Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
"Tidak bisa mom, saya punya banyak urusan!" seperti biasa, aura dingin, tegas dan tak bisa dibantah.
"Alvaro, aku, ibumu! Tidak pantas kamu berbicara dengan nada seperti itu padaku. Apalagi di depan tamu-tamu kita." Neysa bicara tak kalah tegas dengan tatapan yang tajam menusuk, membuat Alvaro hanya bisa mendengus.
"Tidak apa-apa nyonya Neysa, anda tidak perlu memaksa putra anda dan tidak usah mengganggu kesibukannya!" kata Carline dengan bahasa Indonesia yang tidak terlalu lancar. Membuat Alesha menatap ibunya tajam.
"Anda benar nyonya, saya juga sudah ada janji dengan seseorang. Ini urusan pekerjaan. Jadi mohon maaf tidak bisa mengantar putri anda. terimakasih atas pengertiannya." Ucap Alvaro sopan. Dia lebih respek pada orang yang tidak memaksakan kehendaknya.
Padahal dia sendiri selalu berlaku begitu pada Elena.
"Tidak apa-apa tante Neysa, aku bisa kontak teman-temanku yang ada di sini sekalian melepas kangen sama mereka."
Neysa melirik kesal pada Alvaro. Dia ingin mendekatkan putranya itu dengan Alesha, karena kelihatannya Alesha orang yang baik. Selain itu, dia putri dari sahabat suaminya. Neysa juga tidak mau jika putranya akan tergoda lagi pada Cassandra atau Cassandra lain yang punya sifat licik dan serakah.
Haidar beradu tatap dengan Alvaro. Tapi Alvaro bukan orang yang mudah terintimidasi, sekalipun itu oleh orangtuanya sendiri.
"Sudahlah, kita sarapan dulu! Ireen mana?" akhirnya lelaki paruh baya itu menengahi dan menanyakan keberadaan putri bungsunya.
"Ireen tadi dijemput pacarnya. Katanya mau jogging sekalian sarapan di luar."
"Oh iya, om dengar nak Alvaro ini seorang pengusaha sukses. Di usia semuda ini sudah berhasil membangun perusahaan multinasional. Hebat! Om sangat bangga padamu." Kata Bryan.
"Terimakasih."
Hanya jawaban singkat yang keluar dari mulut Alvaro. Tapi Bryan sudah diberitahu Haidar, bagaimana sifat Alvaro. Jadi dia tidak terlalu kaget.
Setelah itu tak ada lagi yang bicara.
Semua asyik dengan pikiran masing-masing.
Tapi Alesha berkali-kali mencuri pandang pada Alvaro. Hanya saja lelaki itu tetap cuek.
Dia tetap tenang dan fokus pada apa yang sedang dilakukannya. Menghabiskan sarapannya hingga selesai. Lalu berpamitan setelahnya. Neysa dan Haidar tak bisa menahannya, karena Alvaro bilang ada urusan pekerjaan yang tak bisa ditinggal.
***
"Semalam gue berdandan kayak Cinderella, sekarang malah jadi upik abu. Benar-benar peran protagonis yang sempurna!" Elena terkekeh di depan cermin full body. Dia memperhatikan penampilan dirinya yang mengenaskan. Kaos over size, hingga menenggelamkan celana pendek yang dipakainya. Sehingga yang terlihat, Elena hanya mengenakan atasan tanpa bawahan dan mengekspos kaki jenjangnya yang putih mulus tanpa noda. Sementara rambut dikuncir dengan keringat yang membasahi kening dan lehernya. Tapi penampilan seperti ini justru membuat gadis itu terlihat cantik alami dan seksi!
Elena meraih tissue yang ada di atas nakas. Tapi belum juga dia menghapus keringatnya, tiba-tiba terdengar suara bel pintu. Elena segera berlari ke pintu depan.
"Cepet banget gofood nya datang. Tau aja kalau gue lagi laper berat." Gadis itu tersenyum sambil membuka pintu.
Kebiasaan yang ceroboh! Dia selalu lupa peringatan Kiara, sahabatnya.
"Kalau ada yang membunyikan bel, jangan langsung buka pintu, tapi intip dulu dari lubang pengintai!"
Seperti sekarang, Elena malah langsung membuka pintu tanpa memasang door chain.
Namun senyum di bibir Elena menghilang saat melihat siapa yang datang.
"Anda? Kenapa anda datang ke sini?" Elena langsung memasang wajah kesal.
"Ada hal penting yang harus saya bicarakan sama kamu." Kata lelaki itu dan langsung menerobos masuk tanpa dipersilahkan. Sudah bisa ditebak, siapa dia.
"Pak, anda main masuk saja!" Pekik Elena kesal. Dia serba salah. Mau marah, lelaki ini tak mempan dimarahi.
"Kelamaan kalau nunggu dipersilahkan sama kamu." Balasnya santai. Diapun langsung duduk di sofa tanpa permisi. Tapi laki-laki yang tak lain adalah Alvaro, langsung berdiri lagi saat menyadari sofa yang didudukinya ternyata basah. Dia melotot pada Elena yang langsung tergelak melihat celana bosnya ikut basah.
"Rasain!" Gumamnya bahagia.
"Awas kamu, ya!"
Elena kembali tergelak. Alvaro yang kesal langsung menghampiri gadis itu dan memiting lehernya.
"Awww- ampun, ampun!"
"Kamu sengaja ya bikin celana saya basah?"
"Dih main tuduh. Mana saya tahu anda akan datang ke sini."
"Terus kenapa sofanya basah?"
"Tadi saya habis ngepel, terus saya kepeleset di sini saat bawa air minum. Dan tumpah deh di sofa."
"Dasar ceroboh!"
"Yeee, siapa suruh anda datang ke sini? Lepasin ih, saya belum mandi loh, penuh keringat!" Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Elena, Alvaro cepat-cepat melepaskan pitingannya.
"Astaga, selain ceroboh kamu juga jorok! Keringat kamu nempel dong di baju saya. Benar-benar sial saya hari ini." Gerutu Alvaro.
Dia mencium-cium t-shirt nya sambil menjepit hidung dengan jarinya.
"Keringet saya gak bau pak, cuma sedikit asem, hehe..."
"Sama saja. Cepet sana mandi!"
"Apaan sih, anda mau ngapain ke sini?"
"Kamu mau uang tidak?"
Mendengar kata uang, telinga Elena langsung berdiri. Memangnya siapa di jaman sekarang yang tidak butuh uang?
Elena pura-pura berpikir sejenak dengan mata menatap curiga pada bosnya.
"Cepat mandi, nanti akan saya katakan!"
"Iya, sabar!" Elena segera masuk ke dalam kamarnya dan langsung menguncinya. Di dalam unitnya ada laki-laki, siapa tahu kan, hiyyy-
Elena ngeri sendiri. Cepat-cepat dia masuk ke kamar mandi.
Sementara Alvaro menelepon Erwin, meminta dibawain baju ganti. Untung saja di mobil dia selalu bawa baju bersih, siapa tahu ada keadaan darurat seperti ini.
Saat Elena keluar dari kamar dalam keadaan sudah segar dan cantik, Alvaro pun sudah berganti pakaian dengan yang baru.
"Loh, pak Alvaro ternyata jago sulap!" Pekik Elena heboh, dibuat-buat.
"Gak usah lebay, ayo sini duduk!"
"Apaan sih, kayaknya penting banget? Oh iya, tadi ada kurir gofood gak?"
Alvaro tak menjawab tapi ekor matanya menunjuk pada bungkusan plastik di atas meja.
"Cepat sini duduk!" Alvaro tidak sabaran.
"Siapa tuan rumah, siapa yang mempersilahkan!" gerutu Elena sambil bibirnya kunyam-kunyem. Tapi tak urung duduk juga di hadapan bos galaknya itu. tangannya meraih bungkusan makanan yang dipesannya tadi. Wangi semerbak masakan itu menguar dan menggugah selera makan Elena yang memang sedang kelaparan.
"Saya akan bayar mahal kamu, asal kamu mau menuruti permintaan saya."
"Permintaan apa?"
"Jadi pacar saya!"
"Apa?!"
Gadis itu terlonjak kaget. Dia tak menyangka lelaki dingin ini meminta dia untuk jadi pacar pria itu?
"Apa saya tidak salah dengar? Anda meminta saya jadi pacar anda? bagaimana bisa, sedangkan saya selalu kesal pada anda."
"Elena, jangan kurang ajar, ya!"
Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menampakkan wajah polos.
"Tapi saya berkata sejujurnya, maaf!" cicitnya, membuat Alvaro merasa kesal.
Bagaimana tidak, disaat wanita-wanita lain berlomba-lomba mendekatinya, gadis ini malah terang-terangan mengatakan rasa tidak sukanya..
"Apa dia tidak takut dipecat?" batin Alvaro kesal. Merasa kadar pesonanya jatuh di hadapan gadis ini.
"Kamu pikir saya tidak sebal sama kamu? Setiap hari di kantor, kamu selalu bikin saya naik darah."
"Apa tidak terbalik? Anda yang selalu mencari-cari kesalahan saya, meski saya sudah mencoba mengerjakan perintah anda sebaik mungkin." Timpal Elena cepat dan tak mau kalah. Lagi-lagi Alvaro ternganga dibuatnya.
"Kamu?"
"Apa?"
Keduanya saling melotot, saling adu kekuatan melalui pancaran mata masing-masing.
"Kamu berani sekali sama saya?"
"Anda juga beraninya menindas bawahan!"
"Elena!"
Alvaro meninggikan suaranya saking gemasnya pada gadis itu. wajahnya sudah merah padam menahan kekesalan.
"Apa? Anda mau memarahi saya? Ingat ini di apartemen saya! Bukan di kantor dan bukan jam kerja!"
"Kamu mau saya pecat?"
"Tuh kan, pasti selalu main ancam."
Bibir Elena mencebik. Matanya mendelik pada lelaki yang sedang kebakaran jenggot itu.
Elena ngaco, Alvaro tak punya jenggot!
"Iya deh maaf. Tapi jangan bicara tentang pecat-pecat ya, saya ngeri dengernya, hehe..." gadis itu terkekeh dengan mata jenaka.
"Ya su-"
Kruuukkk
Alvaro menghentikan ucapannya.
Matanya menatap Elena yang sedang salah tingkah. Itu bunyi keluar dari perutnya.
"Pak, boleh tidak saya sambil makan? Saya sudah sangat kelaparan." Katanya pelan dengan tatapan memohon.
Kalau sudah seperti ini mana bisa Alvaro menolak. Urusan perut sangat penting dan tidak boleh ditahan-tahan.
"Baiklah, kamu makan saja dulu, saya masih bisa menunggu."
Wajah Elena langsung cerah. Tanpa buang waktu dia membuka lagi tutup makanan dan tanpa jaim-jaiman dia langsung melahap makanannya.
"Anda mau?" tanyanya saat melihat Alvaro sedang memperhatikannya.
"Saya sudah makan."
Sejenak Elena menatap lelaki itu yang baru dia sadari, ternyata sangat tampan.
Bahkan kalau sedang diam dan tak marah-marah seperti itu, pesonanya mengalahkan dewa Yunani tertampan sekalipun. Diam-diam Elena terkekeh dalam hati. bisa-bisanya dia memuji laki-laki termenyebalkan se dunia ini.
diselingkuhi sama tunangannya gak bikin FL nya nangis sampe mewek² tapi malah tetep tegar/Kiss/