Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Keluarga Mempelai Perempuan Tidak Datang
"Bu Syafa, rombongan dari pihak KUA sudah tiba. Silahkan calon mempelai pria segera dibawa keluar," berita salah satu pihak WO seraya menghampiri Sakala.
Sakala dan Syafana terlihat kecewa, mereka pikir yang datang adalah pihak keluarga perempuan. Walau demikian, Sakala tetap harus keluar untuk menemui Pak Penghulu yang sudah disambut duluan oleh papa dan keluarga besarnya.
"Ka, ternyata bukan mereka. Lalu, bagaimana, apakah telpon Seira sudah bisa dihubungi lagi?" Syafana menatap wajah Sakala yang terlihat bingung. Sekali lagi dia mencoba menghubungi nomer Seira, akan tetapi tetap saja nomernya tidak bisa dihubungi.
"Tetap tidak bisa, Ma. Hp Seira tidak aktif," ujar Sakala semakin bingung.
"Bu Syafa," sela orang WO memperingatkan Syafana kembali.
"Baik, kami segera keluar. Sebentar, ya," balas Syafana sembari tersenyum menyembunyikan kegelisahan.
"Ayo, Ka. Kita keluar saja menemui Penghulu. Semoga saja sebentar lagi pihak keluarga perempuan segera datang," harap Syafana seraya meraih lengan Sakala dan membawanya keluar.
Syafana mengantar sang putra sampai meja ijab kabul. Dengan hati yang berdebar-debar, Saka menduduki tempat di mana ia akan mengucapkan janji ijab kabul berhadapan dengan Pak Penghulu serta pihak KUA lainnya yang turut menjadi saksi. Dallas dan keluarganya kini sudah pindah dan duduk mengitari meja ijab kabul. Semua kini hanyalah menunggu keluarga pihak perempuan yang belum datang.
Untuk beberapa saat mereka terlibat obrolan ringan. Hingga tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 Wib. Pak Penghulu dan yang lain mulai melihat jam di tangan tidak sabar.
Semua anggota keluarga Sakala pun sama, mulai melihat jam tangan disertai wajah yang gelisah.
"Bagaimana, kira-kira mempelai perempuannya berapa menit lagi akan tiba? Sepertinya ini sudah semakin siang, jam 10.00 Wib, saya harus segera pamit untuk menuju ke pernikahan yang lain," ujar Pak Penghulu.
"Sebentar lagi Pak, ditunggu. Sepertinya pihak perempuan sedang mengalami kendala di jalan," sahut Dallas ngarang cerita untuk meredam rasa tidak sabar Pak Penghulu.
Dallas bergegas menuju pintu keluar, di sana dia mendongak ke arah jalan mencari tanda-tanda pihak keluarga mempelai perempuan datang.
"Ada apa ini, kenapa pihak perempuan belum satu orang pun hadir? Tamu undangan dari pihak perempuan pun belum ada yang sampai, benar-benar aneh," gumam Dallas risau.
"Bagaimana ini Als, apakah kamu tidak berusaha mencari tahu, kenapa dan ada apa dengan mereka? Apakah ada kendala di jalan?" Daisya sudah berada di samping Dallas, dia ikut gelisah karena sudah lebih setengah jam pihak dari keluarga perempuan belum ada yang datang.
"Belum Mbak, Als juga bingung harus berbuat apa. Kalau memang mereka ada hambatan, harusnya salah satu atau siapapun dari pihak keluarganya menghubungi kita. Kira-kira kenapa dengan mereka dan hambatan apa yang menghadang mereka?" ujar Dallas benar-benar risau.
"Coba cari tahu Als, suruh beberapa anak buahmu mencari tahu. Sepertinya ada yang tidak beres. Mbak merasa ada hal yang direncanakan mereka. Masa iya, tamu undangan dari pihak perempuan belum ada satupun yang datang. Lihat Saka dan istrimu, dia terlihat sangat sedih. Seumpama mereka tidak datang, Syafa dan Sakala akan sangat kecewa," Daisya mendesak Dallas untuk mencari tahu lewat anak buahnya.
"Baiklah, Als akan hubungi anak-anak. Biar mereka mencari tahu." Dallas setuju dengan saran sang kakak. Dia segera menghubungi anak buahnya.
"Kerahkan anak-anak untuk mencari tahu kenapa keluarga calon mempelai perempuan belum juga datang? Nanti alamat rumahnya saya share loc," tegas Dallas dalam sambungan telpon.
"Gimana Als?" tanya Daisya setelah Dallas mengakhiri telpon.
"Anak buah Als akan bergerak mencari tahu ke alamat rumah keluarga perempuan."
"Baiklah. Semoga saja mereka benar hanya ada kendala di jalan, sehingga mereka terlambat ke sini. Tapi, apa mungkin semua tamu undangan dari pihak perempuan mengalami hambatan juga? Walaupun misalkan benar Seira mengundang 200 orang, tidak mungkin semua diantara mereka mengalami hambatan. Mbak jadi curiga," ujar Daisya lagi seraya bersidekap tangan.
"Kalian pasti sedang membicarakan keluarga mempelai perempuan? Kalian mencurigai apa?" Tiba-tiba Pak Dirham dan Bu Delima sudah berada di belakang Daisya dan Dallas.
"Kami memang sedang membicarakan keluarga pihak perempuan yang belum sampai-sampai, anehnya lagi tamu undangan dari pihak perempuan masa belum ada satupun yang datang? Dais jadi curiga, apakah ini murni kebetulan atau kesengajaan? Dari awal calon istri Saka datang, Dais sudah merasa kurang srek. Entah kenapa, pertama kali melihat senyuman dan wajah gadis itu sedikit mirip mantan istri Dallas, membuat Dais parno dan sempat berpikir negatif. Tapi, semoga saja ketakutan Dais tidak terjadi," urai Daisya sembari menggelengkan kepala.
"Tapi, nyatanya gadis itu bukan kerabat Dista, kan? Saat acara lamaran, bahkan kita baru kenal dengan kedua orang tua Seira. Dan mereka bukan salah satu dari saudara Dista," sela Bu Delima.
"Itulah yang saat ini sedang Dallas cari tahu, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Als sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari tahu," ujar Daisya dengan wajah yang berubah gemas.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.55 Wib, dengan berat hati Pak Penghulu dan rombongan pamit, karena sudah ditunggu di pernikahan lain.
"Maafkan kami Bu, bukan kami tidak ingin menunggu, berhubung di tempat lain sudah ada yang menunggu untuk dinikahkan, maka kami terpaksa undur diri. Mengenai pernikahan ini, jika mempelai perempuan sudah datang, Ibu dan keluarga bisa hubungi saya di atas jam satu siang, kami bisa datang kembali untuk menikahkan," ujarnya berpamitan pada Syafana yang sejak tadi diam gelisah.
"Baiklah, Pak. Mohon maaf sudah membuat Pak Penghulu dan rombongan menunggu. Dan saya mewakili keluarga, mengucapkan terimakasih karena Bapak mau memberikan toleransi terhadap kami untuk melaksanakan pernikahan di jam lain," ucap Syafana dengan wajah dipaksa tersenyum.
"Mohon maaf, ya, Pak," timpal Sakala yang sejak tadi masih berusaha menghubungi pihak Seira. Tapi sayangnya nomer Seira sama sekali tidak bisa dihubungi.
Syafana dan Saka berdiri mengantar rombongan Pak Penghulu yang berpamitan karena akan menikahkan pengantin lain.
Rombongan Penghulu sudah pulang, kini giliran keluarga Sakala yang kalang kabut. Mereka bukan gelisah lagi, bahkan wajah-wajah muram serta sedih sudah terlihat.
"Bro, gimana, pernikahannya? Ada apa sebenarnya?" Arka dan salah satu rekan sesama anggota menghampiri Sakala yang masih berbalut baju pengantin. Wajahnya kini dibalut sedih dan kecewa. Sudut matanya seperti berembun.
"Entahlah. Aku sudah hubungi Seira, tapi nomernya tidak aktif. Sementara Papa sedang mencari tahu kenapa pihak keluarga perempuan belum datang," jawab Sakala sedih.
"Ini mesti ada apa-apa. Biar aku cari tahu. Kurang ajar, seenaknya mereka mempermainkan," tukas rekan Sakala satunya lagi, yang berwajah sedikit galak dengan mimik geram.
***
Sudah dua jam lebih, tapi keluarga pihak perempuan sama sekali belum datang satu pun. Dallas geram, mukanya menyimpan amarah. Sementara Syafana, dia sudah menangis sejak tadi. Hatinya hancur melihat pernikahan sang putra batal gara-gara pihak perempuan tidak datang.
"Selidiki Als. Siapa sebenarnya mereka? Sepertinya ini faktor kesengajaan. Tolong kerahkan anak buahmu, Papa juga akan cari tahu siapa sebenarnya Siera dan keluarganya itu," ujar Pak Dirham murka merasa dikecewakan.
"Als sudah mengerahkan anak buah Als, Pa. Tapi belum ada kabar apapun," jawab Dallas. Namun, tiba-tiba ponsel Dallas berdering, Dallas segera menerima panggilan itu.
"Bagaimana, ada kabar apa? Apa? Mereka sudah tidak berada di alamat rumah itu?" kejut Dallas seraya mengakhiri panggilan dari salah satu anak buahnya.
Siapakah sebenarnya Siera itu? Nantikan kelanjutannya besok ya. Doakan Author sehat dan banyak ide. Kalian juga sehat dan selalu bahagia.
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️