NovelToon NovelToon
Short Story

Short Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Enemy to Lovers
Popularitas:815
Nilai: 5
Nama Author: Lan05

Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.

Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.

Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerald & Anastasya 1

Ke tempat ini aku kembali, memandang dengan lekat setiap sudut nya yang sudah banyak berubah. Walaupun begitu aku dapat dengan jelas mengingat setiap kenangan yang aku dan 'dia' buat disini. Setiap senang, sedih, canda, tawa, haru semua terekam jelas dalam ingatanku.

Aku menyusuri setiap sisi taman, dengan langkah perlahan aku amati semua nya. Semakin aku menyusuri semakin juga kenangan itu muncul. Taman ini adalah taman yang dulu menjadi saksi kebahagian ku memiliki nya, mensyukuri keberadaan nya di sisiku, dia bagaikan setitik cahaya dalam gelap nya duniaku.

Aku memegang dada ku dengan erat. Rasa sesak ini kembali kurasakan, nafasku memburu meraup udara dengan susah payah. Menahan gejolak yang meluap dalam dadaku. Namun tanpa sadar air mata ku lolos, rasa sakit itu semakin membuncah seiring air mata ku yang semakin keluar, aku menggigit bibir ku dengan kuat menahan isak tangis ku agar tidak semakin kuat, membekap bibir ku dengan erat. Apapun agar tangis ini tidak semakin menelan ku.

Aku tahu sangat tahu bahwa dengan datang kesini sama hal nya dengan membuka luka lama ku. Aku tau aku bodoh tapi aku tidak bisa, aku belum bisa untuk melepaskan nya sepenuh nya.

Saat aku sudah dapat menguasai kembali pikiran dan perasaan ku baru lah aku tersadar bahwa aku telah menggigit bibir ku terlalu keras, karena aku merasa kan rasa besi dalam mulut ku aku mencari tisu dalam tas ku. Disekitar ku sudah sangat sepi, aku memang sengaja datang kesini di saat sepi karena aku tau perasaan ku pasti tak akan terbendung dan aku tidak mau menjadi bahan tontonan orang-orang.

Namun ternyata aku salah, aku tidak sendirian saat ini, saat aku sedang mencari tisu ku yang tinggal sedikit itu hingga aku susah mencari nya, ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan nya kehadapan ku.

Aku tertegun saat melihat tangan itu, aku tidak berani melihat siapa orang nya karena aku sangat mengenali tangan itu, tangan yang selalu menggenggam tanganku. Aku tidak mungkin salah, karena tangan itu lah yang selalu memberikan ku ketenangan dalam pelukan nya, elusan dan kejahilan nya.

Jantung ku berdetak sangat keras tanpa pikir panjang aku segera berbalik badan 'kabur' itu lah yang saat ini memenuhi otak ku. Tapi terlambat, tangan itu sudah memegang tanganku dengan sangat erat, seakan - akan tidak membiarkan aku untuk melepas genggaman nya lagi.

"Jangan pergi lagi An."

Suara berat nya yang langsung terdengar, masuk ke dalam otak ku mengirim rasa yang sangat familiar dan tubuhku merespon itu dengan baik. Tubuhku rasa nya tidak bisa bergerak ucapan nya seakan mendikte ku untuk menuruti nya, dan itu lah yang selama ini aku takut kan saat aku memutuskan untuk kembali ke negara ini.

Karena aku tau aku akan langsung takluk saat itu juga jika sekali saja aku bertemu dengan nya. Hati ku lemah pendirian ku belum cukup kuat namun aku dengan sombong nya berani untuk kembali ke negara ini, ke tempat yang jelas - jelas menjadi saksi bisu kenangan kami.

Dia menarik ku dengan lembut memutar tubuhku untuk menghadap nya, air mataku tergenang membuat pandangan ku sedikit memburam. Rasa senang, sedih, takut semua bercampur dalam hatiku. Kini aku kembali bertatapan dengan mata nya yang indah yang dapat menghipnotis ku dengan tatapan lembut nya.

"Sshhh.." Dia mengelus kedua pipiku dengan lembut.

Aku kembali menggigit bibir ku dengan kuat untuk menghalau isak tangis ku namun dia dengan cepat menyentuh bibir ku dan melepas gigitan ku. Aku dapat dengan jelas merasakan cairan merembes dari sela bibirku.

"Jangan melukai dirimu lagi An, aku tidak suka."

Tatapan nya menggelap aku dapat melihat rasa tidak suka dan khawatir yang sama seperti dulu saat ia memergoki ku sedang melukai tanganku sendiri. Ia dengan lembut mengelap sudut bibir ku yang kuketahui adalah darah yang keluar.

Menghapus air mata ku yang menetes kembali dengan punggung tangan nya, hal itu justru semakin membuat ku tidak bisa menahan isak tangis yang ku tahan sedari tadi.

"It's okay sayang keluarkan saja, jangan menahan nya seperti ini kau akan sakit dan itu membuat ku sakit juga." Dia masih selembut dulu aku tidak bisa menahan nya lagi, aku langsung menghambur memeluk nya dengan erat. Ku tumpah kan semua rasa sesak ini di dekapan nya. Dan ia pun membalas pelukan ku tak kalah erat mengelus punggung dan rambut ku seperti dulu, ia selalu tau cara menenangkan ku.

Seraya berbisik "I love you."

Kata - kata nya sangat menohok bagiku, aku tau bahwa dia sangat tulus kepadaku. Menerima semua kekurangan ku namun aku memilih pergi. Dengan egois nya aku memutuskan hubungan kita yang terjalin lama hanya karena keputusan sepihak ku.

"Maaf..hiks.. maafkan aku." Aku terisak sangat hebat di dekapan nya seakan mengadu bahwa aku tersiksa tanpa nya, aku salah, aku tidak bisa kalau bukan dia 'Aku menyesal'.

Setelah aku merasa tenang dia mulai menuntunku ke kursi taman yang selalu kita duduki dulu. Mengurusi ku dengan telaten membasuh muka ku dengan sapu tangan dan air yang dibawa nya. Dia usap perlahan terutama saat ia mengusap mataku ia diamkan dulu usapan nya hingga aku tidak dapat melihat apa-apa. Namun tak lama aku merasakan kecupan di kedua mataku.

"Cukup sayang jangan pergi lagi.. jangan menyiksa dirimu lagi An, itu juga menyiksaku." Dia menurunkan kedua tangan nya untuk menggenggam tangan ku erat, atensi nya menatap ku dengan serius dan dalam, aku tau banyak yang ingin ia tanyakan. alih-alih marah atau kecewa kepada keputusan sepihak ku dia memilih menenangkan ku dalam pelukan nya.

Dari tatapan nya aku tau dia meminta penjelasan, bertanya - tanya dan lelah namun dia tidak mencoba memaksaku karena ia tau dan amat sangat mengenalku. Aku tidak akan mengambil keputusan tanpa sebab sekalipun penyebab nya itu adalah pikiran ku sendiri yang kacau. Ia akan mengerti yang dia butuh kan hanya lah aku yang kembali padanya dan dia kembali padaku.

Tapi aku tidak tau apakah aku bisa kembali padanya atau tidak. Hatiku berkata ya namun otak ku tidak, aku dilema akan segala kemungkinan yang ada.

Ku lihat mata nya yang sembab aku tau kau tersiksa An entah apa yang sedang kau pikirkan di kepala cantik mu itu, aku tidak bisa marah akan keputusan mu karena aku terlalu mengenalmu, yang aku tidak tau adalah alasan mu meninggalkan ku.

"Sudah lebih baik.?" An panggilan ku untuk nya, aku elus lembut rambut nya dan An hanya mengangguk, aku tidak tau dalam beberapa tahun ini apa yang terjadi padanya.

Badan nya tampak lebih kurus dan tidak ada binar cahaya lagi dimata nya.

Kalau aku tau kau setersiksa itu aku akan menjemput mu lebih cepat An maafkan aku. Aku hanya membiarkan dirinya dengan keputusan nya. Aku tidak berusaha mencari nya dan hanya mencoba menghargai keputusan nya.

Kini aku menyesal... kenapa aku tidak mengikuti kata hatiku untuk mencari mu An.

"Mau pulang sekarang?" Tanyaku lembut sambil menatap mata nya yang semakin kecil sehabis menangis hebat tadi. Ia hanya mengangguk saja sambil memainkan jari jemari nya, aku tau dia sedang bingung saat ini maka dari itu aku tidak memaksa nya untuk menjelaskan semua nya hari ini.

Aku langsung menggenggam tangan nya lembut dan pergi menuju mobil.

\*\*\*

Di dalam mobil terjadi keheningan antara Anastasya dan Gerald mereka saling fokus dengan pikiran masing-masing. Anastasya fokus dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, sementara Gerald hanya mencoba fokus mengemudi ia sebenar nya menahan semua nya sedari tadi, banyak.. banyak yang ingin ia tanyakan dan ungkapkan hingga rasa nya tak terbendung.

Namun sekali lagi dirinya terlalu mengenal Anastasya hingga ia memilih untuk menelan segala perasaan yang ia rasakan, menanti waktu yang tepat itu datang yang jelas bukan saat ini pikir nya.

"Ke apartment mu.?" Tanya Gerald mencoba membuka percakapan, namun sekali lagi hanya anggukan yang ia dapat kan.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dalam keheningan tanpa ada satu pun yang membuka percakapan, seakan hening adalah yang terbaik bagi mereka saat ini. Mencoba saling memahami tanpa mengedepankan ego yang sudah sama-sama mereka tau tidak membawa hal baik. Dalam keheningan ini lah perjalanan mereka bertemu kembali dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!