NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:48.9k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Awal mula

Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi King masih terbaring telentang dengan mata setengah terpejam dan mulut meracau tak keruan. Ia habis minum-minum bersama rekannya dan kembali dalam keadaan mabuk. Lusa waktunya ia dan semua rekannya yang bertugas di tempat itu akan kembali pulang, jadi malam itu King gunakan sisa waktunya di sana untuk sedikit bersenang-senang. Sementara di depannya, Joe rekannya yang lain yang tidak ikut dalam acaranya itu tengah duduk tegak di bangku kosong sembari mengucek mata, berusaha menahan kantuknya karena hingga saat sekarang King belum juga bangun dan beranjak dari tempat tidurnya.

“Ayolah, King. Ini sudah hampir pagi, Kau harus segera kembali ke kamarmu sendiri. Aku juga butuh istirahat.” Joe berdiri lalu membungkukkan setengah badannya, mengulurkan tangan untuk membantu menarik lengan King agar bangun dari tempatnya. Tapi tubuh besar King terlalu berat dan sama sekali tak bergerak sedikit pun.

“No no no!” King menggoyang-goyangkan satu jemarinya di depan hidung, bibirnya menyunggingkan senyum malas. “Aku nyaman di sini, bagaimana kalau Kau saja yang pergi.”

Setengah sadar, King merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci kamarnya. Ia lempar asal hingga jatuh ke lantai. Joe mendecak sebal lalu memungut benda itu, diiringi tawa kecil King. Kamar King berada di barak bagian atas, dan Joe harus berjalan melewati beberapa tangga panjang untuk menuju ke sana.

“Baiklah, untuk kali ini saja Aku akan tidur di kamarmu.” Joe mengalah. Ia menyambar jaketnya yang tergantung di belakang pintu dan memakainya langsung, lalu balik badan dan berjalan menuju lemari. Mengambil sesuatu dari dalam sana dan menyimpannya baik-baik dalam saku jaketnya.

King membuka mata, melirik sekilas dan menertawakan sikap Joe padanya. Ia sangat tahu apa yang dibawa rekannya itu. Selembar foto usang seseorang, ia bahkan tak berminat untuk melihatnya apalagi mengambilnya meski Joe kerap berusaha menyembunyikan foto itu darinya. “Kenapa Kau terus membawanya bersamamu. Percayalah, Aku tidak pernah tertarik untuk memilikinya.”

Joe diam sejenak, lalu balas menoleh dan menatap King lama. “Karena dia begitu berharga untukku, satu-satunya alasanku bertahan hidup hingga saat ini.” Ujar Joe sebelum berlalu dari hadapan King. "Selamat malam, King."

“Malam juga, Joe. Mimpi indah bersamanya,” balas King sambil tertawa tak jelas. “Dan jangan lupa matikan lampunya!”

Joe mendengkus sebal, meski begitu ia turuti perintah King padanya. Sebelum pergi ia matikan lampu dalam kamarnya itu dan hanya menyisakan cahaya remang yang berasal dari luar kaca jendela. Malam itu mereka berdua bertukar tempat tidur. King terlelap begitu cepat dan terbangun beberapa jam kemudian saat sesuatu dalam dirinya mendesak ingin keluar.

King berjalan sempoyongan dan membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Di ambang pintu ia berhenti sejenak untuk sekedar menghentikan rasa pening yang kini menyerang kepalanya. Ia menggoyangkan kepalanya, lalu cuping telinganya yang terlatih me negak secara tiba-tiba. Samar-samar didengarnya suara mencurigakan dari arah samping rumah. King menoleh cepat. Matanya memindai sekitarnya, lalu sebuah bayangan bergerak cepat melintas di sana.

Waspada! Itu yang sedang dilakukannya kini. Meski dalam keadaan setengah mabuk, King bisa merasakan bahaya sedang mengintainya. Suasana sepi memudahkannya untuk mendengar lebih jelas suara-suara yang bergerak di dekatnya.

Meongg!

Rrrrhhh!

King refleks menarik kakinya saat merasakan sesuatu yang berbulu melintas begitu cepat di dekat kakinya, dan ia baru menyadari kalau ujung sepatunya tadi tanpa sengaja telah mengenai kucing hitam yang berlari kencang dan menghantam drum sampah di sudut rumah.

“Ups!” ujarnya seraya menatap kucing hitam itu, yang menatapnya nyalang dengan ekornya yang tegak. “Hush! Pergi sana,” usir King sambil mengentakkan kakinya, hingga kucing itu berlari dan menghilang di kerimbunan tanaman di bawah sana.

“Baiklah, sepertinya hanya kucing hitam yang sedang mencari makan!” Menunggu hingga beberapa saat, King harus tetap siaga dan menahan diri, namun suasana terlihat aman dan tak ada sesuatu yang terjadi setelahnya. King pun memutuskan untuk segera beranjak menuju kamar mandi yang terletak di bagian paling ujung barak yang ditempatinya.

Bummm!

Duaarr!

Hanya selang beberapa menit, King yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hendak kembali ke kamarnya lagi, secara tiba-tiba tubuhnya terlempar dan tersungkur jatuh hingga menyentuh tanah di bawahnya dengan begitu keras. Ia meringis merasakan nyeri hebat pada lengan juga punggungnya. King berusaha bangun, meraba pelipisnya yang berdarah. Sudut bibirnya yang terluka menimbulkan rasa asin di mulutnya.

King mengangkat tangan melindungi wajahnya ketika terdengar suara ledakan berikutnya. Ia kembali jatuh dan terhempas hingga menabrak pagar kayu di belakangnya. “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?”

King mencoba kembali bangun, dan matanya terbelalak menatap pemandangan di depan matanya. “Joe!” teriaknya lantang setelah mengingat sesuatu. Tubuhnya gemetar menyadari kalau sahabatnya itu sedang tertidur di kamarnya yang berada di barak atas, di mana sebagian bangunan di sana sudah dilalap api.

Bunyi ledakan nyaring berikutnya disertai kobaran api yang menyembur tinggi dan seketika meluluh lantakkan beberapa bangunan di sekitarnya. Kaca dinding rumah pecah berhamburan, suara logam beradu menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Jerit kesakitan disusul tubuh korban yang terbakar dan berusaha keluar menyelamatkan diri seketika jadi pemandangan yang menyayat hati.

“Joe!” teriak King lagi. Ia berlari menuju arah api berasal, dari arah sebelah kanan dan kirinya tampak berhamburan keluar rekan-rekannya yang lain. “Selamatkan diri kalian semua!” teriak seseorang lantang.

Serangan musuh yang datang secara tiba-tiba di pagi hari buta membuat panik semua orang. Beberapa hari belakangan suasana tampak aman, setelah pasukan berhasil memukul mundur para perusuh bersenjata itu hingga lari dan bersembunyi di hutan. Tak mengira kalau musuh akan datang dan kembali menyerang, melumpuhkan para penjaga di barisan depan dan membakar kamp tempat tinggal mereka.

King berhasil mencapai kamarnya, ia mendobrak pintu yang terkunci dan mendapati Joe hampir tak sadarkan diri. Api membakar hampir seluruh bangunan, beberapa tiang jatuh dan hampir mengenai mereka. Beruntung King sempat menghindar hingga tak mengenai tubuhnya. King membantu Joe berdiri dan memapahnya keluar, tapi tubuh sahabatnya itu tampak begitu lemah dan malah terjatuh di dekat kakinya.

“Naik ke punggungku, sekarang. Aku akan menggendongmu. Cepat!” teriak King gusar, ia berjongkok dengan menekuk satu kaki di depan Joe.

“King ...”

Joe memegangi dada kirinya, wajahnya tampak pucat. Napasnya tersengal menahan sakit, dan King baru menyadari rekannya itu terluka di bagian dadanya. Darah merembes keluar dari luka yang terbuka itu, luka tembak yang didapat Joe dari jarak cukup dekat saat berhadapan dengan musuh.

“Tolong, bertahan sebentar lagi, Joe.” King menggendong tubuh rekan sekaligus sahabatnya yang terluka itu, membawanya menjauh untuk menyelamatkan diri. “Aku akan segera membawamu keluar dari tempat ini.”

Asap putih tebal membumbung tinggi di atas sana, desing peluru melintas dekat sekali di atas kepala mereka. King berlari menggendong Joe di punggungnya.

“Aku sudah tidak tahan lagi ...”

“Aku mohon, bertahanlah.” King menggertakkan giginya, ia menerobos kepungan api dan berhasil meloloskan diri. Sayang kakinya tergelincir saat akan melewati hutan, mereka jatuh ke jurang dan Joe langsung tak sadarkan diri.

“Joe! Bangun, sadarlah kawan!” King menepuk pipi Joe, tanpa terasa sudut matanya berair. Baju di bagian depan Joe sudah penuh dengan darah, demikian pula dengan bagian punggung King sendiri. King menekan luka di bagian dada Joe untuk menghentikan darah yang terus mengalir keluar, dan berulang kali pula ia berusaha menyadarkan Joe agar membuka matanya. “Joe, bangun! Bertahanlah kawan!”

Mata itu bergerak perlahan, mengerjap lemah sebelum terbuka sepenuhnya. Bibir pucat Joe tersenyum, sebelah tangannya yang lemah bergerak menangkup tangan King yang berada di atas dadanya.

“Kita akan pergi dari tempat ini, kita akan pulang dan kembali ke rumah. Kau harus tetap bertahan, Joe.” Ucap King dengan suara tertahan.

Lelaki bertubuh besar itu menangis, tak tahan melihat Joe sahabatnya tampak kesulitan bernapas. Joe seperti ingin menyampaikan sesuatu padanya, ia mencengkeram baju King dengan sisa tenaganya yang masih ada. “Men-dekatlah, King. Aku ingin bicara sesuatu padamu ...”

King mendekatkan telinganya di bibir Joe. “Katakan padaku, kawan. Aku akan melakukannya untukmu.”

Tangan Joe merogoh saku bajunya, mengeluarkan sebuah foto usang dan memberikannya pada King dengan jemari bergetar. Mulutnya terbatuk kecil dan mengeluarkan darah segar. Suaranya terbata-bata saat bicara pada King. Matanya berkabut dan bulir bening mengalir di pipinya. Hingga di akhir ucapannya, Joe meminta King berjanji padanya. “Hanya Kau yang Aku percaya saat ini. Berjanjilah untukku, hanya dia satu-satunya ...”

Suara Joe semakin melemah, King mengangguk sebagai jawaban. Tangannya menggenggam erat foto yang diberikan Joe padanya. “Aku berjanji padamu. Aku akan melakukannya seperti apa yang Kau minta.”

“Terima kasih, King. Aku percayakan dia padamu.” Tangan Joe yang mencengkeram bajunya itu perlahan mengendur sebelum akhirnya jatuh terkulai di sisi tubuhnya.

“Joe!” King menggoyang tubuh sahabatnya itu, tapi mata Joe terpejam rapat dan bibirnya tampak tersenyum meski matanya terlihat basah. “Joe!”

Suara teriakan panjang King menggema, lalu tak lama kemudian tubuhnya pun terkulai jatuh tak sadarkan diri masih dengan tangan memeluk erat tubuh Joe yang sudah tak bernyawa lagi. Angin kencang berpusar di sekitarnya, King masih tak sadarkan diri ketika helikopter penolong turun dan menyelamatkan dirinya lalu membawanya pergi dari tempat itu.

☆☆☆

1
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
Kenna Dean
setuju menginap king pasti siapkan semua cepat
Kenna Dean
no debat, ga ada masalah soal selera sebab sama
@yo jung shi💖
moga saja semua lancar dan tidak ada kendala yang berarti dalam tugasmu
@yo jung shi💖
kerjakan saja perintahnya dan pilih barang sesuai seleramu
💮🌼 Diana Dee 🌼💮
Totalitas king sambut mika di rumah barunya
💮🌼 Diana Dee 🌼💮
Tuan dan nyonya cayden siap siap sarapan 😜
💮🌼 Diana Dee 🌼💮
makin terbuka jalan king buat dekatin mika 😮
💮🌼 Diana Dee 🌼💮
dirimu banget ni say 🤣🤣🤣🤣🤣
MrsJuna
semua karena joe 🤗 king yang awalnya acuh berubah total setelah joe pergi dan menitipkan foto mika juga pesan untuknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!