Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Bawa masuk, saya akan menyusul nanti, saya harus menemui paman saya terlebih dulu" ucap seorang perempuan di seberang sana.
"Baik nona" sahut salah satu pria berbadan kekar itu yang tengah mengenakan earphone di telinganya.
.
Tiiit..
Panggilan itu langsung terputus, salah satunya menatap ke arah temannya.
"Bawa masuk ke dalam kamar ini" ucapnya menunjuk ke arah salah satu kamar hotel yang ada di sana.
Temannya mengangguk, tangannya menyentak pergelangan tangan pria yang ada di dalam pegangan kuatnya.
"Lepas!" Pekik pria yang sedang di pegang kedua tangannya itu.
"Diam! Jangan membantah, nona kami segera datang, jadi jangan banyak sekali tingkah, kamu cukup turuti, dan kamu akan dapat enaknya" seru temannya itu.
Pria yang bernama Gus Ikram itu menggelengkan kepalanya kencang, mencoba menepis tangan keduanya, namun lagi dan lagi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga kedua pria itu.
"Tolong, lepaskan saya. Saya akan bayar mahal kalian jika kalian mau melepaskan saya." Tidak ada pilihan lain, Gus Ikram bernegosiasi pada keduanya, berharap kedua pria itu mau menolongnya.
Keduanya tertawa mendengar perkataan Gus Ikram. "Kami tidak gila uang. Kami setia dengan bos kami. Lagian uang yang di kasih bos kami banyak," sahut salah satunya.
"Saya mohon, saya sudah punya istri, saya tidak mungkin melakukan nya dengan perempuan lain." Gus Ikram berulangkali beristighfar mencoba menetralisir rasa yang mendera di dalam dirinya sana.
"Halah, jaman sekarang itu banyak ya yang begituan. Jangan munafik kamu, walaupun punya istri tapi pasti kamu mau kan kalau di tawarin dengan perempuan lain? CK, munafik sekali anda ini"
"Iya, mana mungkin ada yang setia sama satu istri doang"
Gus Ikram menggelengkan kepalanya. "Saya benar-benar tidak mau melakukannya dengan orang lain. Bagi saya hanya cukup dengan istri saya. Dan dosa besar melakukan hubungan seperti itu jika tidak dengan yang bukan mahramnya."
Keduanya kembali tertawa terbahak-bahak mendengar ceramah dari Gus Ikram, "Heleh, lagaknya sok alim, tapi kenapa datang juga ke acara ini? Kalau kamu memang orang alim, mana mungkin berada di tempat ini."
"Saya di jebak, saya tidak tau kalau acaranya seperti ini,. Jadi tolong saya."
"Kebanyakan bacot, masukin aja ke dalam kamar itu, jangan sampai nona Dona marah karena tawanan nya kabur."
Deg
Mendengar nama Dona di sebut, Gus Ikram mengepalkan tangannya dengan kencang, sungguh tidak pernah terbayangkan olehnya perempuan itu akan menjebaknya seperti ini. Pantas saja dia sangat gencar mengundang Gus Ikram untuk menghadiri acara ini.
Rupanya ada maksud lain.
Dua orang bodyguard itu membawa masuk tubuh Gus Ikram yang sudah terpengaruh oleh obat per2ngsang, bahkan Gus Ikram berulang kali mendesis karena merasakan sesuatu yang sudah timbul di dalam dirinya sana.
Brugggh
Keduanya langsung melemparkan Gus Ikram ke atas ranjang.
"Kita keluar" setelah itu keduanya keluar dari dalam kamar itu, dan meninggalkan Gus Ikram sendirian di sana.
Keduanya juga tidak lupa mengunci pintu kamar itu, namun mereka melupakan mencabut kunci itu, mereka langsung pergi dari tempat itu saat sudah memastikan tugas mereka selesai...
*
"To--tolong!!" Suara teriakan seseorang membuat seorang gadis cantik yang sedang mengepel lantai itu langsung terkesiap.
Mata bulatnya yang indah itu, langsung menatap sekelilingnya yang sepi tidak ada orang sama sekali, dirinya hanya sendirian di lantai 20 ini.
"Ya ampun... Apa jangan-jangan hantu ya?" Bulu kuduk gadis bertubuh mungil itu sudah merinding, membayangkan wajah-wajah hantu yang pasti nya akan di temui olehnya.
Tangannya bahkan sudah memegang tengkuk lehernya, bibir mungilnya yang berwarna pink alami itu terus menggumamkan istighfar berulangkali.
Ya walaupun dirinya tidak mengenakan hijab, tapi gadis cantik itu tau sedikit tentang agama. Almarhumah ibunya-lah yang selalu mengajarkan agama tentangnya.
"Ya Allah, lindungi hamba mau kerja, mau cari duit buat makan besok, jadi jangan di ganggu ya." Ucap Ramiah menelungkup kan kedua telapak tangannya berdoa.
Gadis cantik bernama lengkap Putri Ramiah itu kembali melanjutkan pekerjaannya lagi, mengambil kain pel yang tadi sempat di letakkan olehnya, kembali menyapukannya pada lantai itu.
Baru beberapa kali gerakan tangannya mengepel lantai, Ramiah kembali mendengar suara seseorang lagi.
Dug dug dug
"Tolong, siapa saja yang di luar, to--tolong buka pintunya!"
Mata Ramiah langsung terbelalak mendengarnya, jantungnya berderu kencang, suara itu terdengar lagi, dan kali ini Ramiah mendengarnya lebih jelas lagi. Tangannya meremas kencang pegangan pada pel itu.
Ada seseorang yang meminta tolong. Tapi benarkan? Bukan hantu?
"Siapa ya?" Tanya Ramiah, sambil berjalan mendekat ke arah sebuah pintu kamar hotel yang ada di lorong itu, setelah meletakkan pelnya di ember yang di bawa olehnya tadi.
"Tolong saya! To--tolong minta bantuan kepada siapa pun, to--tolong keluarkan saya dari sini."
Ramiah langsung yakin, kalau yang di dengarnya itu suara manusia bukan hantu, gadis cantik itu langsung mencoba mencari pertolongan. Namun matanya memerhatikan pintu kamar hotel itu yang memang terkunci, tapi kuncinya mencantel di sana.
Para bodyguard itu melupakan kunci itu.
Langsung saja, tangan mungil itu memegang kunci dan memutarnya.
Ceklek...
Pintu kamar itu terbuka, dan langsung menampilkan sosok pria berbadan tinggi tegap mengenakan kemeja berwarna biru muda dan berdiri di hadapan Ramiah.
Seeet
"To--tolong saya." Lirih pria itu parau.
Ramiah mengerjapkan kedua bola matanya, lalu mengangguk. "Baik, mari saya antar anda ke bawa." Ucap Ramiah yang bingung juga harus menolong bagaimana orang yang ada di hadapannya saat sekarang ini.
Gus Ikram mengangguk, tapi matanya tidak sengaja menatap ke arah kaki milik gadis yang ada di hadapannya saat ini, tiba-tiba sesuatu yang berusaha dirinya redam akhirnya kembali muncul,
Gus Ikram mendesis merasakan pening yang sangat luar biasa hebat mendera padanya.
Bahkan Gus Ikram berusaha beristighfar berulang kali, namun sayang, nafsu mengalahkannya.
Sreeet
Gus Ikram menarik tangan gadis itu hingga masuk ke dalam kamar hotel itu.
Ramiah terkejut, meronta-ronta minta di lepaskan oleh pria yang tidak di kenal olehnya itu, namun sayang tenaganya tidak sebanding dengan pria itu.
"Leepas!!" Teriak Ramiah, saat tubuhnya sudah di kukung oleh tubuh besar itu. Bahkan deru nafas pria itu terasa hangat membelai lehernya.
Jantung Ramiah berpacu cepat, Ramiah memejamkan kedua bola matanya, merasakan sesak di dalam dadanya sana.
"Lepas!!!!" Teriak Ramiah lagi, namun Gus Ikram seakan tak mengindahkan perkataan gadis itu, dia sungguh butuh pelampiasan saat sekarang ini juga.
"Maaf, tapi saya harus melakukannya" bisik Gus Ikram tepat di telinga gadis itu.
Ramiah menggeleng, berusaha mendorongnya tubuh yang menghimpitnya itu. Tapi sayang, tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria itu.
"Saya mohon lepas" Ramiah sudah menangis,
Gus Ikram. seakan tuli, dan semakin melakukannya.
Hingga...
Sreeet
Gus Ikram melepaskan pakaian milik Ramiah, m3rob3knya dan membuangnya ke sembarangan arah.
Hingga kejadian yang tidak di inginkan pun terjadi...
*
Beberapa saat kemudian
"Hiks hiks, jahat" lirih Ramiah sambil terus menangis, bahkan tubuhnya sudah remuk redam akibat perbuatan pria itu.
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya