Aku adalah seorang gadis desa yang dijodohkan oleh orang tuaku dengan seorang duda dari sebuah kota. dia mempunyai seorang anak perempuan yang memasuki usia 5 tahun. dia seorang laki-laki yang bahkan aku tidak tahu apa isi di hatinya. aku tidak mencintainya dia pun begitu. awal menikah rumah tangga kami sangat dingin, kami tinggal satu atap tapi hidup seperti orang asing dia yang hanya sibuk dengan pekerjaannya dan aku sibuk dengan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak perempuannya. akan tetapi semua itu perlahan berubah ketika aku mulai mencintainya, namun pertanyaannya apakah dia juga mencintaiku. atau aku hanya jatuh cinta sendirian, ketika sahabat masa lalu suamiku hadir dengan alasan ingin bertemu anak sambungku, ternyata itu hanya alasan saja untuk mendekati suamiku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia greyson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Pagi ini, udara pagi yang terasa sangat segar serta embun masih menempel di dedaunan, aku bangun sambil melakukan aktivitas yang setiap aku lakukan, Hari ini hari minggu, saat kami bertiga selesai menikmati sarapan kami.Mas Arif mengajakku untuk pergi keluar.
“Amira, Aku mau ajak kamu dan Maira keluar.”
Amira terkejut mendengarnya ini pertama kalinya bagi dia di ajak oleh Arif keluar. “Keluar? Ke mana, Mas?”
“Jalan-jalan pagi. Taman yang berada dekat kompleks depan itu . Katanya udara pagi bagus buat hati yang pengap,” ucapnya ringan, sambil tersenyum kecil.
Amira terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Oke... ayok Maira kita siap-siap dulu.” Aku mengajak Maira yang belum sepenuhnya selesai dengan sarapan paginya, karena dia kelihatan masih mengantuk.
Setengah jam kemudian, kami bertiga sudah berada di dalam mobil. Maira yang bahagia di ajak keluar pagi ini, duduk di belakang sambil menyanyikan lagu anak-anak pelan-pelan, sementara Amira sesekali menoleh ke belakang dan ikut tertawa ketika Maira salah lirik menyanyikan lagunya. Bahagia sekali rasanya bisa pergi bertiga begini, apakah ini akan menjadi langkah awal menuju hubungan yang semakin baik. Pikir Amira tersenyum, namun dia kembali teringat akan Rani, mantan istri dari Suaminya. Tanpa Amira sadari ternyata Arif melihat raut wajah Amira ketika tersenyum tadi dan tiba-tiba saja senyumnya hilang secepat kilat, dia kembali merasa bersalah lagi terhadap Amira. Sesampai nya di taman yang mereka tuju, Amira dan Maira turun sedang akan Arif mencari tempat parkir untuk mobilnya.
Pagi ini suasana taman itu tidak terlalu ramai. Hanya Beberapa orang saja yang sedang berolahraga, ada yang membawa anjing peliharaan, dan sebagian anak-anak bermain di ayunan. Maira langsung menarik tangan Amira. Dia menarik tangan Amira menuju sebuah Ayunan mungkin dia ingin bermain disana kata Amira dalam hatinya. Amira mengikuti kemana Maira membawanya dan ya dia mengajak Amira bermain ayunan, Amira dengan sigap mengayun Maira, Tanpa Amira sadari ternyata Arif melihat kedekatan antara dia dan anak nya itu. Lelah bermain ayunan bersama anak tirinya, Amira memilih duduk di bangku taman, dan meninggalkan Maira bermain ayunan sendiri sambil diperhatikan dari jauh.
Saat Amira duduk di bangku taman, Arif ikut juga duduk di sampingnya. Beberaoa saat saking diam, mereka hanya menikmati angin pagi dan suara tawa Maira.
“Terima kasih ya, Mira,” kata Arif tiba-tiba. Dia kaget kenapa Arif, memanggil nama nya dengan Mira, karna selama ini tidak adiak yang memanggilnya begitu, akan terapi dia pura-pura biasa saja ketika Arif memanggil nya seperti itu.
Amira menoleh, sedikit terkejut. “Terima kasih Untuk apa mas Arif? ”
“Terimaksih karna kamu mau untuk tetap bertahan disini untuk maira dan aku. Untuk bikin pagi ini terasa seperti… pagi keluarga yang terlihat sangat bahagia."
Amira menunduk pelan, menahan senyum.
Mas Arif menatap lurus ke depan, lalu berkata pelan, “Mungkin aku masih belajar mencintai kamu, tapi hari ini, aku tahu satu hal aku sangat bahagia bahagia sekali bisa duduk di sini, bersamamu dan Maira.”
Ma'af ya, mungkin kamu kecewa dengan kata-kataku malam itu, ma'af mungkin kamu juga tidak bisa menerima jika aku juga masih mencintai mantan istriku, ucap Arif lirih sambil menundukkan kepalnya.
" Tidak mas, aku bisa menerima kenyataan jika saat ini kamu masih mencintai mantan istrimu itu mas." Amira
Terimaksih sudah hadir dalam hidupku dan Maira, aku bersyukur ternyata ada seseorang yang dengan tulus menyayangi anakku selain aku. Terimaksih juga untuk hari ini, semoga ke depannya kita akan bisa terus menghabiskan waktu seperti ini.
Amira tidak menjawab. Dia hanya menatap Maira yang masih bermain, lalu menoleh ke arah Arif dan berkata lembut, “Kalau itu cukup untuk hari ini, aku bersyukur, dan aku juga menantikan hari dimana kita akan jalan-jalan lagi. Tetapi keluar berikutnya aku ingin kita pergi ketaman bermain, aku ingin melihat kebahagiaan Maira lagi, lebih bahagia dari hari ini." Amira
Arif menoleh dan mengangguk, lalu tanpa sadar, tangannya menyentuh punggung tangan Amira.
Tidak ada kata cinta, tidak ada pelukan. Tetetapi menurut Amira itu sudah menjadi warna baru dalam hidupnya.
Tapi pagi itu, langkah kecil mereka menjadi lebih nyata.
Dan Amira tahu, hatinya tak lagi berjalan sendiri. Amira juga berharap secepatnya kita bisa saling menyayangi sepeti orang-orang yang menikah dengan cinta pada umumnya.
Hari itu berakhir dengan cara yang sederhana, namun penuh makna. Setelah menikmati udara segar pagi hari, mereka bertiga kembali ke rumah. Sebelum sampai dirumah, Amira mengajak Suaminya untuk mampir Sebentar di sebuah supermarket karna beberapa bahan makanan sudah habis. Biasanya Amira akan berbelanja sendirian, tetapi hari ini dia belanja ditemani oleh anak sambung dan suaminya.
Maira langsung berlarian ke ruang tamu, bermain dengan mainan barunya yang ia beli di taman tadi. Dia samgat menyukai mainan nya itu.
Sementara itu, Amira dan Mas Arif duduk di teras belakang, menikmati secangkir teh hangat yang disiapkan Amira, juga beberapa cemilan yang mereka beli tadi.
Saat sedang menikmati secangkir teh, Arif berkata kepada Amira " Aku mulai berpikir tentang kita. Tentang masa depan. Aku tahu, aku nggak bisa langsung melupakan masa lalu. Tapi aku ingin kita coba, Mira. tapi secara Perlahan.”
"Maksudnya gimna mas ? " Tanya Amira pelan. Kadang aku merasa, kita seperti dua orang yang berjalan di jalan yang sama, tapi tak benar-benar saling menyentuh,” lanjut Mas Arif, berbicara lebih terbuka.
Amira menatapnya, mencoba menangkap makna dari kata-kata itu. “Apa yang kamu harapkan dari aku, Mas?” Apa kamu berharap aku akan menjadi seperti mantan istrimu mas, jika iya, maaf aku tidak bisa mas," sambil tersenyum kecut Amira mengatakan itu kepada suaminya.
Arif tersenyum kecil. “Tidak Amira, aku berharap. kita bisa belajar saling percaya. Aku nggak minta semuanya cepat berubah, tapi aku ingin kita mulai dari sini. Mulai dari hal kecil. Mungkin jalan-jalan pagi seperti tadi, atau sekadar berbicara seperti ini.”
“Pelan-pelan?” tanya Amira, setengah tertawa kecil.
“Iya, pelan-pelan,” jawabnya.
Baiklah mas, mari kuta mulai semuanya dengan perlahan, semoga secepatnya kita bisa menjadi suami istri yang semestinya mas.
Arif kemudian pamit untuk mengerjakan sesuatu diruang kerjanya, Amirapub mengiyakan kata Arif.
Setelah kepergian Arif, Amira duduk sendirian disana sambil melihat sesuatu yang disana, hatinya antara senang dan sedih, senang karena Arif sudah mulai belajar untuk dekat dengannya, tetapi dia juga sedih, bahkan dia pun tidak tau apa penyebab dia sedih. Dia melihat Maira sudah tidak beda main disana lagi, mungkin dia lelah dan tidur dikamar ya kata Amira. Dan mereka melanjutkan kegiatan mereka masing2 di hari itu.