NovelToon NovelToon
Cinta 1 Atap Bareng Senior

Cinta 1 Atap Bareng Senior

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Galuh yang baru saja diterima di universitas impiannya harus menerima kenyataan bahwa ia akan tinggal di kos campur karena kesalahan administratif. Tidak tanggung-tanggung, ia harus tinggal serumah dengan seorang senior wanita bernama Saras yang terkenal akan sikap misterius dan sulit didekati.

Awalnya, kehidupan serumah terasa canggung dan serba salah bagi Galuh. Saras yang dingin tak banyak bicara, sementara Galuh selalu penasaran dengan sisi lain dari Saras. Namun seiring waktu, perlahan-lahan jarak di antara mereka mulai memudar. Percakapan kecil di dapur, momen-momen kepergok saat bangun kesiangan, hingga kebersamaan dalam perjalanan ke kampus menjadi jembatan emosional yang tak terhindarkan.

Tapi, saat Galuh mulai merasa nyaman dan merasakan sesuatu lebih dari sekadar pertemanan, rahasia masa lalu Saras mulai terungkap satu per satu. Kedekatan mereka pun diuji antara masa lalu Saras yang kelam, rasa takut untuk percaya, dan batasan status mereka sebagai penghuni kos yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 31 Jeda yang Membuka Mata

Setelah pertemuan tak terduga dengan Rangga di perpustakaan, Saras merasa seperti telah melepaskan beban besar dari pundaknya. Untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa tenang. Bukan karena Rangga telah benar-benar pergi, melainkan karena dirinya sendiri yang memutuskan untuk melepaskan.

Saras berjalan pelan di jalan setapak kampus yang mulai sepi, diterpa angin senja yang sejuk. Matahari yang perlahan tenggelam di balik gedung fakultas memberikan nuansa melankolis, namun justru membawa ketenangan. Di pikirannya, wajah Galuh terus melintas. Pria itu selalu ada saat ia butuh seseorang untuk bersandar, meski Saras sendiri sering kali menolak kehadirannya.

Sesampainya di kosan, pintu terbuka sedikit. Saras mendorong pelan dan menemukan Galuh sedang tertidur di sofa, dengan buku kuliah terbuka di dadanya. Ia tampak kelelahan, seolah menunggu Saras sejak tadi.

Senyum kecil merekah di bibir Saras. Ia meletakkan tasnya perlahan dan mengambil selimut untuk menutupi tubuh Galuh. "Terima kasih, Galuh," bisiknya lirih.

Keesokan paginya, suara ketukan dari pintu depan membangunkan keduanya. Galuh langsung bangkit, masih setengah sadar, lalu membuka pintu.

Seorang wanita berdiri di ambang pintu. Usianya sekitar pertengahan 40-an, mengenakan kemeja rapi dan membawa tas kecil di tangan.

"Permisi, ini kosan Saras ya? Saya Ibu Wulan."

Saras mendekat, kaget setengah mati. "Bu Wulan? Dari mana Ibu tahu saya di sini?"

"Aku dapat alamat ini dari Tante kamu, Saras. Aku... ingin bicara sebentar, kalau kamu bersedia."

Galuh mundur perlahan, memberi ruang bagi Saras dan tamunya untuk berbicara. Saras mengangguk singkat lalu mempersilakan Bu Wulan duduk di ruang tengah.

"Aku nggak datang untuk mengganggu, apalagi memaksa," ucap Bu Wulan setelah duduk. "Tapi aku dengar dari keluargamu kalau kamu mengalami banyak hal berat akhir-akhir ini. Aku pikir, mungkin kamu butuh seseorang untuk diajak bicara."

Saras menghela napas panjang. "Saya sudah melewati banyak, Bu. Tapi saya mulai belajar menerima dan berdamai. Terutama karena ada orang yang tidak menyerah untuk tetap ada di dekat saya."

Bu Wulan tersenyum penuh arti. "Itu bagus. Kadang kita tidak butuh banyak orang untuk sembuh, hanya satu yang tepat."

Obrolan mereka berlangsung tidak lama, namun cukup untuk membuat Saras sadar: masa lalu tidak harus menjadi beban jika ia bisa menghadapinya dengan kepala tegak.

Setelah Bu Wulan pergi, Saras menghampiri Galuh yang sedang duduk di balkon atas, mengamati langit sore yang cerah. Ia duduk di samping Galuh dan berkata, "Aku sudah ketemu seseorang yang dulu pernah sangat dekat denganku, tapi juga sangat menyakitiku. Tapi kali ini aku tidak lari, Galuh. Aku hadapi."

Galuh menoleh, tersenyum kecil. "Kamu kuat, Sar. Kamu bahkan lebih kuat dari yang kamu pikirkan."

Saras menatap Galuh lama, lalu berkata pelan, "Aku mungkin baru sadar, Galuh... bahwa selama ini kamu bukan cuma sekadar teman sekamar. Kamu yang mengajarkan aku arti kepercayaan, ketenangan, bahkan cinta..."

Galuh terdiam. Kata 'cinta' menggema di kepalanya. Ia mencoba menahan ekspresi, namun jantungnya sudah berdebar lebih cepat.

Saras tertawa kecil melihat ekspresi kaku Galuh. "Kamu kaget, ya? Aku juga kaget bisa bilang gitu. Tapi aku nggak nyesel. Kamu layak tahu."

Galuh menunduk sebentar, lalu menggenggam tangan Saras. "Kalau begitu... izinkan aku jadi orang yang tetap di samping kamu. Bukan hanya saat kamu butuh, tapi saat kamu ingin seseorang untuk berbagi tawa dan mimpi."

Saras mengangguk pelan. Kali ini tidak ada ketakutan. Tidak ada bayang-bayang masa lalu. Hanya ada langkah-langkah kecil menuju masa depan.

Dan semuanya dimulai dari satu titik: keberanian untuk membuka hati.

1
Esti Purwanti Sajidin
waaahhhhhhhh keren galuh nya,laki bgt
kalea rizuky
bagus lo ceritanya
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 1 replies
kalea rizuky
Galuh witing tresno soko kulino yeee
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
ceritanya bagus👌🏻
Irhamul Fikri: terimakasih kak🙏
total 1 replies
lontongletoi
awal cerita yang bagus 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!