NovelToon NovelToon
TAWURAN

TAWURAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:17.7k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

Novel ini bercerita tentang Gita dan kawan-kawan yang merantau ke Ibu Kota untuk menempuh pendidikan. Siapa sangka? Gita yang sewaktu SD pernah membuli seorang pria culun, kini dipertemukan kembali dengan pria itu dalam situasi yang berbeda. Tawuran merupakan gerbang pertemuan mereka.

Sean, nama pria itu. Gita tak ingin membuka kisah lamanya, namun Sean terus mengganggu gadis tersebut. Hingga akhirnya Gita membuka suara mengenai kejadian di masa lalu. Gita mengakui bahwa Ia tertarik pada Sean di waktu kecil. Sayangnya, Gita yang sejak itu sedang menghadapi ketidakharmonisan keluarga, tidak mampu mengekspresikan rasa sukanya terhadap Sean. Sehingga, ia lebih memilih untuk membuli pria itu dan menciptakan trauma berat yang sulit disembuhkan untuk keluarga Sean sendiri.

Haruskah Sean memaafkan Gita? Ataukah cinta Gita akan bertepuk sebelah tangan selamanya?

Baca kisah lengkapnya di dalam cerita ini 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

"Wildan!" panggil Ayu dengan girang duduk di sebelah pria itu.

Wildan enggan menanggapinya dan lebih memilih untuk fokus pada buku yang ia pegang.

"Wildan lagi baca apa?" tanya Ayu sambil memanjangkan lehernya ke arah buku tersebut.

Wildan masih tetap berdiam diri.

"Ayu punya sesuatu!" Gadis itu mengeluarkan ponselnya. "Ayu dapat kado HP baru dari Mamaaaaa!" pekik Ayu dengan senang.

"Berapa kali gue bilang kalo kita dilarang bawa HP ke sekolah!" tegas Wildan.

"Tapi, Wildan juga bawa HP 'kan?" balas Ayu.

"Tapi gue nggak nunjukin ke siapa-siapa! Dan gue anggota OSIS! Gue diwajibkan bawa HP buat info tentang kegiatan sekolah!" bantah Wildan.

Cekrek!

Ayu memotret wajah Wildan dan menjadikannya wallpaper.

"Ow, oke-oke!" ucap Ayu kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas.

Gadis itu berdiam diri sambil memandangi wajah Wildan sambil tersenyum.

Wildan meliriknya dan memasang wajah datar. "Bahagia lo hari ini?" tanyanya.

"Iya, bahagiaaaaaa bangeeeet!" ucap Ayu.

"Kenapa?" tanya Wildan lagi.

"Soalnya semalam dapat meluk orang yang spesial. Terus dapat kado dari orang yang spesial!" Ayu menunjukkan ganci boneka beruang yang menggantung di tasnya.

Pandangan Wildan fokus pada dasi boneka berwarna biru tersebut. "Sejak kapan lo deket sama orang spesial itu?" tanya Wildan.

"Sejak Ayu SD, Ayu kenal orang spesial itu," jawab Ayu yang seolah-olah menggibah Wildan di hadapan orangnya secara langsung.

"Kenapa lo pake yang itu?! Bonekanya mana?!" Wildan mendadak marah dan membuat Ayu bingung.

"Ya, mana boleh! Masa bonekanya mau dibawa ke sekolah! 'kan nggak mungkin! Mana bonekanya segede Gajah!" bantah Ayu.

"Ya kenapa nggak boleh?! Bisa aja 'kan lo bawa ke sekolah! Sekalian lo pamerin ke semua orang kalo gue yang ngasih bonekanya! 'kan biasanya lo kayak gitu!" balas Wildan.

"Tapi 'kan Wildan nggak suka kalo Ayu kayak—"

"SUKA!" teriak Wildan membuat semua pasang mata di kelas pagi itu menatapnya. "Gue suka lo kayak gitu," ucapnya dengan pelan.

"Oke! Besok Ayu bawa bonekanya!" Ayu langsung menyambar kalimat tersebut.

Seperti yang Ayu katakan. Keesokan harinya, Ayu benar-benar membawa boneka yang Wildan berikan untuknya ke sekolah. Dalam hitungan detik, gadis itu menjadi pusat perhatian semua murid.

"Boneka buat siapa, Yu?"

"Dih, bonekanya lucu banget!"

"Boneka dari siapa?"

"Bonekanya lucu, Kak. Buat siapa?"

Ayu cukup menjawab dengan satu kalimat yang ia ucapkan berulang-ulang. "Boneka ini kado ultah gue dari Wildan!"

"Kok bisa Wildan ngasih dia boneka?" Gadis lain di kelas 9 mulai mencibir Ayu.

"Palingan dia yang maksa Wildan buat ngasih boneka," jawab temannya.

***

"Wil! Lo seriusan ngasih boneka buat kado ultahnya Ayu?!" pekik Teddy.

Wildan menahan malu akan hal bodoh yang Ayu lakukan hari ini. Lebih bodohnya lagi, dialah orang yang menyuruh Ayu untuk melakukan ini semua.

"Wil! Kalo lo suka sama Ayu, gue bakalan dukung lo 1000%! Gue lebih rela dia sama lo dari pada sama Hans! Gue nggak sudi punya kakak ipar kayak dia, Wil! Lo ngertiin dong posisi Ketua Kelas lo yang ganteng ini!" ucap Teddy.

"Berisik lo!" tegas Wildan membuat Teddy mengatup mulut dengan rapat dan kembali ke bangkunya.

"Jarang ngomong, sekalinya ngomong, pedes!" gerutu Teddy.

Akhirnya Ayu sampai ke kelas dengan napas ngos-ngosan membawa boneka yang Wildan berikan padanya.

"Wildan! Bantuin! Ayu capek!" jerit gadis itu di depan pintu kelas.

Wildan menghampiri. "Kenapa lo bawa beneran?" Ia bertanya.

"Kan Wildan yang nyuruh!" ucap Ayu.

"Ya, maksudnya nggak dibawa beneran juga, Ayuuuuu!" Wildan hendak membenturkan kepalanya ke tembok saking gemasnya pada gadis itu.

"Katanya Wildan suka kalo Ayu bawa bonekanya ke sekolah," ucap Ayu lagi.

"Ya ... Iya, tapi maksud gue tuh .... Aduh, nggak sanggup gue jelasinnya," ucap Wildan.

"Ada apa ini?!" Suara tegas itu membuat mereka menoleh pada guru BK yang mendengar kehebohan satu sekolah karena boneka yang Ayu bawa. "Ultah lagi?" tanya beliau.

"Pak! Jangan disita! Ini harganya mahal!" ucap Wildan.

"Kalian itu masih anak-anak! Tapi ini terlalu kekanakan!" tegas Pak Mun (Guru BK).

"Iya, Pak! Tapi ini beneran mahal Pak harganya! Jangan disita kayak yang taun kemaren!" ucap Wildan.

"Jadi ini bener dari kamu lagi, Wildan?" tanya Pak Mun.

Wildan terdiam dan mengangguk.

"Kenapa kamu bawa semua yang Wildan kasih ke sekolah, Ayu?" tanya Pak Mun lagi.

Ayu hanya berdiam diri tak memberikan jawaban.

"Kamu mau ngajak Ayu main boneka atau apa lagi sekarang, Wil?" tanya Pak Mun.

"Nggak main, Pak! Ini kado ultah, ngasihnya juga di luar sekolah, tapi Ayu yang bawa ke sini!" bantah Wildan.

"Bawa bonekanya ke ruangan saya!" perintah Pak Mun.

"Tapi Pak! Ini mahal—"

"Bawa sekarang!" tegas Pak Mun memotong kalimat Wildan tersebut.

Wildan mengambil alih boneka tersebut.

"Kalian berdua, ke ruangan saya!" perintahnya lagi.

Pak Mun berjalan dan diikuti oleh Ayu bersama Wildan di sebelahnya. Tak lupa boneka yang Wildan gendong.

"Kalo tau bakalan kayak gini, gue kasih kado bom atom sekalian," ucap Wildan.

"Kan Wildan yang nyuruh Ayu bawa ini ke sekolah!" bantah Ayu

"Jadi, Wildan yang nyuruh?" tanya Pak Mun yang berbalik badan secara tiba-tiba.

Ayu terdiam dan melirik ke arah Wildan. Pria itu menggeleng pelan.

"Bukan! Bonekanya yang mau ikut saya ke sekolah!" jawab Ayu.

"Oke, jadi Wildan yang nyuruh kamu. Saya catat itu," ucap Pak Mun dan kembali berjalan.

Wildan menepuk jidat. Ayu memang sulit diandalkan.

"Kenapa lo jawab kayak gitu?!" omel Wildan sambil berbisik.

"Ayu nggak tau mau jawab apa!" balas Ayu.

"Kalo bonekanya disita kayak taun kemaren, gimana?! Lo mau kehilangan boneka ini juga kayak hadiah-hadiah yang kemaren?!" omel Wildan.

"Nggak mau! Makanya kalo ngomong yang bener! Biar bonekanya nggak disita!" tegas Wildan sambil berbisik.

"Tapi kalo ngomongnya bener, malah bonekanya disita. Kan sebenarnya Wildan yang nyuruh—"

"Maksud gue, pilih kata-kata yang bener!" tegas Wildan memotong kalimat gadis itu.

Akhirnya Wildan kembali menambah barang sitaan. Ini bukan pertama kalinya bari mereka berdua.

"Kenapa kamu ngasih Ayu boneka ini?" tanya Pak Mun.

"Dia ultah, Pak," jawab Wildan singkat.

"Di mana kamu ngasihnya?" tanya Pak Mun lagi.

"Di danau samping taman dekat rumah saya," jawab Wildan lagi.

"Kenapa kamu nyuruh Ayu bawa bonekanya ke sekolah?" tanya Pak Mun.

Karena dia pamerin ganci dari Sean, sementara boneka saya cuma ditaroh di kamar dan nggak ada orang yang tau kalo saya ngasih dia barang semahal ini! Saya sampai muter otak puluhan kali buat mikirin kado apa yang tepat buat dia! Dan Anda ... Dengan gampangnya Anda mau nyita barang semahal ini?! Anda kira duit buat belinya bisa jatoh dari langit?! (umpat Wildan dalam hati).

Wildan memilih untuk membunhkam mulutnya dan tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Bapak nggak boleh nyita boneka ini, Pak!" ucap Ayu.

"Kenapa nggak boleh?!" ucap Pak Mun dengan cepat.

"Pertama! Nggak ada peraturan sekolah yang melarang muridnya membawa hal-hal semacam ini! Kalo Bapak larang kita bawa boneka atau kado-kado lainnya dengan alasan 'bukan peralatan sekolah', berarti kami juga harus menyita rambut palsu yang Bapak pakai! Karena itu juga bukan peralatan sekolah!" ucap Ayu.

"Kamu berani—"

"Kedua!" tegas Ayu memotong kalimat Pak Mun. "Sebenarnya ini boneka dari mamanya Wildan buat saya. Kalo Bapak sampai nyita boneka ini, berarti Bapak harusnya ngomel ke mamanya Wildan, bukan ngomel ke kami berdua!" lanjutnya.

"Jadi ini dari mama kamu, Wildan?" tanya Pak Mun.

"Saya yang minta mama Wildan buat beliin saya! Wildan cuma ngasih doang! Tapi mamanya yang beli! Coba Bapak mikir, anak umur 14-15 tahun bisa beli boneka segede ini, pasti harganya nggak murah. Nah, dapat dari mana Wildan uangnya, sedangkan dia masih anak-anak dan nggak bekerja!" Ayu kembali mengoceh.

"Oke, saya telepon ibu kamu ya, Wildan?" ucap Pak Mun mengeluarkan ponselnya.

"Eh, jangan Pak!" bantah Wildan dengan cepat.

"Telepon aja," ucap Ayu.

"Halo," ucap Pak Mun.

"Halo, Pak Mun. Ada apa? Wildan bikin masalah di sekolah?" jawab ibu dari Wildan.

"Wildan nyuruh Ayu bawa boneka gede ke sekolah katanya ini kado ulang tahun," ucap Pak Mun.

"Wildan ngasih Ayu boneka gede?!" pekik sang ibu.

Wildan menepuk jidatnya. Urusan boneka semakin melebar hingga ke keluarga pria itu.

"Sekarang semua orang tau kalo Wildan ngasih Ayu boneka. Wildan suka 'kan?" bisik Ayu.

"Rasanya gue mau ngelempar lo ke Pluto!" bisik Wildan dengan kesal.

1
JChennn
baru mulai udh bgs jdi pngn bca trsss
Nabila
makin menarik
Nabila
ceritanya menarik banyak tokohnya jadi gak bosan
Rina Juwita JuEr
aku baca ulang lagi ceritanya bagus Thor semangat 💪💪
Tara
kayaknya Wira suka Ama febi tapi malu utk ucapin tapi getahnya kena kesemua orang he3😱🤗🫢😅🤔🫣
Tara
ini siapa yg bucin sich..Gita or Sean🫣😱🤗🫢😅🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!