Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Hati Aneh.
Matahari yang tepat di atas kepala. Musim ini memang musim kemarau. Matahari yang itu terik dan memancarkan sinar yang sangat panas. Angin yang juga cukup berhembus dengan kencang. Pepohonan yang bergoyang-goyang seolah ingin tumbang.
Tetapi ternyata tiupan angin itu justru menguntungkan untuk pasangan calon pengantin yang sekarang sedang melakukan photo prewedding .
Berfoto di taman di dekat danau. Wanita cantik yang memakai gaun putih yang lurus memanjang mengikuti lekuk tubuhnya dengan tambahan selayar yang terikat di kepala yang bersama seorang pria tampan yang mengenakan jas putih. Angin itu sangat membantu untuk menciptakan foto yang lebih estetik.
"Nona Maura tangannya bisa di letakkan di dada tuan Bian!" titah sang fotografer yang memberikan arahan.
Wanita yang berkulit putih bernama Maura itu mengangguk dan melaksanakan perintah dari fotografer tersebut. Dia dan pasangannya terlihat lebih romantis dengan mata yang saling menatap dalam dan jarak yang sangat begitu dekat. fotografer dan beberapa staf kembali melanjutkan pekerjaan mereka dan mengambil beberapa foto dengan spot yang berbeda-beda.
"Oke finish," sahut fotografer tersebut memberikan arahan yang akhirnya mereka semua selesai mengambil foto prewedding tersebut.
Maura tersenyum yang merasa lega dengan pengambilan foto tersebut.
"Akhirnya selesai," ucap Maura merasa lega. Bian hanya mengangguk dengan datar.
"Aku lihat hasilnya sebentar," ucap Maura dan Bian menganggukkan kepala.
Maura yang begitu semangat melihat layar monitor untuk melihat hasil foto prewedding mereka. Wajah Maura yang tersenyum begitu lebar yang begitu bahagia, sangat berbeda dengan Bian yang lebih acuh dan fokus pada ponsel dengan jari yang mengetik.
Mata Maura melihat ke arah Bian yang tersenyum sembari jari yang sangat lincah itu mengetik. Entah apa yang membuat pria itu lebih bahagia saat membalas pesan di bandingkan untuk berkomentar atas foto prewedding mereka. Maura menghela nafas dan menghampiri Bian.
"Kamu tidak mau melihat hasil foto kita?" kedatangan Maura membuat Bian kaget dan refleks menyimpan ponsel itu.
"Tidak perlu," jawab Bian singkat. Tatapan Maura tampak aneh yang masih melihat ekspresi Bian.
"Oh, maksud ku, nanti saja," jawab Bian yang merubah jawaban itu dengan cepat ketika melihat tatapan Maura.
"Begitu," sahut Maura mengangguk saja.
"Kita langsung pulang saja. Bukankah akan ada makan siang dengan keluargamu," ucap Bian mengingatkan.
"Iya. Ayo pulang," sahut Maura yang pergi terlebih dahulu dan disusul oleh Bian.
Mobil pasangan itu yang akhirnya sampai di kediaman rumah mewah milik Maura. Mobil mereka yang berhenti tepat di depan mobil yang juga baru berhenti dan sang pengemudi keluar dari mobil tersebut ternyata juga seorang wanita cantik yang terlihat elegan dengan rambut yang diikat satu agak meninggi dengan kedua tangan yang sejak tadi memegang paper bag kecil.
Begitu Maura dan Bian keluar dari mobil dan wanita itu juga menyadari hal itu dan menunggu pasangan itu.
"Kak Maura!" sapa wanita itu tersenyum.
"Jesslyn," sahut Maura dengan tersenyum. Mata Jesslyn melihat ke arah Bian yang ada di samping Maura dengan Jesslyn yang terlihat tersenyum dan di balas Bian.
"Bagaimana? Apa foto prewedding kalian lancar?" tanya Jesslyn.
"Semuanya lancar," jawab Maura.
"Aku terbahagia mendengarnya," sahut Jesslyn.
"Kamu mau lihat tidak. Hasil foto-fotonya?" tanya Maura.
"Boleh!" Jesslyn yang terlihat tampak setuju dan Maura langsung memperlihatkan yang memang sudah ada di ponselnya.
"Wau keren sekali. Kalian berdua terlihat seperti orang yang saling mencintai," puji Jesslyn.
"Terlihat seperti?" sahut Maura yang merasa ada sesuatu dengan kata-kata Jesslyn.
"Apa selama ini kamu bukan orang yang saling mencintai?" tanya Maura melihat ke arah Bian.
Jesslyn tersenyum menanggapi perkataan sang kakak dan melihat ke arah Bian.
"Aku hanya berpikir saja jika dalam hubungan kalian berdua Kakak yang lebih banyak memberikan cinta kepada Kak Bian," ucap Jesslyn tanpa melepas tatapan mata itu dari Bian.
Bian malah tersenyum dan juga tidak lepas menatap Jesslyn. Dia bahkan seperti tidak menggap ada Maura di sana. Maura bahkan pergantian melihat Jesslyn dan Bian yang masih sibuk dengan dunia mereka masing-masing.
"Kalian sudah tiba!" tiba-tiba terdengar suara yang membuat arah pandangan mereka semua teralihkan ke suara tersebut yang muncul seorang wanita yang tanpa elegan menggunakan dress panjang dengan rambut yang disanggul. Wanita berwajah tegas dan memiliki tatapan mata yang tajam yang menakutkan itu.
"Mama!" sahut Jesslyn.
"Bagaimana Jesslyn apa pertemuan kamu dengan Rafa lancar dan apakah dia akan ikut makan bersama kita?" tanya Jessica.
"Kak Rafa sebentar lagi akan tiba. Kami memang tidak bisa pergi bersama karena dia ada urusan. Tetapi semuanya lancar," jawab Jesslyn.
"Baguslah! Ayo masuk!" ajak Jessica. Jesslyn mengangguk dan mereka berdua yang hendak pergi.
"Mah!" Maura tiba-tiba menghentikan Jessica.
"Ada apa?" tanya Jessica.
"Mama lihat dulu hasil foto prewedding aku dan Bian. Siapa tahu ada pendapat dari mama yang tidak Mama sukai," ucap Maura yang menyodorkan diri karena sejak tadi dia tidak ditanya.
"Nanti saja. Lagi pula fotografer itu bukan fotografer sembarangan dan pasti hasilnya juga bagus dan tidak ada yang perlu dikomentari," sahut Jessica dengan singkat dan langsung pergi yang dirangkul lengannya oleh Jesslyn dengan Jesslyn yang tersenyum.
Maura hanya bisa terdiam. Bian menghela nafas yang juga tidak mengatakan apa-apa dan menyusul Jessica dan Jesslyn melewati Maura begitu saja.
Maura menghela nafas melihat orang-orang itu pergi begitu saja dan tanpa mengajak dirinya atau berbicara sebentar padanya dan termasuk juga Bian mengabaikan Maura.
********
Meja makan di kediaman Darius suami dari Jessica orang tua Maura dan Jesslyn yang sekarang dihidangkan dengan begitu banyak makanan. Para pelayan yang masih terlihat menata makanan itu.
"Terima kasih Rafa kamu memenuhi undangan makan malam kami!" ucap Darius yang berjalan menuju meja makan berbicara dengan seorang pria dan diikuti Jessica dan yang lainnya dari belakang.
Pelayan itu yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka langsung bergegas yang meninggalkan meja makan yang sudah terhidang dengan banyak jenis makanan.
"Saya yang berterima kasih diundang makan malam di rumah ini," sahut pria itu bernama Rafa.
"Ayo silahkan duduk!" titah Darius yang duduk di kursi utama.
Maura, Jessica, Jesslyn, Bian yang juga menghampiri meja makan dan mengambil tempat duduk masing-masing. Namun ada yang membuat tatapan Maura salah fokus dengan Bian yang menarik kursi dan mempersilahkan Jesslyn untuk duduk.
"Makasih!" ucap Jesslyn dengan pelan yang memberikan senyuman. Bian mengangguk yang langsung duduk di samping Maura.
Bukan hanya Maura yang melihat pemandangan itu tetapi juga, Rafa, lalu tatapan Rafa berpindah kepada Maura yang memperlihatkan ekspresi datar wanita yang duduk tepat di hadapannya itu.
Pria tampan dengan tinggi 180 derajat itu yang berkulit putih yang memiliki bola mata yang sangat indah lautan dalam hanya terus memperhatikan wajah wanita yang tampak berpikir itu. Entahlah kenapa Rafa ingin melihat ekspresi wanita itu yang ternyata memperlihatkan wajah datar yang seperti seolah merasa tidak ada apa-apa.
"Mari, Nak, Rafa kita nikmati makanan ini!" tegur Darius yang membuat Rafa mengalihkan pandangannya. Rafa menganggukkan kepalanya.
"Rafa ini adalah masakan rumah kami dan kami mempunyai koki khusus di rumah ini yang selalu memanjakan lidah kami. Semoga kamu suka," sahut Jessica dengan ramah. Rafa hanya menanggapi dengan menganggukkan kepala.
Bersambung.
...Selamat datang di karya terbaru baku. Semoga kalian menyukai karya terbaru aku. Jangan lupa untuk like, koment, subscribe dan like. Mohon dukungannya ya....