GADIS KECIL SANG PRESIDEN

Akhirnya, ketika para reporter masih linglung, dengan penuh kemenangan Chloe berjalan ke arah John yang datang menjemputnya. John berada didalam mobil bersama dua orang pengawal menunggunya. Saat mereka melihat Chloe Bimantara datang, John langsung keluar dari mobil dan berdiri dengan tatapan dingin.

John pun berkata, “Nona Chloe, aku sudah memperingatkanmu kalau Tuan Armando tidak suka ketika orang lain membuat masalah untuknya.”

Chloe hanya tersenyum, “Bukankah tadi pagi dia sudah mengatakan kalau dia akan membantuku menyelesaikan masalah ini?”

John mengeryitkan keningnya tanpa mengatakan  apapun dan membukakan pintu mobil untuk Chloe. Setelah mereka berada didalam mobil, John kembali berkata, “Tuan Armando sudah membooking gereja untuk acara pemberkatan. Nona Chloe harus segera bersiap-siap dan mengganti pakaian anda.”

“Saya sudah mempersiapkan semuanya. Anda hanya perlu mengenakan pakaian pengantin dan pergi ke gereja untuk menjalani proses pernikahan formal.” ujar John menambahkan.

Chloe termangu dan langsung menoleh sambil berteriak, “Apa? Kenapa secepat ini? Apa kami akan menikah dihadapan banyak orang dan mengumumkan ke publik?”

“Nona Chloe, anda terlalu banyak berpikir. Tentu saja anda dan Tuan Armando akan menyembunyikan pernikahan ini. Lagipula tidak cukup waktu untuk mengadakan pernikahan besar dihadapan banyak orang.” jawab John.

Chloe menepuk-nepuk dadanya dan menghela napas lega, “Ah, syukurlah kalau begitu.”

Setengah jam kemudian, dia dibawa kesebuah butik khusus pakaian pengantin. Penata rias menata rambutnya dan membantunya mengenakan gaun pengantin mewah berwarna putih, persis seperti yang diimpikannya. Dia menatap pantulan dirinya di cermin, seorang pengantin wanita yang baru berusia sembilan belas tahun.

‘Hufff….ternyata masa mudaku sesingkat ini. Sekarang aku akan menikah.’ gumam hatinya.

Setelah dia selesai didandani, John membawanya menuju ke lokasi pernikahan. Sebuah gereja yang berada diluar kota, saat mereka tiba disana sudah ramai orang yang menunggu. Para tamu yang hadir semuanya berasal dari keluarga kaya dan berkuasa serta beberapa selebriti terkenal.

Mereka semua adalah teman-teman Armando dan mereka sudah tiba disana lebih awal untuk menghadiri acara pernikahan. Begitu Chloe turun dari mobil, semua mata memandangnya dengan tatapan kagum. Ragib, sahabat Armando yang langsung menghampirinya sambil tersenyum ramah.

Dia menuntun Chloe lalu berkata, “Nona Chloe, keputusan Armando selalu diluar perkiraan semua orang.”

 Chloe merasa gugup sehingga kakinya terasa kaku untuk melangkah. Dengan suara rendah dia bertanya, “Bukankah seharusnya pernikahan ini dirahasiakan? Tapi mengapa banyak orang yang datang?”

 “Mereka semua adalah teman-teman Armando.” jawab John. “Karena ini adalah pernikahan sah, harus ada saksi. Keluarga Armando akan tiba sebentar lagi. Nona Chloe tenangkan dirimu dan tidak perlu gugup.”

Barulah Chloe teringat ucapan John sebelumnya yang mengatakan jika Keluarga Armando memaksanya agar segera menikah. Mereka bahkan mengancam pria itu dengan menggunakan alasan pernikahan. Jadi pernikahan ini memang saling menguntungkan mereka berdua.

Chloe berusaha menenangkan dirinya. di bawah bimbingan John, dia berjalan melewati kerumunan orang yang sedang menonton upacara dan melangkah ke dalam gereja. Meskipun gereja itu tidak besar, tapi tempat itu adalah tempat yang paling sakral dan khusyuk.

Gereja itu memiliki desain bergaya Eropa. Tiga lampu kristal digantung rendah didalam gereja, mengubah seluruh gereja menjadi warna emas yang mewah. bagian atas atap melingkar klasik aula tengah dilukis dengan mural religius malaikat, awan, dan Putra Suci. Seluruh gereja menunjukkan warna romantis dan sakral.

Di bagian ujung gereja, tampak seorang pria tampan dan mulia berpakaian putih berdiri di depan salib dengan tangan terlipat di belakang punggung. matahari terbenam memancarkan warna keemasan masuk melalui jendela dan menyinari dirinya. Dia tampan dan bertubuh ramping, seperti rupa seorang dewa.

“Tuan Armando,” John muncul di belakangnya bersamanya. "Nona Chloe ada di sini."

Armando tidak melihat ke belakang. Dia berkata kepada dua pengacara di sebelahnya, "Berikan dia kontraknya."

Dua pengacara berjas hitam menghampiri Chloe dan mengambil dua kontrak pernikahan. "Nona Chloe, ini adalah dokumen perjanjian pernikahan dan pendaftarannya. Mohon tanda tangani dan tempelkan sidik jari Anda pada dokumen tersebut."

Setelah mendengar perkataan pengacara tersebut, Chloe tersadar dan sadar bahwa ia benar-benar akan menikah dengan pria yang semalam bersamanya dan baru mengenalnya selama sehari. Benar-benar takdir yang tak disangka-sangka.

Dia melirik Armando yang berdiri di depannya dan kemudian mengalihkan pandangannya ke perjanjian yang diberikan kepadanya oleh pengacara. Di atas kertas, Aman sudah menandatangani namanya. Chloe diam sejenak lalu dia berkata, “Baiklah…..”

Chloe mengambil surat perjanjian itu dan menandatanganinya. Lalu menempelkan cap jarinya. Dia menyodorkan kembali pena dan surat perjanjian itu pada kedua pengacara. Tak ada perbincangan diantara Chloe dan Armando. Pria itu hanya menatap Chloe sejenak lalu dia menoleh kepada kedua pengacara.

“Kirimkan dokumen itu kepada dinas pencatatan sipil lalu kirimkan sertifikat pernikahan kepada keluargaku.” perintah Armando.

“Baiklah, Tuan Armando.” jawab kedua pengacara yang segera pergi meninggalkan tempat itu sambil membawa surat perjanjian.

Setelah kedua pengacara pergi, Armando berkata pada Chloe, “Kemarilah.”

“Oh.” jawab Chloe singkat. Dia melangkah menghampiri Armando dengan patuh. Tatapan mata gadis itu terpaku menilik penampilan Armando yang mengenakan setelan warna putih salju. Baik setelan jas, sepatu kulit dan dasi yang dipakainya semua berwarna putih. Dia terlihat semakin tampan dan bersahaja.

Hanya bagian dadanya yang dihiasi dengan bunga lavender ungu. Seperti dia, Chloe juga mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Ini adalah gaun pengantin yang dipesan khusus oleh Armando, dan merupakan gaun termahal yang tersedia. Dia juga mengenakan lavender di dadanya. Bisa dikatakan bahwa mereka terlihat seperti pasangan serasi.

Bunga Lavender menggambarkan arti : menunggu cinta, melindungi cinta.

Armando mengangkat wajahnya dengan ringan dan melihat ke arah salib di depannya. "Apakah kamu pergi ke Shallow Bay untuk mencari Zayn Alister?"

 Chloe menegakkan punggungnya, "Iya, terus kenapa?"

“Tanpa izinku, kamu tidak bisa menemuinya sendirian.” Armando meliriknya dari sudut matanya. "Aku akan menjelaskan ini kepadamu terlebih dahulu. Kamu tidak bisa menghadapinya sendirian. Keluarga Bimantara bahkan tidak bisa melakukan apa pun pada Keluarga Alister, apalagi kamu."

Chloe mengepalkan tangannya. Dia benar-benar masih marah, kebencian didadanya semakin membuatnya ingin segera membalaskan dendam pada orang-orang itu.

“Pihak kepolisian mengatakan bahwa kau dengan sengaja melukainya dan menuangkan air panas ke tubuhnya.” ucap Armando.

"Aku bersalah." sahut Chloe dengan suara lirih.

Armando tidak mengatakan apa pun, hanya menatapnya dengan heran. Entah darimana datangnya keberanian atau boleh dibilang kenekatan gadis itu. ‘Apa dia tidak tahu kalau dia mendatangkan masalah untuk dirinya sendiri? Tanpaku, siapa yang akan membantunya?’

 "Seharusnya aku membawa asam sulfat untuk merusak wajahnya. Itu baru pantas!" Chloe tersenyum. "Bagaimanapun, dia tidak tahu malu."

Memikirkan apa yang dikatakan Zayn Alister kepadanya di Shallow Bay hari ini, dia merasakan kebencian sekaligus rasa sakit di hatinya.

Armando mengalihkan pandangannya dari wajahnya yang sedikit diberi riasan dan berkata dengan acuh tak acuh, "Lupakan saja, aku tidak butuh nasihat apa pun dari orang seusiamu. Lagi pula, kamu harus melaporkan kepadaku apa yang akan kamu lakukan di masa depan."

"Mengapa?" Chloe takut dia akan membatasi kebebasannya. "Kita akan menikah dengan cara yang saling menguntungkan, bukan? Kenapa aku harus mendengarkanmu?"

"Karena aku akan menjadi suami sahmu." jawab Armando.

Bibir Chloe bergerak. ‘Hufff apa aku sudah mengambil keputusan tepat? Atau aku malah menjerumuskan diriku kedalam perangkap lain?’ pikirnya.

Armando berkata lagi, "Aku ulangi: perjanjian pernikahan yang aku katakan tadi pagi."

Chloe menggigit bibirnya yang merah muda dan lembut. "Kita akan makan sendiri setelah menikah. Aku bisa mendapatkan gaji setiap bulannya, dan kamu akan membantuku menyelesaikan masalah yang diciptakan Zayn dan Keluarga Bimantara untukku. Kamu akan membantuku jika aku membutuhkan bantuan.. ..Tapi aku harus melahirkan anak untukmu setelah menikah jadi....kita harus berbagi kamar setiap bulannya."