Hanya menceritakan perjalanan cinta antara Achana si murid lugu dan Jeffery si guru arogan. Dengan sebuah peristiwa yang membuat mereka menjadi dekat dan menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka.
Kemudian apa jadinya jika orang yang saling mencintai itu kedatangan orang dari masa lalu mereka? Apakah mereka akan tetap bisa mempertahankan cinta mereka? Atau malah goyah karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chryssa_Dike, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Pagi ini di sebuah kamar bernuansa pink, kontras dengan kepribadian sang pemilik kamar yang cantik, polos, dan periang. Seorang perempuan paru baya dibuat kelimpungan untuk membangunkan sang anak.
Tennia Pov
"Adek bangun, sekarang hari pertama adek masuk sekolah!" Ujarnya sambil menarik selimut yang dipakai anak gembul nya.
"Sebentar mae, adek masih ngantuk" ucap seseorang dibalik selimut hangatnya.
"Sekarang udah jam 6 dek, kamu harus siap-siap pergi sekolah"
"Sebentar mae" ucap gadis itu sambil terus memejamkan matanya.
"Ya sudah kalau adek tidak mau bangun"
"Padahal tadi mae memasak makanan kesukaan adek untuk sarapan" ucapnya sambil pura-pura pergi dari kamar sang anak.
Ia tau kalau sang anak tidak akan kuat jika diiming-imingi dengan makanan kesukaannya. Dan benar belum sampai ia beranjak dari ranjang sang anak, tangannya sudah lebih dulu ditarik, dan pelakunya siapa lagi kalau bukan Acha.
"Apakan mae memasak nasi goreng dan ayam goreng kesukaan adek?"
"Tentu, tapi berhubung adek tidak mau, jadi makanannya biar mae berikan saja pada tukang kebun" jawabnya menggoda sang anak
"Adek mau kok mae, kata siapa adek ga mau" ucap Acha, sambil mempoutkan bibirnya.
"Ya sudah kalau adek mau, sekarang adek mandi, habis itu siap-siap ke sekolah. Ini ranjangnya biar mae saja yang rapikan" ucapnya sambil merapikan ranjang sang anak yang berantakan.
"Siap mae, setelah adek mandi dan siap-siap adek akan turun kebawah untuk sarapan" ucap Acha sambil berlari kearah kamar mandi.
"ACHA JANGAN LARI SAYANG, NANTI JATUH"
Ia terlanjur panik saat melihat sang anak yang terlalu bersemangat untuk mandi dan cepat-cepat memakan makanan kesukaannya.
"Hehehe.. maaf mae" ucap Acha sambil menjembulkan sedikit wajahnya keluar pintu kamar mandi. Ten pun tersenyum untuk menanggapi permintaan maaf sang anak barusan.
Setelah selesai membersihkan kamar sang anak, ia juga menyiapkan baju yang akan anaknya kenakan saat sekolah nanti. Setelah dirasa selesai ia pun segera bergegas turun kebawah, menuju meja makan yang sudah terdapat sang suami.
Tennia pov end
***
"Selamat pagi sayang" ucap Tennia sambil mencium pipi sang suami. Ia baru saja turun ke lantai bawah setelah berhasil membuat sang anak bangun dan bersiap ke sekolah.
"Pagi juga sayang" balas Johnny sambil mencium balik pipi sang istri.
Setelahnya Johnny pun mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri tetapi tetap tidak mendapati apa yang sedari tadi ia cari. Tennia yang melihat gelagat Johnny seperti itu pun mulai bertanya.
"Sedang mencari apa dad? Kok kelihatannya bingung"
"Aku sedang mencari tuan putri kita. kemana tuan putri kita?! Bukankah tadi kau berucap akan membangunkannya?! tetapi mengapa kau turun sendirian?!"
" Ah.... Kau mencari tuan putri kita, Kukira kau sedang mencari apa karena menoleh tidak tentu arah. Tuan putri kita masih mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah, mungkin sebentar lagi dia akan turun kebawah dan makan" ucap Tennia, sambil duduk di kursi sebelah sang suami.
"Ah... Seperti itu" jawab Johnny untuk menanggapi ucapan sang istri barusan.
30 menit kemudian...
" Pagi mae, pagi daddy" ucap Acha sambil turun dari tangga.
"Pagi juga tuan putri mae dan daddy" ucap Tennia dan Johnny.
Setelah sampai dilantai bawah, Acha pun langsung bergegas ke ruang makan dan memposisikan dirinya untuk duduk didepan sang mae.
"Wahhh.... makanannya banyak sekali dan terlihat sangat enak. Mae tolong ambilkan adek nasi goreng dan ayam gorengnya" ucap Acha sambil memberikan piringnya pada sang ibu. Memang benar, ibunya kali ini memasak banyak sekali menu makanan kesukaan sang anak.
"Sebentar ya adek, biar mae ambilkan daddy dulu setelah itu mae ambilkan special untuk adek" ujar Tennia sambil menerima piring yang barusan anaknya serahkan.
Setelah menyerahkan piring Johnny pada pemiliknya, ia pun mengambilkan sang anak makan juga. Mengambilkan beberapa menu yang menurutnya sang anak suka. Merasa sudah, Tennia pun menyerahkan piring itu pada pemiliknya.
"Ini makanan punya adek, makan yang banyak ya dan jangan lupa baca doa dulu sebelum makan" ucap Tennia sambil memberikan piring tersebut pada sang anak.
"Terimakasih mae" ucap Acha sambil tersenyum manis pada sang ibu.
"Sama-sama sayang, ayo cepat habiskan makanannya, agar nanti tidak telat berangkat sekolahnya" balas Tennia sambil mengusap rambut sang anak.
Melihat interaksi sang istri dan anaknya, johnny pun tersenyum dan berterimakasih pada tuhan karena selalu memberikan keluarga kecilnya kebahagiaan.
'Terimakasih tuhan atas kebahagiaan yang selalu kau berikan pada keluarga kecilku' ujar Johnny dalam hati.
***
" Adek, apakah tidak ada barang yang tertinggal lagi?!" tanya Tennia sambil mencium dahi sang anak.
"Tidak mae, semua kebutuhan untuk sekolah sudah adek masukkan semua ke dalam tas"
"Ya sudah kalau memang tidak ada. Adek semangat ya belajarnya! Daddy juga semangat kerjanya dan hati-hati ya bawa mobilnya" ucap Tennia pada kedua orang tersayangnya.
"Siap mae/sayang" ucap Acha dan Johnny hanya sebelum masuk ke mobil untuk berangkat sekolah dan berangkat ke kantor.
Ya, memang Acha masih diantar sang daddy untuk berangkat sekolah, karena sang daddy melarang dia membawa mobil sendiri dengan dalih 'adek masih terlalu pendek untuk membawa mobil sendiri, nanti takutnya kaki adek tidak sampai saat akan mengerem'. padahal dia kan tinggi, tingginya saja sudah 155cm ia juga sudah berumur 18 tahun jadi ia juga sudah bisa membuat SIM untuk dirinya sendiri.
Tapi setiap ia mengajak sang daddy untuk mengurus SIM pasti sang daddy akan berucap 'kantor pembuat SIMnya sedang tutup jadi adek masih tidak bisa membuat SIM' dan jika ditanya lagi sang daddy pasti akan mempunyai banyak alasan lain agar ia tidak membuat SIM dan membawa mobil sendiri.
Setelah 15 menit perjalanan. Acha pun sampai di sekolah barunya.
"Sudah sampai, sini biar daddy bukakan seatbelt nya" ucap Johnny sambil membukakan sabuk pengaman milik sang anak.
"Terimakasih daddy" ucap Acha sambil mencium pipi daddy nya.
"Sama-sama adek, sana cepat masuk agar adek tidak telat" ucap sang daddy, sambil mencium dahi sang anak.
"Siap daddy, adek masuk dulu ya, daddy juga hati-hati ke kantor nya" Acha pun turun dari mobil sang daddy.
"Siap adek"
"Nanti kalau pulang jangan lupa telepon Pak Harto ya supaya dijemput" ucap Johnny memberitahu sang anak.
"Siap daddy"
Setelah itu acha pun masuk ke dalam sekolah barunya dengan perasaan senang. Melihat sang anak sudah masuk kedalam sekolahnya, Johnny pun segera berangkat menuju kantor.
Saat sedang berjalan masuk kedalam sekolah, Acha tidak sengaja bertabrakan dengan seorang murid laki-laki.
"Kalau jalan lihat-lihat dong, lihat nih handphone gue jadi jatoh kan" ucap anak laki-laki yang tidak sengaja bertabrakan dengan Acha.
Acha yang mendengar suara bentakan itu pun seketika terdiam dan menangis.
"Hiks...hiks... maaf kak, Acha tidak sengaja" ucap acha sambil terus terisak.
Mendengar suara tangisan Acha, laki-laki itu pun menoleh dan terdiam sejenak 'kenapa dia nangis? Seharusnya kan gue yang nangis karena handphone gue jatoh' batin laki-laki itu.
Setelah ia sadar dari keterdiamannya ia pun bertanya pada gadis itu "hey, kenapa kau menangis?" Ucap laki-laki itu.
"Hiks...maaf, karena Acha, handphone kakak jadi rusak, maaf, hiks... nanti sebagai permintaan maafnya biar hiks.. Acha ganti handphone kakak" ucap Acha sambil terus sesenggukan.
"Tidak perlu minta maaf, itu juga kesalahanku karena berjalan sambil bermain handphone, jadi berhentilah menangis. Dan untuk handphone ku yang rusak tidak perlu diganti nanti biar aku beli sendiri" ujar laki-laki itu.
"Tapi itu juga kan salah Acha, jadi biar Acha menggantinya" ucapnya sambil mengusap air matanya yang masih ada di wajah.
"Sudah ku bilang tidak perlu, dan jangan menangis lagi. Btw kau anak baru ya?" Tanya laki-laki itu.
"Ah... Iya kak, perkenalkan nama aku, Achana Candra Soediningrat pindahan dari sekolah luar, kakak bisa panggil aku Acha salam kenal ya kak" Acha menjabat tangan laki-laki itu.
"Ohh pantas saja aku tidak pernah melihat wajahmu disekolah ini. Oh iya perkenalkan aku Markana Alvino Lexander bisa dipanggil Marka" ucap laki-laki yang bernama Marka itu, sambil menjabat tangan Acha.
" Maaf ya kak untuk yang tadi, Acha tidak bisa lama-lama disini, Acha harus ke ruang kepala sekolah dulu, bye bye Kak Marka" ucap Acha sambil berlari dan melambaikan tangan ke Marka.
Marka yang melihat kelakuan Achana pun hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.
Setelah itu ia mengingat sesuatu 'Shit...aku lupa meminta nomer Achana. semoga saja aku segera bertemu lagi dengannya' batin Marka sambil berjalan menuju kelasnya.
***
Setelah sampai didepan ruang kepala sekolah, Acha pun segera mengetuk pintu ruangan tersebut.
"Permisi" Tidak ada sautan sama sekali
'apakah tidak ada orang di dalam ruangan ini ya?' batinnya.
"Permisi, ada orang di dalam? Ini Acha murid baru" ucap Acha sambil meninggikan suaranya sedikit, tidak ada jawaban sedikit pun. Karena lelah berdiri, Acha pun memberanikan diri masuk ke dalam ruang kepala sekolah dan duduk di sofa ruangan tersebut.
"Ahh....akhirnya bisa duduk juga" ucapnya sambil menutup mata.
Tanpa diketahui ada sesosok laki-laki yang melihat perilaku Acha tersebut, tapi Acha tidak mengetahuinya karena terlalu menikmati empuknya sofa di ruang kepala sekolah dan dinginnya AC.
Saat sedang asik menikmati itu, tiba-tiba.....