Figuran Dalam Dunia Fiksi

Mobil SUV hitam berhenti anggun di depan pintu masuk utama SMA Grand Mercure, disusul deru motor sport yang berjejer gagah di belakangnya. Suara mesin yang berhenti serentak seperti aba-aba pembuka pertunjukan. Semua siswa yang berada di halaman sekolah secara refleks menoleh dan seketika waktu terasa melambat.

Cklek.

Sepatu high heels elegan berwarna nude pertama kali menginjak aspal, diikuti deretan kaki panjang nan jenjang milik empat gadis yang turun dengan aura berbeda dari biasanya. Kamera imajinasi seakan memutar adegan slow motion, angin pagi berembus lembut menggoyang rambut mereka yang terurai sempurna, seperti model di runway internasional.

“Gila, empat bidadari turun dari mobil.”

"WOY GILA GILA GILA... KENAPA CANTIK SEMUA BEGITU?!"

"Aku siap jadi budak cinta mereka semua! Serius!"

Jelita Yunanda, yang selama ini dikenal sebagai gadis pendiam, dingin, bahkan terkadang datar, kini berjalan di depan dengan senyum menawan. Senyum manis yang baru pertama kali terlihat di sekolah itu. Senyum yang menciptakan gemuruh di dada siapa pun yang melihat.

“Astaga itu Jelita?!”

“Gilak, senyumnya bikin pingsan.”

"Aku jadi insecure liat Jelita, padahal tadi udah PD dateng ke sekolah."

“Aku rasa dia lagi kena efek cinta deh.”

“Jelita kayak princess Korea, sumpah!”

“Mau dong dilirik sekali aja, cukup buat bekal hidup.”

“Jelita! Nikahin aku aja!”

"Gila, sumpah Jelita cantiknya kayak keluar dari MV K-Pop!!"

"AKU REBUT JELITA DARI KAKAK-KAKAKNYA DEH! GUE BERANI!!!"

Di sebelahnya, Meyriska menyusul, dengan langkah santai namun karismatik, hoodie yang ia ikat di pinggang berkibar seiring gerakan. Dan

"OMG MEYRISKA BAJU MU KECE BANGET, AKU SALAH FOKUS!!!"

"Gila, Meyriska tuh kayak karakter anime yang hidup di dunia nyata!"

"Tolong, aku butuh oksigen, senyuman Meyriska bikin sesak napas!"

"Meyriska, definisi cewek manis + hot sekaligus!"

"Tolong, ini sekolah atau catwalk? Meyriska vibes-nya high fashion banget!"

Tiara yang melangkah dengan senyum genit dan gaya bak model di catwalk.

"ASTAGA! Itu siapa? Senyumnya bisa bikin jomblo move on!"

"Aku rela jadi tas-nya Tiara, asal bisa dia bawa tiap hari!"

"Bro, itu Tiara tuh, jalan kayak lagi di fashion week!"

"Senyum genitnya nusuk banget! Jantung ku copot satu-satu!"

"TIARA! MAAFKAN AKU YANG DULU GAK NGELIRIK KAMU!"

Sedangkan Dara turun dengan kacamata hitam yang ia geser pelan dari ujung hidungnya, rambutnya tergerai sempurna.

"WOI WOI! Itu film action atau anak baru?! Keren parah!"

"Aku rasa Dara itu keturunan agen rahasia! Liat gaya turunnya, fix!"

"Kacamatanya diturunin pelan gitu, aku langsung jatuh cinta!"

"Bro, aku rela jadi aspal yang dia injek! Serius!"

"Dara itu... vibes-nya mahal banget, gak kayak kita anak diskonan."

Geng Jelita tak main-main. Aura mereka mengguncang. Mereka bukan sekadar siswi SMA biasa, mereka seperti barisan model yang turun langsung dari panggung mode Paris Fashion Week.

"Jelita, JELITA! AKU MAU NGIRIM LAMARAN VIA EMAIL NIH, BOLEH KAN?!"

"KALO ITU DRAMA SEKOLAH, AKU MAU JADI FIGURAN NYA!"

"DEWI-DEWI TURUN KE BUMI, GUYS... BENER-BENER REAL!"

Para cowok berderet, ada yang melongo sambil tahan napas, ada juga yang langsung ambil ponsel buat rekam “moment langka”. Bahkan ada yang sampai nyenggol temannya sendiri karena tak percaya dengan perubahan Jelita.

Siswi-siswi pun tak kalah terpukau. Ada yang bisik-bisik kagum, ada yang cemburu sambil cemberut, ada juga yang langsung stalking akun IG mereka semua.

Suasana yang semula seperti red carpet selebriti berubah jadi arena tawa massal ketika tiba-tiba dari kerumunan siswa, terdengar satu suara lantang penuh niat:

"TIARA, WALID NAK TIARA BOLEH?"

Seketika, semua kepala menoleh ke arah sumber suara, seorang siswa yang berdiri di atas bangku taman sambil mengangkat tangan seperti pengacara sedang deklarasi cinta.

Namun, sebelum Tiara sempat menjawab, seisi halaman sekolah serentak membalas dengan tawa dan teriakan kompak:

"TAK BOLEH... SOSIS WALID DAH LAYU!"

Dan BOOM.

Tertawalah satu sekolah, dari siswa, guru, sampai satpam yang lagi jaga gerbang pun ikut ngakak sambil tepuk-tepuk lutut.

Dara sampai megang perutnya sambil membungkuk, "Aku... gak kuat... itu sosis siapa sih yang layu woy?!"

Meyriska sampai meneteskan air mata karena ketawa, sementara Jelita cuma geleng-geleng kepala sambil nutupin wajahnya dengan buku, antara malu dan geli.

Mereka berempat, Jelita, Tiara, Dara, dan Meyriska, berjalan anggun menuju kelas, langkah kaki mereka seirama, gaya mereka effortless tapi tetap mencuri perhatian. Rambut tertata rapi, seragam modif stylish, aura sultan terpancar jelas dari ujung kepala sampai kaki.

Di belakang mereka, berjalan enam cowok dengan aura berbeda-beda namun sama memikat: geng Velocity X. Verrel sang ketua dengan senyum tipis andalannya, Reza si dingin dan serius, Raza si santai tapi tajam, Willy yang selalu nyengir lebar, Harry si cerdas berkacamata, dan Devano yang diam-diam mematikan dengan tatapan mata menusuk.

Sepanjang lorong, suasana sekolah mendadak jadi rusuh. Pekikan demi pekikan meledak dari para siswi.

“KYAAA! Itu Verrel! Coba senyum dikit dong, Bang!”

“Aku tim Reza, cueknya itu lho, bikin hati bergetar!”

“Eh Raza! Ngeliat aku gak sih barusan?!”

“Devano tuh diem-diem ngeselin, ngeselin bikin jatuh cinta!”

“Aaaa Harry lagi pakai kacamata! Bentar, jantung ku copot.”

“Willy tuh lucu banget, sumpah pengen dijadiin pacar cadangan!”

Tiara yang mendengarnya cuma nyengir, “Fix, mereka udah kayak selebgram jalan.”

Namun komentar paling kocak datang dari seorang siswi berambut dua kuncir yang sedang duduk di bangku lorong:

"YA TUHAN. APAKAH INI SURGA?! APA GENG COWOK ITU DIKIRIM UNTUK MENGUJI IMANKU?!"

Temannya langsung menjawab, “Bukan cuma imannya, dek. Kita juga diuji keteguhan hati dan kekuatan napas.”

Lorong sekolah serasa runaway drama Korea. Semua pasang mata tertuju pada mereka.

Saat keempat gadis, Jelita, Tiara, Dara, dan Meyriska, tiba di depan kelas mereka, langkah mereka masih menebar pesona sisa parade lorong tadi.

Dengan gaya khas Reza yang serius dan datar, dia berdiri di depan Jelita, lalu berkata pelan tapi jelas, “Jangan lupa jaga diri.”

Raza menambahkan, “Kalau ada yang ganggu, bilang ke kita ya.”

Jelita cuma bisa mengangguk kecil, merasa hangat dalam hati karena dua kakaknya selalu perhatian.

Setelah menepuk kepala Jelita singkat, Reza dan Raza pun melangkah pergi menuju kelas mereka sendiri bersama geng Velocity X nya.

Meyriska menatap mereka dengan sedikit rasa kagum.

Namun, matanya segera beralih kepada Verrel tanpa kata, kemudian langsung melangkah tanpa meliriknya. Itu membuat Meyriska merasa sedikit sedih. Di matanya, Verrel tampak sangat cuek terhadapnya, apa ia segitu bencinya terhadap nya.

Melihat itu, Jelita dalam hati berpikir, "Ternyata karakter Verrel di novel ini, nggak Se-wah yang aku pikirkan. Memang sih, Verrel selalu membela Laura, tetapi setidaknya kalau sudah dekat seperti ini, mestinya sedikit lebih perhatian pada tunangannya, kan? Kasihan Mey." Pikir Jelita, namun ia cepat melupakan itu.

Namun, tiba-tiba Jelita teringat akan sesuatu. "Eh, ngomong-ngomong, tokoh utama dalam novel ini, si Laura mana ya? Penasaran dengan si Laura, kek macam apa tuh anak?"

Jelita melihat lihat disekitar itu, sayang nya bukan menemukan seseorang yang di cari nya, tapi matanya tak sengaja bertemu dengan mata Devano, yang berdiri agak jauh dengan tatapan yang cukup tajam ke arahnya. Jelita merasa jantungnya sedikit berdebar. "Dih, apaan sih dia tatap diriku begitu?"

Ia pun mengalihkan pandangan, berusaha tenang. "Maaf ya bro, aku bukan Jelita mu." Dalam hatinya berbisik. Meskipun mereka pernah ada sesuatu di masa lalu, Jelita belum tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan hubungan mereka dan kenapa mereka bisa putus. Rasanya masih kabur baginya.

Dengan perasaan sedikit ragu dan terkejut, Jelita melangkah masuk ke kelasnya, berusaha menenangkan pikirannya.

Terimakasih yang telah membaca novel terbaru ku, jangan lupa like, komen, subscribe dan ratingnya ya. Dukung terus novel ini, dengan cara berikan vote kalian ya.