NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:24.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bismillah, Aku Mau

"Pak, bagaimana anakmu itu, dari sekolah , kuliah, sampai sekarang sudah bekerja, kok belum pernah membawa teman prianya ke sini, ibu kan malu Pak, para tetanggga banyak yang bicara jelek soal Mutia", cerocos Bu Marni begitu pulang dari warung.

Suaminya, Pak Yuda hanya mengulum senyum sambil menghisap dalam-dalam kretek yang berada ditangannya.

"Ya..., tidak usah didengarkan Bu, mereka itu hanya iri saja sama kita", senyum Pak Yuda dengan tenangnya.

"Iri bagaimana Pak, tuh anaknya Bu Ria, baru lulus SMP saja sudah dinikahkan, jodohnya orang kaya pula dari kota",

"Itu kan anaknya Bu Ria, tidak akan sama dengan anak kita, anak kita, Mutia itu lulusan Universitas Bu, dia itu seorang Sarjana, perlu waktu lama untuk bisa wisuda, ya...jelas keduluan nikah sama teman-temannya yang nganggur di rumah", imbuh Pak Yuda, masih dengan sikap yang tenang.

"Sekarang mana Mutia nya, hari ini dia kan libur, kerjaannya di rumah terus, mana ada laki-laki yang tahu, kalau di rumah ini ada anak gadis cantik, sarjana, sudah bekerja pula", Bu Marni menengok ke arah kamar Mutia yang masih tertutup rapat.

"Biarin saja Bu, tidak usah terprovokasi omongan tetangga, tiap orang itu mempunyai jalan hidup yang berbeda, perkara jodoh itu sudah ada yang mengatur, jodoh itu tidak akan tertukar",

"Ya... , tapi sebagai ibunya, ibu juga takut Pak, takut kalau Mutia itu jadi perawan tua",

"Cckk..., cckk..., Bu ..., Ibu..., ada Allah yang mengatur Bu, kita berdo'a saja biar Utami dipermudah soal jodohnya, sekarang masak gih..., Bapak sudah lapar, sebentar lagi Arman pulang dari Masjid", Pak Yuda mengingatkan istrinya.

"Iya, maaf.., Ibu hanya tidak enak saja, mereka bilang lebih baik jadi janda muda katanya, daripada menjadi perawan tua, bikin panas telinga saja kan Pak", ucap Bu Marni sebelum menghilang menuju dapur.

Tanpa sepengetahuan orangtuanya, Mutia ternyata mendengar obrolan mereka, ia yang berniat membantu ibunya memasak, menghentikan langkahnya, tangannya yang hendak membuka pintu kamarnya pun ia urungkan.

Utami akhirnya berdiri didaun pintu dengan perasaan yang sangat sedih. Jarak kamarnya yang tidak terlalu jauh dari dapur, membuat ia bisa mendengar semua obrolan orang tuanya.

"Ya Allah..., ternyata aku ini menjadi beban pikiran Ibu dan Bapak, Ya Allah aku mohon segera pertemukan aku dengan jodohku", gumam Mutia.

Hatinya bergetar saat memanjatkan do'a. Bukan kali ini saja ia mendengar hal ini, banyak teman dan para tetangga yang selalu bertanya, kapan menikah?, saat bertemu dengannya.

Sebuah pertanyaan yang Mutia pun tidak bisa menjawabnya, jangankan menikah, teman pria pun, Mutia tidak ada.

Padahal Mutia itu seorang gadis yang cantik, hanya saja Mutia itu pendiam, dan pemalu, sehingga dia jarang berkumpul bersama teman-teman sebayanya.

Bahkan Mutia hampir tidak pernah keluar rumah kalau tidak untuk urusan bekerja dan membantu ibunya belanja.

Di tempat tinggalnya, tidak ada laki-laki yang mau mendekati Mutia, entah kenapa, mungkin juga mereka merasa malu jika harus berteman dengan Mutia yang seorang sarjana, sudah bekerja pula.

Sedangkan sebagian banyak para lelaki muda yang ada di daerah tempat tinggal Mutia, hanya berpendidikan SMP dan SMA saja. Mungkin mereka minder jika harus naksir sama Mutia.

Padahal orang tua Mutia, seorang Perani biasa, hanya saja mereka menekankan untuk mengutamakan sekolah kepada anak-anaknya.

Kakak Mutia bahkan sudah menjadi seorang Polisi lalu lintas, dan dia sudah bertugas di luar Pulau, hanya satu atau dua tahun saja Mandala pulang menemui keluarganya.

Mutia ini anak perempuan satu-satunya, adiknya Arman, baru duduk di kelas tiga SD, dan kakaknya Mandala, seorang Polisi .

"Ya Allah..., apa wanita yang belum menikah itu hina dihadapan-Mu?", lirih Mutia.

Mutia juga bukannya tidak mau untuk segera menikah, tetapi ia belum bertemu sosok laki-laki yang pas dihatinya, ada laki-laki yang ia suka, bahkan mereka pun pernah menjalin hubungan, namun ayah dan ibunya tidak menyetujui.

Hal itulah yang membuat Mutia enggan menjalin hubungan lagi . Mutia bahkan sudah berjanji dalam hatinya, ia akan menerima sosok laki-laki yang dipilihkan ayah ibunya. Namun hal itu pun tidak pernah terjadi.

Akhirnya Mutia hanya bisa pasrah saja menjalani setiap alur hidupnya, namun Mutia selalu yakin, jodohnya pasti ada, hanya saja belum ada waktu yang tepat untuk mereka bertemu.

"Aku harus kuat, anggap saja aku tidak mendengar apa pun, aku harus membantu Ibu", ucap Mutia, ia menyapu lembut kedua kelopak matanya yang tidak terasa basah dengan buliran bening yang mendesak menetes keluar.

Perlahan ia mendorong daun pintu kamarnya, ia berjalan menuju dapur menemui ibunya.

"Eemmhh..., harum sekali Bu, masak apa nih?" Mutia langsung menghampiri wajan diatas kompor dan menggerakkan susuk untuk membalikkan isinya.

"Sudah bangun kamu", ucap Bu Marni yang sedang merajang sayuran.

"Dari tadi juga sudah bangun Bu , Tia mengaji dulu", jawab Mutia pelan.

"Ya... , sesekali kamu itu keluar attu, jangan di kamar terus, hari ini kamu kan libur",

"Keluar kemana Bu?, kalau hanya untuk jalan-jalan tanpa tujuan, sayang waktu Bu", senyum Mutia, ia pura-pura tidak mengerti dengan arah pembicaraan ibunya.

"Cobalah untuk bergaul dengan teman-temanmu , banyak yang pergi ke pasar kaget, atau hanya sekedar olahraga ringan juga banyak",

"Hah..., teman yang mana Bu, semua teman Mutia itu sudah pada pindah kan ", lirik Mutia.

"Ah..., iya..., temanmu hanya tinggal si Romi anaknya Pak Lurah itu, ah..., si Romi itu kan masih sendiri, sepertinya cocok tuh sama kamu, kenapa kalian tidak saling kenal saja, kan bisa menikah, cocok kan?" , usul Bu Marni tanpa di duga.

Ucapan ibunya itu membuat Mutia melongo , ia tidak menduga ibunya bisa berpikir ke arah sana.

"Tidak..., Bapak tidak setuju kalau dengan Romi, Bu, dia itu tukang mabuk-mabukan , sekolahnya saja tidak bener, walau bapaknya seorang Lurah, Bapak tidak setuju", sambar Pak Yuda, ia sudah berdiri diambang pintu.

"Dari pada tidak ada, kan lebih baik sama Romi saja, cocok, sama-sama menanti jodoh", bela Bu Marni.

"Tidak Bu, Bapak tidak setuju kalau harus dengan Romi, kalau Mutia setuju, Bapak punya teman dari Kota, semoga anaknya belum menikah, setahu Bapak, mereka mempunyai anak laki-laki, satu yang belum menikah, dia juga sama seorang sarjana Mutia, apa kamu mau dikenalkan dengan dia?", tatap Pak Yuda.

Mutia menunduk, ia sedang berpikir, dari pada dengan Romi yang jelas laki-laki tidak baik, lebih baik dengan anak teman bapaknya saja, yang sudah jelas, bapaknya mungkin sudah tahu siapa dia, hingga berani menawarkan untuk berta'aruf dengannya.

"Bagaimana Mutia?",

"Iya..., Mutia mau Pak", lirih Mutia.

1
Jeni Safitri
Ngk suka karakter mutia yg mau aja menikmati tubuh suami yg sdh celap celup sana sini bahkan di sentuh saat dia kepepet pas ngk ada wanita lain , bahkan di siksa jadi babu di rumah, percuma pendidikan tinggi tapo isi otak ngk di pakai logika ngk di jalankan skrg apeskan melahirkan sendiri itupun syukur masih di beri keselamatan kalau sdh sehat apa masih mau menerima rangga, vek mmg wanita besar nafsu kamu hingga botol parfum pun jadi koq ngk bisa nahan hasrat tampang aja lugu tembolok gede
Jeni Safitri
Ibu laknat masa ngk peka sama anak
Jeni Safitri
Ya ampun karma apa yg bagus uyk laki" kayak rangga gini ya
Jeni Safitri
Percuma sekolah tinggi" mau aja di perbudak suami, pekerjaan ada ngk mau suami keluarkan duit bayar art kita yg bayar biar harga dirinya jatuh kalau perlu biaya makan dari kita biar benar" ngk ada barganya dia di mata semua org kalau masih mau bertahan, tapi kalau ngk mau keluar duit kita yg keluar dari rumah itu, cari susah sendiri
Aghitsna Agis
nah rasain luh panik2 pulang pagi aja terus, jgn.mau balikan lg mutia biar menyesal sampai tobat kalau rangga mencari sm kel. mutia bilang nga tahu aja lanjuy
Jeni Safitri
Mutia mutia apa kamu ngk jijik dgn tubuh suami mu yg sdh celap celup wanita lain, gampang bergairah lagi tuh kayaknya kamu mmg wanita tinggi juga ya konsetnya
Jeni Safitri
Ya ampun kesal dgn karakter mutia ini, pemalu tapi hasrat cepat tinggi hingga di bantingkan harga diri mu sama rangga
Jeni Safitri
Nego di pelihara suami kayak gitu berharap bahkan malu maluin ngk bisa nahan hasrat, makanya banyak olah raga dan aktifitas isi kepala jangan pria aja, biasanya oria yg ngk bisa nahan ini justru wanita, malu bacanya
Jeni Safitri
Bodoh kali mutia mau bertahan dgn rangga demi ortunya, padahal ortunya sendiri kalau tau sifat asli rangga juga ngk bakalan sudi punya mantu seperti rangga
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir Kak, ceritanya bikin kesal ya Kak,
total 1 replies
Uthie
Keep dulu 👍🤗
Atisirait Siraitati
bagus ya karena dari cerita tentang kehidupan.rumah tangga yg mungkin pernah lita alami
Atisirait Siraitati
kenapa sih nhk sekaligus bab nya banyak tanggunh amat sih bacanya
Cicih Sutiasih: maaf ya kak, aku nulisnya terburu-buru, karena harus berangkat kerja juga
total 1 replies
Woro Hestiningsih
cerita yg menarik
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir, mohon dukungannya
total 1 replies
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!