"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aurora Manggala
Di bawah selimut tebal, di sebuah kamar yang luas dengan interior modern berwarna putih, gadis cantik itu tertidur pulas sambil mengarungi mimpi indahnya. Tidak terasa jarum jam berjalan makin cepat, hingga hari berganti pagi,
"Uty, bangun!!!" gedoran pintu yang beruntun dari luar membuat gadis cantik yang sedang tertidur itu kini terbangun. Dengan wajah malas, dia lompat dari ranjangnya, membawa langkahnya untuk membuka pintu.
"good molning uty Aya ya paling cantik cejagad laya,, huekkkk" suara cempreng dan cadel has anak berusia tiga tahun lebih itu menyapa indra pendengaran Aurora pagi ini.
di tambah ekspresi muka yang seolah mual saat mengatakan kalimat pujian, padahal emang jelas adanya kalau Aurora Manggala benaran cantik sejagad raya.
"cepelti mati lampu ya cayang,,, cepelti mati lampu.." tanpa seizin Aurora, putri kecil Wiliam itu berjalan masuk ke kamar Aurora.
"iyuh,, aunty joloknya.." dengan wajah cemberutnya, dia memindahkan plastik cemilan yang berserakan di lantai kamar Aurora. Sementara pemilik kamar hanya nyengir karena gemes melihat ekspresi jijik dari keponakannya itu.
Setiap paginya selalu begini, Aira putri Manggala, sudah seperti alarm untuk Aurora. Sama halnya pagi ini, padahal baru jam enam pagi tapi gadis itu sudah menghampiri kamarnya. Di tambah lagi, dia seperti petugas kebersihan, cocok sekali untuk Aurora yang memang sangat malas.
"sayang,," sebelum Aurora mengusir mahluk kecil itu, suara mommy Alisia terdengar.
"iya mom" jawab Aurora dari dalam kamar.
"loh, kamu belum mandi juga? hari ini masih sekolah Rora, kau tidak ingin terlambat lagi kan?" ujar mommy Alisia saat sudah masuk ke kamar putrinya. Terlihat ranjang yang tidak ada rapinya sama sekali, bahkan lampu tidur masih menyala.
"ck, anak ini!" mommy Alisia merapikan tempat tidur itu, sementara Aurora sudah berlalu ke kamar mandi.
"mandi yang belcih ya ty,, nanti bau kan tidak lucu.." teriak Aira masih terdengar jelas di telinga Aurora. Dia mandi begitu cepat, tidak sampai lima menit, dia keluar dengan handuk membalut tubuh indahnya.
"apa aku nggak usah ke sekolah aja kali ya, malas banget" gumannya seorang diri, Aira dan mommy Alisia sudah tidak berada di kamarnya lagi.
"ntar di omel lagi.." sembari berganti pakaian, tidak hentinya Aurora mendumel. Hingga tak terasa, seragam lengkap sudah membalut tubuhnya.
Usai Menganti pakaian dan memakai sepatu, Aurora mengendong tas punggung kemudian menuruni anak tangga.
.
.
"wuahhhh cepelti biaca, aunty paling cantik,, pinjam celatus dong.." Aira sudah terlihat di ujung tangga, menyambut Aurora dengan senyum sumringahnya. Mendengar itu, Aurora hanya berdecak pelan kemudian mengambil satu lembar uang seratus lalu di berikan pada putri kecil Alena itu.
Sementara para keluarga sudah duduk di meja makan, makan pagi dengan keluarga lengkap, di tambah celotehan Aira mewarnai hari mereka.
"kak Ale hari ini pergi cek kandungan kan? Bagaimana kalau Aurora yang temanin?" Aurora berujar, dia berdoa dalam hati semoga Alena menyetujuinya. Jujur, dia sebenarnya sangat malas untuk pergi ke sekolah.
"iya, kenapa? Kamu mau ikut?" tanya bumil itu membaca pikiran Aurora.
"kalau boleh"
"tidak perlu! Aku yang akan mengantar istriku ke rumah sakit!!" suara dingin Wiliam menanggapi, mendengar itu Aurora hanya memayunkan bibirnya kemudian lanjut makan. Memang sedari dulu dia tidak pernah berani pada Wiliam, apalagi jika dia sudah berbicara tegas seperti ini.
"aunty mending ikut cama Aya dan Oma aja,, kita pelgi alican, iyakan Oma?"
"ogah!!" sahut Aurora, usai makan dia berdiri, berlalu dari sana.
"Deddy, uang jajan Rora jangan lupa TF ya,, muach" sudah sampai pintu, dia kembali ke meja makan hanya untuk mengecup pipi deddynya.
"nggak cium mommy juga?? Dasar anak pilih kasih!" ujar mommy Alisia dengan nada menyindir, entah kenapa, sedari dulu Aurora lebih domain ke Deddy Xavier dari padanya.
mendengar itu, Aurora juga mengecup pipi mommynya, kemudian pada Alena. Untuk Wiliam, dia tidak berani melakukan itu.
"hiyaa, tak cium Aya juga, dacal ty pilih kacih.." meniru cara mommy Alisia berbicara, gadis kecil itu bersedekap dada dengan pandangan mata menajam. Semua yang ada di meja makan tertawa mendengarnya, ada saja gerbakan gadis kecil itu.
muach, muach, muach..
Aurora mencium gadis itu di seluruh wajahnya, berkali kali hingga si pemilik wajah mulai kesal.
"iyuhhh, kok cemua wajah Aya cih,,, di pipi aja kan bica!!" omelnya. Aurora tertawa puas,kemudian kembali pergi keluar dengan langkah riangnya.
Dia berjalan masuk ke mobilnya, duduk tenang karena yang menyetir adalah sang sopir pribadi. Mobil itu melaju cepat, menelusuri jalanan kota Jakarta yang sudah mulai ramai di pagi hari.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Haiiiiii semuanya,
Kembali Author disini, cerita Aurora dan Vallerio. ini lanjutan dari cerita Alena dan Wiliam ya... Kalau ada yang belum baca tentang Alena dan Wiliam, cari saja di profil author, berjudul 'TRANSMIGRASI ALENA'
Oh iya, jangan lupa ramaikan komentar, like dan suscribe ya...Rate juga,🥰
Baiklah, selamat membaca..
Semoga suka💜
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪