NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mateo Masuk Rumah Sakit

Dengan langkah hati-hati, Hugo menjejakkan kaki ke dalam kediaman mewah yang terpencil, sebuah pencarian yang didorong oleh kekhawatiran mendalam. Bosnya, Tommy, telah menghilang dari radar sejak malam sebelumnya, dan setiap detik tanpa kabar hanya menambah beban pikiran Hugo.

Harapan membawanya ke sini, ke tempat yang mungkin menyimpan jawaban atas ketidakpastian yang menggantung.

Rumah itu terasa hampa, seolah-olah jiwa-jiwa yang pernah berdiam di sana telah lama pergi, meninggalkan hanya kesunyian yang menyesakkan dada. Namun, ketika Hugo memasuki sebuah ruangan, pemandangan yang berbeda terhampar di depan matanya.

Botol-botol minuman yang berserakan di lantai menjadi saksi bisu akan pesta yang telah berlangsung, sebuah perayaan yang biasa Tommy lakukan.

Dan di sana, di tengah keheningan yang menindih, Hugo menemukan Tommy. Tubuhnya terkulai tak berdaya di atas sofa, tertidur pulas tanpa busana dalam pelukan selimut kecil yang melingkupi pinggangnya. Sebuah pemandangan yang menimbulkan pertanyaan lebih dari sekedar kelegaan menemukan sang bos masih bernapas dalam tidurnya yang lelap.

Dengan hati berdebar, Hugo meraih bahu Tommy yang terbungkuk di atas sofa. Cahaya remang-remang dari lampu gantung menghiasi ruangan, menciptakan bayangan-bayangan yang menari di dinding. Tommy terlihat rapuh dalam tidurnya, seolah-olah beban dunia telah menghimpitnya.

"Hmm... Tommy," bisik Hugo, mencoba membangunkannya. "Ada sesuatu yang harus kau dengar."

Tommy menggeliat, matanya terbuka perlahan. Wajahnya yang tampan terlihat sedikit bingung, seolah-olah masih terjebak di antara mimpi dan kenyataan. "Hugo?" gumamnya, suaranya serak karena tidur. "Ada apa?"

Hugo menelan ludah. "Mateo, masuk rumah sakit," ucapnya dengan hati-hati. "Kita harus pergi sekarang."

Tommy mengangkat alisnya, mencerna kata-kata Hugo. "Mateo?" ulangnya. "Apa yang terjadi?"

Hugo merasa berat untuk mengungkapkan lebih lanjut. Dia tahu bahwa Mateo bukan hanya bos Tommy, tapi juga sosok ayah yang telah mengasuhnya sejak kecil. "Dia butuh kau," kata Hugo dengan tulus. "Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang."

Tommy menatap Hugo dengan mata yang terpejam, seolah-olah berusaha mengabaikan kenyataan. Mateo, sang kakek, selalu muncul dengan cerita-cerita yang tak pernah berujung. Dia adalah pria yang menguasai ruang dan waktu, mengisi setiap sudut kehidupan Tommy dengan nasihat-nasihat yang terkadang lebih rumit daripada teka-teki.

Hugo merasa bertanggung jawab untuk membawa Tommy keluar dari dunia Mateo yang abstrak. Dia tahu bahwa Tommy, meskipun terkadang terjebak dalam pusaran keluarga dan bisnis, juga memiliki sisi manusiawi yang perlu dijaga. "Tommy," bisik Hugo dengan lembut, "kita tidak bisa mengabaikan Mateo kali ini. Dia butuh kau, kau cucu Mateo satu-satunya."

Tommy menggelengkan kepala, rambutnya yang hitam terurai di atas bahu. "Hugo," katanya, suaranya lelah, "aku lelah dengan semua ini. Kita selalu berlari mengikuti jejak-jejak masa lalu, mencari jawaban yang tak kunjung datang."

Hugo menarik nafas dalam-dalam. "Tapi Mateo adalah bagian dari kau, Tom," ucapnya. "Dia adalah akar dari segala hal yang kita jalani. Kita tidak bisa mengabaikannya."

Tommy menatap Hugo, matanya yang biru gelap penuh dengan pertentangan. "Aku tahu," katanya akhirnya. "Tapi apa artinya semua ini jika kita hanya terus berputar dalam lingkaran yang sama?"

Hugo merasa kebingungan. Dia ingin melindungi Tommy, tapi dia juga mengerti keraguan yang menghantui majikannya. "Kita akan menemukan jawaban," ucapnya mantap. "Kita akan menghadapi Mateo bersama-sama, dan kali ini, kita tidak akan mundur."

Tommy mengangguk, dan Hugo merasa seolah-olah mereka telah menandatangani perjanjian tak tertulis. Di antara ketidakpastian dan dendam yang mengikuti Tommy menghela nafas, seakan berat untuk menerima kenyataan yang mungkin hanya sandiwara. "Baiklah," katanya dengan suara yang berat, "kita akan pergi ke rumah sakit."

Hugo hanya bisa menatap Tommy dengan pandangan yang penuh pengertian. Dia tahu bahwa Mateo adalah master dalam memainkan emosi, seorang ahli dalam seni manipulasi yang halus.

Namun, di balik semua drama yang diciptakan, ada ikatan keluarga yang tak terbantahkan, sebuah tali yang mengikat Tommy kepada kakeknya sejak dia masih berusia dua belas tahun.

"Kita tahu Mateo," ujar Hugo, mencoba menenangkan. "Dia mungkin hanya ingin perhatianmu. Tapi tidak ada salahnya kita memastikan, bukan?"

Tommy mengangguk, matanya menunjukkan sedikit keraguan. "Ya, kamu benar," jawabnya. "Aku akan bersiap."

Tommy berdiri di depan cermin, mata birunya menatap wajahnya yang terlihat lelah. Rambut hitamnya dibiarkan terurai, seolah-olah tidak peduli dengan penampilan. Dia mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, lengkap dengan dasi merah yang terikat rapi. Namun, di balik kesempurnaan itu, ada ketidakpedulian yang terasa menusuk.

Sikap dinginnya terpancar dari setiap gerakannya. Dia tidak memperdulikan kerut-kerut di kemejanya atau debu yang menempel pada sepatunya. Baginya, semua itu hanyalah detail-detail yang tidak relevan. Yang penting adalah tujuannya: menemui Mateo dan mengakhiri drama yang selalu mengikutinya.

Hugo, yang sibuk memanggil pelayan untuk membersihkan rumah, hanya bisa mengamati Tommy dari sudut mata. Dia tahu bahwa Tommy memiliki lapisan-lapisan yang sulit ditembus. Di balik ketampanannya dan kekayaannya, ada kekosongan yang tak terucapkan. Dan saat ini, Tommy tampak seperti pria yang telah kehilangan arah, terombang-ambing di antara masa lalu dan masa depan.

"Hugo," panggil Tommy dengan suara rendah, "kita harus segera pergi."

Hugo mengangguk, menutup teleponnya dengan cepat. Dia tahu bahwa saat ini, Tommy tidak ingin banyak bicara. Dia hanya ingin menyelesaikan urusan dengan Mateo, secepat mungkin. Dan Hugo, sebagai kaki tangan setia, akan selalu berada di sisinya, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Mereka berdua meninggalkan ruangan, meninggalkan Tommy yang terlihat begitu rapuh di depan cermin. Di luar, pelayan-pelayan sibuk membersihkan botol-botol minuman yang berserakan, meninggalkan jejak pesta yang telah berlalu.

Dan di tengah semuanya, Tommy berjalan dengan langkah mantap, hatinya yang dingin dan terluka tetap tersembunyi di balik jas hitam yang sempurna.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!