NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidang Hutan Yang ke 1340

Jika kalian mau keluar rumah, berjalan ke arah selatan, meninggalkan perkotaan, menyusuri jalan setapak pedesaan, menerobos padang ilalang tinggi yang tingginya bisa membuat kepalamu menghilang, melewati 'pohon sendiri' jangan sekali-kali mencoba untuk berhenti di 'pohon sendiri' karena pohon itu berhantu, teruslah ke selatan mengikuti arus kecil sungai berliku hingga ke tikungan ke lima puluh satu lalu berbelok lah sedikit, kemudian berjalan lagi hingga kaki kalian menemui tanah yg berwarna merah, kering dan berbatu. Saat kalian mendengar bunyi bor yang berisik, suara besi yang dipukul, roda yg menggelinding, dan bertemu dengan sebuah tebing yang tinggi (tebing batas) berarti kalian sudah sampai di Hutan Selatan.

Hutan Selatan sangatlah tua lebih tua dari kakek dari kakek kakekmu, tak ada lagi yang menarik dari Hutan Selatan, yang tersisa dari hutan selatan hanya tanah kering, tunggul-tunggul pohon, lubang tambang emas yang menganga seperti mulut raksasa, para penambang yang berwajah kotor dan truk-truk besar yang bisa melindas mu kalau kamu berjalan sambil melamun. Para binatang di Hutan Selatan yang tersisa bersembunyi dari manusia, menyelamatkan diri ke sebuah lembah di ujung hutan, sebuah lembah yang dikutuk, di lembah ini buah-buahannya terasa pahit, airnya kotor dan bau, pohon-pohonnya menghitam, kurus dan tampak sekarat, mereka menamainya dengan lembah hantu, dan saat cerita ini ditulis para binatang sedang mengadakan sidang hutan yang ke 1340.

Tak ada bunyi uhu uhu dari kawanan burung hantu di sidang hutan selatan kali ini, para burung hantu sedang batuk dan pilek. Noil, si singa juga kehilangan batu tinggi tempat para raja hutan biasanya berdiri, alih -alih dia berdiri di atas kubangan lumpur, dengan banyak ikan kecil aneh di dalam lumpur yang suka menggigiti keempat kakinya dan banyak lalat besar yang mengganggu di atas kepalanya.

Noil berdiri di depan semua binatang Hutan Selatan yang berkumpul di Lembah Hantu dan mulai bercerita.

"Semalam, saat aku tidak bisa tidur karena bunyi bor yang berisik, aku duduk memikirkan bagaimana cara menghentikan manusia melubangi hutan kita. Aku sudah di luar gua berjam-jam, lalu tiba-tiba saja sebuah jawaban jatuh dari langit."

Noil mengangkat plat besi yang di kalung di lehernya dan menunjukkannya pada binatang lain yang hadir di sana.

Noil berkata, "Ini benar-benar jatuh menimpa kepalaku."

Seekor rubah segera melompat dan menggigit platnya.

Noil terheran-heran sambil menahan plat di mulutnya. "Stuf, kamu sedang apa?"

Stuf terus menancapkan gigi nya di plat besi dengan erat. Dia berkata, "Mungkin ini bisa dimakan?"

"Ini undangan Stuf bukan makanan," kata Noil.

Stuf yang kelaparan tidak menyerah "Jika digigit kecil-kecil akan masuk ke tenggorokan."

Noil harus menggunakan kaki depannya untuk menyingkirkan Stuf dari undangan. Stuf terlempar sejauh tiga meter tapi segera bangun dan akan melompat lagi jika saja Nyonya Frut tidak menghalanginya.

"Menyingkir lah Stuf, sebelum aku mematuk mu," kata Nyonya Frut.

Stuf meringkuk, sekali lihat semua binatang tahu kalau Nyonya Frut, seekor gagak yang pemarah, Nyonya Frut berjalan ke depan lalu mendongak pada Noil.

Nyonya Frut berkata, "Berikan undangannya padaku!"

Noil mengerutkan keningnya, dia khawatir Nyonya Frut akan sama gilanya dengan Stuf.

Nyonya Frut berkata pada Noil. "Tenang saja aku tidak akan memakannya, aku tidak seputus asa itu."

Hanya sedikit binatang di Hutan Selatan yang bisa membaca tulisan binatang, Nyonya Frut salah satu binatang yang melek huruf cakar kaki binatang. Nyonya Frut mendekatkan paruhnya di plat besi dan membaca goresan cakar binatang di plat dengan suara keras.

"Kepada semua binatang yang tertindas, berkumpul lah di Palltasi 43 kota manusia, kita akan melakukan pembalasan, pemberontakan, menghentikan kekacauan yg terjadi, menyelamatkan hutan dunia milik kita, Lopp ketua geng pemberontak!"

Setelah membaca tulisan di plat, Nyonya Frut melirik Noil dengan tatapan bertanya-tanya.

"Ada apa?" tanya Noil.

Nyonya Frut berkata, "Serius ini jatuh dari langit?"

Noil mengangguk dengan sangat yakin. "Tentu saja, kenapa memangnya?"

Nyonya Frut mendekatkan kepalanya pada telinga Noil dan berbisik. "Setahuku yang jatuh dari atas sana itu hanya kotoran burung."

Noil sama sekali tidak terpengaruh dengan hinaan Nyonya Frut.

Noil berkata pada Nyonya Frut, "Setahuku kau harus kembali ke tempatmu"

Nyonya Frut menghela nafas tidak senang dan berbalik dengan perasaan kesal.

"Dan dilarang mengumpat nyonya Frut, oh ya ampun ini sudah dua kali kau mengumpat," kata Noil.

Noil mencari binatang lain yang tidak akan banyak memprotes kebijakannya, jadi dia menghampiri Berd, badak bercula yang kehilangan culanya.

Noil bertanya pada Berd, "Apa kau tahu apa artinya ini?"

Berd menggeleng.

Noil menatap lekat Berd dan menjelaskannya dengan menggebu-gebu dan dengan suara yang nyaring agar bisa di dengar semua binatang yang lain.

"Ini adalah harapan kawan, ada pergerakan di luar sana, sesuatu yang hebat sedang terjadi, semua binatang di dunia sedang berkumpul untuk melawan manusia, aku akan ke kota manusia dan meminta bantuan."

"Ii ... ii ... ia o ... o ... oke!" kata Berd, karena kehilangan culanya dia menjadi gagap.

"Aku mungkin akan membawakan cula untukmu kudengar mereka menempelkan cula badak di dinding-dinding rumah," seru Noil merayu Berd.

"Ii ... ii ... itu ba ... ba ... bagus!" kata Berd.

"A ... a ... aku bi ... bi ... bisa me ... me ... mengikatnya de ... de .. dengan ro ... ro ... rotan di ... di ... ke ... ke ... kepalaku."

"Ide bagus, itu akan segera jadi trend terbaru," seru Noil.

Kakek Frank, seekor serigala muncul dari kerumunan, berjalan dengan sangat pelan dan ringkih, Kakek Frank sangat tua dan suka menggerutu, jika Nyonya Frut sudah menakutkan maka Kakek Frank lebih buruk lagi.

Noil memasang kuda-kuda bersiap-siap mendapatkan omelan.

Seketika kakek Frank mengeram dan berkata, "Gayamu seolah-olah kau pergi berlibur."

"Aku tidak berlibur," kata Noil.

"Membual saja terus nak," bentak Kakek Frank, "memangnya apa yang akan kau lakukan sesampainya di sana? bagaimana caramu menemukan Palltasi 43, jangan bilang kalau kau akan mengetuk pintu rumah mereka satu persatu!"

"Aku akan memikirkannya nanti, kau tahu berjalan sambil berpikir," kata Noil, tersenyum seramah mungkin, usaha yang sia-sia.

Kakek Frank menatap Noil dari ujung Surai hingga ujung cakarnya.

"Memangnya kau bisa berpikir! Kau tahu apa akibatnya jika manusia melihatmu,"

Noil merendahkan suaranya. "Bisakah kau tidak membuat ini jadi cerita yang menakutkan."

Kakek Frank menolak permintaan Noil.

"Jika manusia di kota melihatmu, riwayatmu akan tamat!"

Sebuah suara muncul dari dalam kerumunan. "Dia bisa menyamar."

"Ya aku bisa menyamar!" kata Noil bersyukur pada bantuan yang tidak dia lihat dari mana datangnya.

"Me ... me ... menjadi, ku ...ku ... kucing ru ... ru ... rumahan mi ... mi ... misalnya," kata Berd menyela.

Noil berkata sambil memelototi Berd. "Terima kasih sarannya Berd, tapi bisakah kau duduk diam saja."

Mendengarnya Kakek Frank mendengus geli, dia mencondongkan kepalanya hampir menempelkan hidungnya pada hidung Noil.

Kakek Frank berkata, "Lalu bagaimana caramu pergi ke kota manusia? bagaimana agar kamu sampai ke tebing batas tanpa diketahui pekerja tambang?"

"Lewat jalur kabut di utara, jika kita hati-hati, kita tidak akan terlihat," kata satu suara dari kawanan burung gagak yang bertengger di pohon-pohon hitam.

"Ya, aku akan lewat sana!" kata Noil.

"Apa kau pernah ke sana?" tanya Kakek Frank.

Noil belum pernah ke jalur kabut tapi dia tetap ingin pergi.

"Aku akan menemukan jalannya," seru Noil.

Kakek Frank melihat Noil dengan sudut matanya.

"Apa kau yakin?"

Noil tidak yakin, dia punya bakat nyasar dia bahkan bisa nyasar meskipun di jalan yang lurus.

Kakek Frank mencoba menakuti Noil.

"Jalannya memutar, berliku dan butuh beberapa hari untuk bisa sampai, bahkan burung elang pun bisa tersesat di jalur kabut," seru Kakek Frank.

Noil menelan ludah tapi dia kemudian berkata, "Aku bisa mengajak yang lain untuk memandu ku."

"Ide bagus," kakek Frank menyeringai, "kita lihat apa ada binatang lain yang cukup konyol untuk mau membantumu."

"Tentu saja," kata Noil lalu dia mengitari pandangannya, berharap ada satu kaki depan yang terangkat, belalai yang melambai, atau sayap yang teracung. Tapi, semua binatang terdiam. Sebagian binatang tiba-tiba saja menunduk menatap kuku kaki mereka yang kotor, sebagian yang lainnya pura-pura memandangi langit, tinggal di lembah hantu yang dikutuk sama sekali tidak menyenangkan tapi pergi ke kota manusia sama seperti mencari mati. Semua binatang terdiam, keheningan muncul menyelimuti Rapat Hutan Selatan, keheningan yang membuat Noil patah hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!