Kisah cinta diantara para sahabat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunshine_1908, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Semua Mengenalmu
Aku menulis kisah ini dari sudut pandang penulis, meskipun aku adalah pelaku utama dalam kisah ini. Namun aku telah mendengar keseluruhan kisahnya dari para anggota Dreamers yang lain.
Bagaimana keegoisanku telah menghancurkan persahabatan yang telah kami bangun dari nol. Ketika kami saling berjanji bahwa persahabatan inilah yang akan mengobati luka di hati kami masing-masing. Namun aku malah mengakhiri kisah kami dengan sebaliknya.
Aku menorehkan luka baru yang mengukir sedikit serpihan diantara kami. Serpihan kecil itu terus membesar dan menjadi bom waktu tersendiri yang akan menyakiti aku dan juga orang-orang di sekitarku.
Inilah kisahku, yang kelak akan ku ceritakan kepadamu. Di dalam kisah ini nanti, aku akan dikenal sebagai Jaryan.
......****************......
16 Juni 2016
"Hazelnut!!! Hazelnut!!!"
Gema suara itu bak musik yang selalu menggetarkan telinga seorang gadis manis dengan untaian rambut pirang panjangnya yang selalu ia biarkan terurai di terpa angin.
"Berisik!!" teriaknya kepada pemuda yang sedari tadi meneriaki namanya dengan tambahan embel-embel yang ia buat.
"Hei bocil!! Kalau gak mau ikat rambut jangan berdiri di balkon. Untung gue gak jantungan karena ngira lo setan." teriaknya dari arah halaman.
"Kalian ini, pagi-pagi udah berisik aja." ujar seorang wanita cantik yang menyapanya begitu ramah.
"Pagi, Tante. Eh..." godanya dengan wajah yang bersemu merah.
Ibarat mentari yang menyapa pagi, senyumnya merekah secerah suasana hatinya ketika melihat siluet yang muncul tepat di hadapannya saat ini.
"Hazelnut kecil, kayak kacang. Aduduh... udah SMU juga, masih aja kecil badan lo." ledeknya sembari mengacak-acak rambut gadis yang selalu diledekinya sejak pagi.
Tak lupa, ia juga menyapa ibunda dari gadis itu, dengan mencium tangannya dengan sangat sopan. Ibarat seseorang yang tengah memohon restu.
"Aku izin mau antar anak bawang ke sekolah dulu ya Tan."
"Berangkatnya naik motor?" tanya sang ibunda yang sebenarnya lebih cocok untuk dipanggil kakak, ketimbang tante karena perawakannya yang awet muda.
"SMU kita kan lebih jauh tante, masa nge-goes lagi? Bisa gede betisnya pas nyampe sekolah. Si Kacang polong mana mau bantu." sindirnya yang langsung dibalas tatapan mematikan oleh sang gadis.
"Inget, nama gue Hazel Vinicya Quincy, panggilannya Nicya (Nicia) bukan Hazel, juga Hazelnut, apalagi kacang polong." sewotnya sambil menunjukkan badge namanya kepada sang pemuda.
"Emangnya Hazel nama apa? Nama kacang kan? Kacang polong sejenis apa? Kacang juga kan? Jadi ya sama aja." ledeknya sambil memasangkan helm lucu dengan tambahan telinga kelinci yang dipesannya khusus untuk Nicya
.
"Mama, Jery tuh..." rengek Nicya yang hanya membuat sang ibunda geleng-geleng kepala.
"Kalian itu ya? Udah samaan dari kecil, masih aja sering berantem. Udah berangkat sana."
"Pamit ya Tan..."
"Aku pamit" Nicya semakin memajukan bibirnya lantaran di dorong oleh sang ibu untuk naik ke boncengan motor milik Jery. Mereka pun berangkat dengan menggunakan motor sport kesayangan Jery, si 'Pangeran Kesiangan'.
Ini adalah hari pertama si Tuan putri duduk di bangku SMA yang sama dengannya. Usia mereka yang terpaut satu tahun, membuatnya harus menekan sedikit demi sedikit perasaan rindunya di tahun lalu.
Meskipun sebenarnya mereka selalu bertemu setiap pulang sekolah. Tapi tetap saja, sekalipun itu hanya satu jam, jika ia harus menghabiskan hari tanpa menatap gadis itu. Ia merasa seolah hidupnya telah terbuang sia-sia.
"Nanti gue anter sampai ke depan kelas lo. Hari pertama orientasi pasti banyak yang jahil." Nicya hanya mengangguk pasrah.
Ia tahu jika berada di luar lingkungan rumahnya, maka Jery akan berubah menjadi sangat protective dan sulit untuk dibantah. Ia tak ingin membuat keributan di sekolah barunya, jadi alangkah lebih baik baginya untuk tetap diam dan mengikuti semua skenario yang dirancang Jery untuknya.
"Ini kelas XA. Kelas gue XI.1 IPA, ada di ujung koridor. Kalau ada yang iseng tinggal lo teriakin nama gue, Oke." lagi-lagi ia menyelesaikannya dengan mengacak rambut pirang milik Nicya. Meski kini tak seintens sebelumnya.
Mau bagaimanapun ini adalah hari pertamanya sekolah, jadi ia masih berbelas kasih untuk tetap membiarkan Nicya terlihat lebih rapih dari biasanya.
"Hp lo jangan sampai jauh-jauh dari lo. Kalau ada apa-apa panggil gue." Nicya mengangguk paham, meski masih membuat Jery terlihat sangat ragu untuk meninggalkannya seorang diri di kelas barunya.
Namun bel masuk sudah berbunyi. Dan ia harus kembali kepada sandiwaranya sebagai seorang ketua OSIS. Tak ada yang boleh tahu identitas aslinya, karena ia sudah menyusun begitu banyak rencana untuk mengerjai adik-adik kelas barunya.
"Udah siap bro?" sapa Juan yang selalu menghampirinya lebih dulu.
Juan dan Jery adalah duet cowok terkeren seantero sekolah yang nyaris tak pernah terpisahkan. Duo idol yang juga saling bersaing untuk naik podium. Jika Jery terkenal akan dirinya yang pintar dan serba bisa, maka keahlian Juan hanyalah dalam bidang Matematika. Mereka ibarat dua sendal yang saling melengkapi. Namun juga sulit untuk di dekati.
"Kayaknya bakal banyak yang patah hati tuh, gara-gara liatin lo berangkat bareng cewek tadi pagi. Mana anak baru lagi." Juan mengamati sekelilingnya, dimana ada begitu banyak mulut yang membicarakan Jery, sang belahan jiwanya.
"Oh ya?" tanggap Jery acuh.
"Siapa sih do'i? Someone special?" tanya Juan penasaran.
"Dia?" ia menunjuk Nicya dengan sudut matanya. Menatap ke arah leretan siswa baru yang tengah berbaris di lapangan, dengan Nicya si mungil yang memilih maju untuk menjadi ketua barisan.
"Masih keren aja tuh anak. Anggota Paski lo dia. Heran aja gue, kulitnya kok masih putih banget gitu? Latihan gerak jalannya sambil megangin pakai payung kali ya dia." ledeknya dengan seutas senyuman manis yang nyaris tak pernah ia munculkan di hadapan kawan-kawannya.
"Lo senyum bro? Suka lo sama dia?" sela Marvin sang ketua geng yang muncul entah dari mana.
"Itu dia, si kacang polong." jawabnya santai, seolah seluruh temannya juga mengenal si kacang dengan sangat baik. Padahal dari semua anggota 'Dreamers' hanya Khaizanlah yang pernah mendengarnya berbicara di telpon dengan seorang bernama 'Kacang Polong'.
"Kacang polong yang lo ketekin dari zaman masih orok?" tanya Ren penasaran, dan hanya dianggukinya sekilas.
Setidaknya mereka sudah hafal dengan buah bibir si aneh 'Jery' perihal seseorang yang selalu ia 'Treat like a Queen' selama tujuh belas tahun kehidupannya.
"Priiit....Priiiiittttt!!!" Juan memecah kerumunan dengan suara tiupan pluit yang sangat memekakkan telinga sembari berdiri diantara para siswa baru.
"Cantik." Hanya khaizan yang masih mematung dan terpana dengan keindahan paras si gadis yang membuatnya sejenak melupakan dunia.
"Kak Khaizan!!" teriak Clarissa yang berada tepat di samping telinganya.
"Dasar lo! Udah telat masih aja leha-leha. Ngapain masih berdiri disini? Baris sana!" jitaknya kepada sang adik kesayangan yang juga memasuki tahun pertamanya bersama dengan Nicya.
Mungkin jika ia sadar barang sejenak. Untuk detik itu saja, Clarissa bisa jadi adalah senjata andalannya untuk mendekati Nicya, sang dambaan hatinya. Apalagi karena mereka berada di kelas yang sama, dan Clarissa juga adalah tipe anak yang gampang akrab dengan seorang yang baru.
"Baris sana! Udah di bilang di sekolah jangan sok kenal juga." gerutunya kesal sambil mendorong sang adik untuk ikut masuk ke dalam barisan bersama para siswa baru.
"Jadi, mereka itu 'Dreamers'?" tanya seorang gadis manis dengan nama Naira, yang terukir di badge name seragamnya.
Seorang gadis berambut gelap panjang, yang ia kepang dua. Ia nampak seperti pemalu namun tetap memilih untuk berdiri di barisan paling depan, tepat diantara Clarissa dan juga Nicya sebagai Ketua Barisan.
"Iya, 'Dreamers' perkumpulan cowok-cowok paling ganteng seantero sekolah." ujarnya penuh rasa bangga.
"Jadi ketuanya itu Kak Marvin, si ganteng." Clarissa menunjuk ke arah Marvin yang masih sibuk mengatur barisan.
"Betewe, Kak Marvin itu pinter banget lho main gitarnya. dia juga juara dari kontes kepemimpinan tingkat nasional tahun lalu. Pernah jadi Ketua OSIS juga." sambung Clarissa kepada Nicya dan Naira tanpa diminta.
"Member lainnya itu, si duo ganteng 'Double J'. Namanya itu Kak Jery dan kak Juan. Kak Jery yang lagi makan lollipop di samping tiang bendera." Ia menunjuk ke arah posisi Jery berada.
"Dia itu terkenal serba bisa, paling pinter juga diantara yang lain. Selalu dapat ranking satu, dan selalu jadi pemenang kontes cerdas cermat antar sekolah, sejak dia masih SD malahan. Kapten Tim Basket lagi. Idola banget kan?" mata Clarissa nampak sangat berbinar, seolah ia adalah penggemar berat dari para anggota Dreamers.
"Kalau Kak Juan itu yang dari tadi niupin peluit, si Ketua Acara. Ka Juan itu pinternya soal hitung-hitungan Dia perwakilan sekolah untuk lomba olimpiade matematika tingkat nasional. Pinter banget kan?" Naira mengangguk mengiyakan. Sorot matanya juga seakan menunjukkan betapa antusiasnya ia dengan cerita Clarissa.
"Terus ada Kak Ren atau Narendra yang dari tadi mojok sambil cek perlengkapan. Dia itu terkenal banget jago melukis. Tapi sayang, anaknya itu pendiam banget."
"Terakhir ada Kak Khaizan, yang dari tadi merhatiin lo Cya." Cya hanya diam tak menanggapi.
"Dia terkenal karena jadi pentolan band sekolah. Suaranya bagus, dia juga model lho di sekolah kita. Dia ikon sekolah kita."
Sedari tadi, hanya Naira yang nampak tertarik dengan semua topik pembahasan Clarissa. Apalagi ketika ia tengah membanggakan Ren yang tak lain adalah kakaknya sendiri.
Sementara Nicya, ia nampak sangat tak acuh. Apalagi ketika ia mendengar begitu banyak perempuan di sekolah itu yang memuji Jery di telinganya.
Jery gantenglah, Jery inilah, Jery itu lah. Ia merasa mual sendiri dengan semua pujian yang mereka lontarkan untuk si aneh, 'Jery' yang ia ketahui tingkahnya sangat absurd. Berbeda dari yang lainnya, ia malah menatap remeh ke arah Jery yang langsung dibalas pelototan tajam dari sang empu.
"Oh ya, mereka semua itu ada di kelas dua, kecuali Kak Marvin yang udah kelas tiga. Dan Khaizan itu kakak gue. By the Way, I think Khaizan likes you Cya." celetuk Clarissa yang langsung mendapat sorakan dari barisan para siswa siswi peserta orientasi, tak terkecuali dari pihak OSIS.
Bagaimana tidak, suaranya cukup cempreng untuk bisa di dengar oleh seisi sekolah. Apalagi karena barisan mereka berada di paling depan. Tatapan mata dari para penghuni sekolah pun langsung terarah kepada pasangan yang tengah di bicarakan oleh Clarissa. 'Si Cantik', Nicya dan 'si keren' Khaizan.
Mereka seketika berubah menjadi Queen and King Masa Orientasi hanya dalam sekejap mata. Beragam macam isu tentang kedekatan keduanya mulai menyebar seantero sekolah, ibarat kobaran api yang menyambar tumpukan kertas.
"Apaan sih? Orang gak kenal juga." sewot Nicya untuk kesekian kalinya pada hari ini. Sementara Jery? Sangat bisa ditebak bukan, betapa sewotnya si aneh itu sekarang.