NovelToon NovelToon
CHASING YOU IN THE RAIN

CHASING YOU IN THE RAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zoe.vyhxx

Haii…
Jadi gini ya, gue tuh gay. Dari lahir. Udah bawaan orok, gitu lho. Tapi tenang, ini bukan drama sinetron yang harus disembuhin segala macem.
Soalnya menurut Mama gue—yang jujur aja lebih shining daripada lampu LED 12 watt—gue ini normal. Yup, normal kaya orang lainnya. Katanya, jadi gay itu bukan penyakit, bukan kutukan, bukan pula karma gara-gara lupa buang sampah pada tempatnya.
Mama bilang, gue itu istimewa. Bukan aneh. Bukan error sistem. Tapi emang beda aja. Beda yang bukan buat dihakimi, tapi buat dirayain.
So… yaudah. Inilah gue. Yang suka cowok. Yang suka ketawa ngakak pas nonton stand-up. Yang kadang galau, tapi juga bisa sayang sepenuh hati. Gue emang beda, tapi bukan salah.
Karena beda itu bukan dosa. Beda itu warna. Dan gue? Gue pelangi di langit hidup gue sendiri.
Kalau lo ngerasa kayak gue juga, peluk jauh dari gue. Lo gak sendirian. Dan yang pasti, lo gak salah.

Lo cuma... istimewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoe.vyhxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

berdua

“ om ganteng udah pulang ?” Nada suaranya terdengar santai, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dari sekadar sapaan biasa.

Jeevan mengangguk .

“ terus.. oleh oleh buat istrinya mana ?”

“ istri?” Jeevan kebingungan dengan pertanyaan kian yang tiba tiba.

Kian mendengus pelan. seolah mencoba mengalirkan rasa kecewa yang mulai menumpuk. Tak biasanya Jeevan sebodoh ini dalam membaca isyarat. Biasanya, lelaki itu bisa menangkap petunjuk halus seperti jaring laba-laba yang hampir tak terlihat. Tapi kali ini? Buntu.

Astagaa!! Udah ngomong begitu . Malu ih!

Tau gitu gausah ngomong! Canggung. Tak biasanya kian diam kehabisan kata kata. Biasanya ia akan mengoceh setiap menit dan akan berhenti ketika perutnya lapar.

“ Om Jeevan itu baru pulang kerja, Ki,” suara Anvita memecah ketegangan, sambil meletakkan dua gelas minuman dingin di meja. “Oh iya, memangnya nggak capek langsung ke sini?”

Anvita ikut duduk bergabung dengan mereka.

“ semalam kian ribut mulu kepengen telpon. Tapi gak keturutan. Takut ganggu waktunya”

Jeevan yang baru seteguk meminum air es dari tangannya sempat ia lirik muka panik kian kalau tingkah randomnya ketahuan. “Pftt..”

Sepertinya memang ibu ibu didunia ini selalu membocorkan rahasia anaknya demi membuat percakapan lebih panjang. Huh!! Kian sebal . Tau gitu masuk kamar aja nonton drama kolosalnya semalam!

Jeevan meletakkan gelas ke meja” maaf gak ngabarin dulu. Sebenarnya jadwal pulang saya masih besok. Hanya saja ada sedikit masalah selama saya tidak ada dikantor.” Jelasnya.

“ terus kenapa langsung kesini?” Tanya kian menatap jeevan lebih dekat. Ia berharap Jeevan memiliki alasan yang menyangkut dirinya. Mm .. Mungkin kangen , atau pengen ketemu, atau apa gitu. Yang ada unsur cintanya.

Jeevan yang ditatap begitu dekat sedikit memundurkan badan dan menutup mulutnya.

Jeevan tanpa sengaja menatap bibir kian yang entah dari mana begitu berbeda dari sebelumnya mereka bertemu. Kali ini lebih.. mm.. menggoda.

Jangan gila. Siang hari mesum!!

Kian yang merasa jeevan tidak nyaman sedikit memberikan celah dengan menggeser duduknya.

Telinga yang berubah merah itu anvita tahu kalau jeevan sedang menahan sesuatu.

“ dasar anak muda jaman sekarang” batin anvita sambil tersenyum geli.

“ khm.. niat saya kesini mau meluruskan kesalahpahaman sekretaris saya yang lancang kesini tanpa sepengetahuan saya bu anvita. “ jeevan mengatur nafasnya.

“ salah paham apa ?” Tanya kian menoleh ke arah sang mama. Apa yang tidak ia ketahui. Tapi, kian memang tidak peduli hal lain selain kehidupannya sih.

“ sebenarnya saya itu ga terlalu peduli sama hal begituan nak jeevan. Nak jeevan baik, mau tanggung jawab , meluangkan waktu sampai mengantar anak saya secara pribadi disela kesibukan nak jeevan itu sudah lebih dari cukup” ucap anvita haru.

Wajah hangat yang penuh dengan rasa terimakasih itu mampu membuat pandangan jeevan berubah tentang penilaian buruk yang disampaikan oleh sekretarisnya.

“ alasan saya menolak kebaikan nak jeevan itu bukan maksud untuk tidak menghargai . Tapi saya merasa kebaikan nak jeevan itu sudah lebih dari cukup bagi keluarga saya terutama anak saya” anvita menjelaskan maksudnya.

Kian sedikit menangkap apa yang tengah mereka bincangkan. Menurut otak kecilnya. sekretaris Jeevan bertemu tatap di lampu merah kemarin bukan secara kebetulan. Melainkan Memang mereka yang habis dari rumah kian untuk membahas sesuatu yang bosnya aja gak tahu. Wahh.. Kasus men!

“ mama” lirih kian yang matanya sudah berbinar

“ jangan cengeng ih. Malu diliat om ganteng” sindir anvita.

“ oh iya. Hari ini mama ada kumpul sama ibu ibu komplek. Mama tinggal bentar ya. Nak jeevan disini aja dulu nemenin kangennya kian. Itung itung saya minta tolong deh jagain anak saya. Takut tantrum makan sofa”

Dih!” Kian memutar mata, jengah. Aibnya satu per satu dibongkar mamanya seperti koleksi foto lama yang seharusnya terkubur dalam album penuh debu. “Udah sana! Nanti ketinggalan Bu Intan lho.”

baru aja dipuji. Emak emak memang suka begitu deh kayaknya. Tapi khusus komplek ini plek ketiplek kopian bu intan semua. Wajar! Mamanya begitu . sifat membocorkan dokumen rahasia itu sepertinya menular melalui kebiasaan sehari hari yang mangkir di beberapa tempat. Seperti warung sayur, mang bakso, rumah pusat perghibahan SEantero komplek pojok yaitu Bu intan,,

pantes terasnya luas kayak padepokan perghibahan begitu. Ternyata emang dibuat khusus demi ketenangan dan ketentraman para tamu .

Anvita hanya tertawa pelan, lalu meninggalkan ruang tamu dengan langkah tenang.

Sementara itu, suasana menjadi sedikit sunyi lagi. Tapi bukan sunyi yang canggung. Melainkan sunyi yang dipenuhi kemungkinan.

Dan Jeevan? Ia menatap Kian, kali ini lebih lama.

Mungkin… ini bukan hanya soal klarifikasi sekretaris yang lancang.

Mungkin… ia memang ingin pulang lebih cepat. Karena rindu yang tak bisa dijadwalkan.

......................

.

.

Hening sesaat..

.

Jeevan menyandarkan tubuhnya ke sofa, berusaha santai, tapi jari-jarinya mengetuk ringan permukaan gelas. Kian duduk diam garuk kepala sambil melihat tv yang sudah membosankan. Sambil memeluk bantal kecil yang entah sejak kapan jadi pelampiasan gugup.

“Jadi…” Jeevan membuka suara, suara baritonnya dalam, namun ada ragu yang mengendap di baliknya, “...istri, ya?”

...Glek!! ...

Kian spontan menoleh, panik kayak baru ketahuan ngirim chat typo ke crush. “Itu... becandaan doang. Jangan dibawa serius, plis.” Ia menunduk, memelintir ujung bantal. Kebiasaan jelek, suka asal ngomongnya ga pernah sembuh.

“Masalahnya,” Jeevan menatap lebih dekat kearah kian “kamu ngomongnya gak keliatan kayak becanda.” ada rasa jahil di pikiran Jeevan ingin mengerjai sedikit orang yang ada disampingnya.

Kian mendecak pelan, tapi gak bisa nutupin mukanya yang bahkan sudah merah merona. “Ya udahlah, anggap aja gue lagi halu.”

Jeevan ketawa pelan. “Lucu juga sih, halunya pas saya pulang.”

Kian melirik, matanya agak sayu. " Bodoamat lah!!"

"Oh iya, om ganteng tau kan. Kalau gue itu gay" kata kian hati hati. Ia tidak ingin dibilang aneh karena membicarakan hal yang menurut banyak orang itu sensitif.

Jeevan mengangguk.

"Om ganteng sama kayak kian gak?" Tanyanya pelan.

"Kenapa?" Tanya Jeevan yang kembali mengambil minumnya. " Kamu penasaran sama orientasi seksual saya?"

"Kata mbak bian. Gue ganggu. Terus om ganteng risih"

" Kalau om risih kan harusnya blokir nomer kian. Bukan malah cuma ngebaca aja. Kian itu ngirim chat om, bukan ngasih surat kabar yang cuma bisa dibaca aja. kian lagi usaha ini. Harusnya om ganteng hargain usaha kian dong. " Omelnya.

"Terus tuh ya…" lanjutnya, makin semangat seolah membuka sumbatan emosinya sendiri, "Mbak Bian ngomongnya pas ada banyak orang. Pake nada yang nyolot. bikin Kian jengkel dan malu banget sumpah. Semua orang ngeliatin. Kayak Kian beneran salah banget."

Jeevan paham kearah mana kian bicara. "Jangan didengerin. " Jeevan melirik wajah kian yang masih terbalut kemurungan,

"Gak didengerin gimana. Chat aja gak pernah dibales. Dasar" guman kian sebal setengah protes. " lagian Mbak bian ngomongnya pas didepan muka kian. Gimana ga denger " .

Jeevan ingin tertawa. Padahal barusaja ia berpikir ingin mengerjai kian akhirnya gagal karena wajah lucunya mampu membuat hatinya menggelitik .

"ditambah chat gue gapernah dibales. Ya nambah nyesek lah hati gue. Ngerasa semua yang dibilang tuh bener"

"Terus tuh ya. Diliat dari bola mata kian. Mbak bian suka sama om ganteng. Jadi tambah sebel guenya"

Akhirnya ocehan kian yang sejak awal senyap seperti kehabisan energi kembali seperti semula.

Lucu, pikirnya. Anak ini bisa berubah dari pendiam ke cerewet dalam hitungan detik. Mungkin memang begitu caranya dia menunjukkan bahwa dia terluka dengan ocehan, dengan nada tinggi, dengan wajah cemberut yang sebetulnya cuma minta dimengerti.

Dan benar saja. Setelah semua ocehan itu, Kian terlihat lega. Sorot matanya tidak seburam tadi. Mulutnya sedikit terbuka, mengatur napas, tapi senyumnya mulai terbentuk samar. Mungkin, hanya mungkin, energi dalam dirinya kembali penuh. Karena seseorang yang ia tunggu akhirnya ada di depan matanya. Mendengarkannya. Memperhatikannya.

Dan entah bagaimana, Jeevan senang bisa menjadi orang itu...

.

.

.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!