yang mirip anaknya itu tak ada orang sepotong pun. Hidung orang saja tak terlihat di sana, Apalagi seluruh sosok tersebut. Tapi Santana yakin kalau batu itu pasti dilemparkan oleh seseorang.

"Tak mungkin anak kecil bermain katapel dengan batu sebesar kepala babi itu. Pasti orang dewasa yang konyol, Atau memang sengaja ingin membunuhku dengan batu itu. Hmmm..!" Santana tersenyum kalem dengan mata melirik kanan kiri , Ia berlagak melangkah lagi bagai tak pedulikan batu tersebut.

Lima langkah kemudian batu yang telah di tinggalkan dan pecah menjadi empat bongkahan itu tiba-tiba mencelat sendiri secara serentak.

Weers...! Keempatnya mengarah ke punggung dan kepala Santana. Dua bongkahan batu saling berserempetan bagai berebut ingin dulu-duluan kenai kepala Santana.

Traakk...! Suara itu yang mengandung kecurigaan Santana dan dengan cepat berbalik ke belakang.

"Edan!" Pekiknya kaget melihat  keempat batu menyerang bersama. Maka dengan cepat Santana jatuhkan diri ke tanah. Brukkk...! Wuuusss..! Keempat batu itu kenai sasaran kosong. Tapi Santana menyeringai kesakitan, karena ia jatuhkan diri bertiarap, Ternyata ulu hatinya terganjal sebongkah akar pohon yang muncul dari dalam tanah berbentuk seperti ujung tombak tumpul. Karuan saja napas Santana menjadi sesak karena ulu hatinya seperti di sodok dengan kuat. Perut pun terasa mulas.

Dengan tarikan napas panjang. Rasa sakit di ulu hati dapat sedikit teratasi. Ia segera bangkit dan memandang sekeliling lagi. Ia yakin ke empat bongkahan itu tak mungkin bisa bergerak sendiri. Pasti ada yang menggerakkan dan melemparkannya dengan kekuatan batin. Mungkin dari jarak jauh , atau dari tempat terdekat yang bersembunyi.

"Siapa yang usil padaku?! Silakan keluar dan tunjukkan tampangmu biar aku bisa ganti usil padamu!" Seru Santana dengan suara lantang, Tapi wajah nya kelihatan berang. Ia masih sempat tersenyum walau berkesan Sinis.

"Kalau kau tak berani tampakkan batang hidungmu, berarti kau banci! Kalau kau perempuan berarti perempuan ganjen yang tak laku walau jual diri!"

Santana sengaja memancing dengan hinaan supaya orang yang usil padanya itu mau tampakan diri. Ia penasaran dan ingin tahu siapa sebenarnya orang itu.

"Ayo tampakan batang hidungmu! Eh, kalau bisa jangan batang hidung saja yang nongol. Aku bisa lari ketakutan jika batang hidung mu saja yang nongol. Ayo , tongolkan wujudnya!"

Weeees....! Bruuuuuusss.....!

"Aaaow...!" Santana memekik sambil melayang bagai dilemparkan oleh kekuatan badai besar. Tubuh itu melayang sejauh delapan langkah dan jatuh terbanting setelah membentur pohon, Bruuukkk....!

"Aauuuuuuh....!" Rengek Santana  dengan suara berat. Ia segera bangkit dengan menggunakan tongkat nya sebagai penumpu tubuh. Kepalanya sempat berdenyut-denyut bagai ingin meledak karena benturan keras dengan pohon tadi. Namun Santana merasa masih sanggup menahan rasa sakit di kepala nya itu. Ia lemparkan pandangan ke arah datangnya terjangan tadi.

Pada saat itu sebenarnya Pendekar Mabuk tiba di tempat tersebut. Ia terpancing oleh suara ledakan saat Santana menghantam batu dengan bambu kuning nya tadi, tetapi Suto hanya berada di atas pohon rindang, karena ketika ia tiba di situ, ia melihat sekelebat bayangan menerjang santana. Santana jatuh, Suto Sinting melihat bayangan yang menerjang itu menjelma dalam bentuk seorang lelaki tua berusia sekitar tujuh puluh tahun.

Santana juga segera memandang ke arah lelaki tua berjubah abu-abu dengan rambut putih sepanjang bahu tanpa ikat kepala itu. Pakaian dalam yang di bungkus jubah berlengan panjang itu berwarna kuning, dengan ikat pinggang dari kain merah. Lelaki tua bertubuh kurus itu memandang Santana dengan mata cekung nya yang memancarkan ketajaman melebihi ujung pedang.

Rupanya pemuda itu mengenal siapa tokoh tua bertongkat merah ujung atasnya membentuk ukiran kepala naga sedang menganga ke langit itu, Hiasan rumbai-rumbai benang putih pada kepala tongkat membuat Santana yakin betul bahwa tokoh yang menerjangnya tadi adalah tokoh aliran hitam dari pulau wingit.

"O, rupanya kau usil yang usil padaku, Jahanam Tua?!" sapa Santana dengan senyum pahitnya. Mendengar nama Jahanam Tua di sebutkan Santana, Ingatan Pendekar Mabuk segera melayang pada seorang pemuda berambut kucai dan berwajah tampan. Pemuda itu mengenakan pakaian serba merah dengan punggung bajunya bergambar Tengkorak. Ia dikenal dengan nama Tengkorak Tampan itu adalah murid dari si Jahanam Tua.

Pemuda itu telah tewas saat lakukan pertarungan dengan Hantu Urat Iblis untuk merebut putri Raja Gundalana. Si Hantu Urat Iblis sendiri tumbang ditangan Suto Sinting.

"Sebaiknya kuikuti saja percakapan Santana dengan Si Jahanam Tua itu, supaya aku tahu apa persoalan sebenarnya sehingga Jahanam Tua menyerang Santana?!" Ujar Suto Sinting dalam hati.

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!