NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:42.1k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mama Berbohong Padaku

💐💐💐

Shanum memperhatikan Divi yang tengah berbicara di hadapan banyak penghuni kampus di dalam sebuah aula. Wanita itu tidak lepas dari rasa kagum melihat pria itu selalu berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. 

Tidak hanya menyaksikan Divi berbicara, Shanum juga menyaksikan beberapa mahasiswi menggoda dokter tampan itu secara tidak langsung saat sesi tanya-jawab. 

“Dokter, emang bener kalau dokter udah pernah menikah di Singapur?” tanya salah satu mahasiswi, melenceng dari topik materi yang disampaikan Divi tadi mengenai Kesehatan Ialah Kekayaan yang Tidak Ternilai. 

Divi menoleh ke sisi kanan, mengarahkan pandangan kepada Shanum yang duduk di salah satu bangku tamu di atas panggung. Perawat itu menundukkan kepala dengan senyuman ringan. 

“Benar,” jawab Divi dengan anggukan. 

Shanum mengarah pandangan kepada Divi dengan mata membelalak dalam diam ketika pria itu sudah mengarahkan pandangan ke depan, menatap mahasiswi yang tadi bertanya padanya. Pernyataan pria itu membuatnya kaget. 

Semua orang ikut kaget, tidak semua dari orang yang hadir di seminar itu tahu mengenai masalah pernikahan itu.  

Divi kembali bersuara, menarik perhatian mereka yang tengah berbicara dengan orang-orang di sekeliling mereka. Divi mengakhiri tugasnya sebagai pemateri di acara itu dan acara tersebut ditutup oleh pembawa acara. 

Usia acara seminar selesai, satu-persatu mereka yang hadir di aula itu meninggalkan tempat tersebut. Terakhir, Divi dan Shanum yang keluar bersama beberapa panitia penyelenggara yang mengajak mereka berbicara. 

“Divi …!” seru Milka, berlari kecil ke arah Divi dan memeluk pria itu setelah Divi baru keluar dari aula itu.

Beberapa orang yang tinggal memperhatikan mereka, menciptakan sebuah pendapat dan asumsi di benak mereka mengenai kedekatan Divi dan Milka. 

“Mungkin ini calon istrinya yang sedang hangat itu,” kata salah satu dari mereka yang berdiri tidak jauh dari keberadaan mereka. 

Panitia penyelenggara yang berdiri di sisi kiri Divi tersenyum dan menganggukkan kepala, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan keberadaan Divi dan Shanum. 

Pria yang dipeluk Milka menoleh ke sisi kanan, melirik Shanum yang berdiri dengan senyuman. Wanita itu ikut melanjutkan kaki melangkah meninggalkan tempat itu karena merasa mengganggu waktu mereka berdua. 

“Kamu di sini?” tanya Divi sambil melepaskan pelukan Milka. 

“Mama bilang kamu di sini. Oh iya, Papa nanyain kamu terus. Kapan kamu akan bertemu kedua orang tuaku? Mereka udah tau kalau kamu mau menikahiku,” kata Milka dengan antusias.

“Tunggu ada waktu. Belakangan ini aku sibuk, banyak pekerjaan. Kalau begitu, aku lanjut bekerja di rumah sakit, kebetulan ada pasien yang harus aku tangani dengan cepat,” kata Divi dan meninggalkan keberadaan Milka, mengikuti jejak Shanum. 

Divi menurunkan tangan Shanum yang hendak memberhentikan taksi di tepi jalan, lalu membawa wanita itu memasuki mobilnya. Milka memperhatikan mereka dari kejauhan, membuat wanita itu tertarik dengan Shanum yang terlihat cukup dekat dengan calon suaminya itu. 

“Calon istrimu di mana? Aku bisa kembali ke rumah sakit sendirian, kamu bisa pergi bersamanya,” ujar Shanum dengan wajah kesal.

Pria itu hanya diam, mengabaikan perkataan Shanum, dan menyalakan mesin mobil setelah memakai sabuk pengaman di tubuhnya. Bergegas Divi menjalankan mobilnya meninggalkan area kampus tempat mereka menghadiri seminar tadi karena tidak ingin Milka mencegatnya lagi. 

***

Mobil yang dikemudikan Divi memasuki pekarangan rumah sakit Garda Teaslime, mobil itu di parkiran khusus di tempat biasa. Kemudian, mereka berdua sama-sama memasuki rumah sakit dan langsung disuguhkan dengan keberadaan Medina di bangku tunggu lobi rumah sakit. Wanita paruh baya itu berdiri, sedangkan Divi dan Shanum sama-sama memperlambat langkah mereka. 

Tatapan sinis Medina membuat Shanum takut dan memilih menjauh dari wanita itu. Shanum hendak berbelok ke kanan, berjalan di koridor menuju ruang istirahat para perawat berada. Tetapi, Divi meraih tangannya, membawa Shanum menghadap sang ibu. 

“Ada yang harus diselesaikan,” ucap Divi dengan suara kecil kepada Shanum tanpa menatap wajah wanita yang digandengnya itu. 

“Milka lapor sama Mama kalau kamu mengabaikannya dan pergi bersama wanita lain. Jadi, dia.” Median menatap Shanum yang menundukkan kepala. “Kamu dan Milka akan menikah. Jadi, jaga interaksimu bersama wanita manapun, terutama dia. Dia itu bukan wanita yang baik, dia sudah pergi bersama pria lain demi uang dua ratus juta,” tekan Medina dengan nada suara geram kepada Medina. 

Wanita paruh baya itu menepis tangan Divi, membuat pria itu melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Shanum. 

“Jika kamu tidak mau malu, sebaiknya pergi,” ucap Medina dengan suara kecil kepada Shanum. 

“Maaf,” ucap Shanum dan berjalan meninggalkan keberadaan mereka. 

“Mama apa-apaan?” Divi kesal dan mengikuti jejak Shanum yang berjalan dengan jiwa murung. 

“Tunggu!” Divi kembali menggenggam pergelangan tangan Shanum di koridor sisi kanan rumah sakit. 

“Menjauh dariku!” Shanum menarik tangannya.

Medina tidak bisa melihat dan membiarkan sang anak mengejar-ngejar Shanum. Wanita paruh baya itu menghampiri mereka dengan langkah marah, lalu menyambar tangan Divi, mengajak anaknya itu menjauhi Shanum. 

“Mama …!” Divi melepaskan tangannya dari tangan Median bersama rasa kesal. 

“Jangan bilang kalau Mama benar sudah berbohong padaku,” ucap Divi dengan berani berbicara dengan nada keras kepada ibunya itu. “Sebenarnya Shanum tidak pergi bersama pria lain. Mama berbohong padaku,” ucap Divi, lagi. 

Medina bertambah marah setelah tahu dan mengira Shanum yang telah memberitahu anaknya itu mengenai hal tersebut. Sorot mata Medina beralih menatap Shanum yang berdiri sekitar lima meter dari keberadaan mereka, tatapan itu tajam. 

“Kenapa Mama berbohong padaku?” tanya Divi, meminta penjelasan.

“Mama tidak berbohong. Pria itu yang bilang langsung sama Mama kalau dia sudah membeli istrimu itu dengan uang dua ratus juta.” 

“Siapa pria itu?” tanya Divi, berusaha mencari tahu karena selama ini tidak mempertanyakan hal tersebut. 

Foto yang pernah ditunjukkan Medina, di mana ada gambar Shanum dipeluk oleh seorang pria yang berdiri membelakangi kamera membuat Divi merasa hancur dan itu sebabnya ia tidak ingin terlalu jauh mencari kebenaran mengenai hubungan mereka yang akan semakin membuatnya semakin hancur. 

Medina memalingkan wajah sambil mencari-cari siapa pria yang harus disebutnya karena ia juga tidak tahu pria itu. Secara kebetulan saat itu Medina sengaja melihat pria itu memeluk Shanum dan memotret mereka dari kejauhan, Medina juga tahu kalau adegan pelukan itu bukan sebuah kesengajaan. 

“Mana Mama tau. Mama hanya melihatnya di mall saat itu, dia bersama pria itu,” balas Medina, berusaha berkilah. 

“Mall? Tunggu, saat itu ada Kayl yang bertemu denganku secara tidak sengaja di sana. Kayl benar memelukku sebagai unjuk pertemuan kami setelah sekian lama. Jadi, Mama memanfaatkan situasi itu untuk memperburuk keadaan,” ucap Hanum, dalam hati. 

Divi memutar badan ke belakang, menatap Shanum berdiri diam dalam pikirannya. Divi menghampiri Shanum, mempertanyakan pria itu agar jelas. 

“Pria itu siapa? Dia pria yang aku lihat di rumahmu?” tanya Divi, menduga. 

Shanum mendongak, menatap keseriusan Divi yang tidak sabar ingin mendengar jawaban dari mulutnya. Kemudian, Shanum mengalihkan pandangan kepada Medina yang membesar mata, berusaha mengancam melalui ekspresi. 

“Benar,” jawab Shanum.

Divi terperangah, meskipun sudah menduga itu sebelumnya. 

“Lalu, mengapa sebelumnya kamu bilang kalau kamu tidak pergi meninggalkanku karena pria lain? Jawabanmu saat ini sudah menjelaskan kalau kamu benar murahan pergi bersamanya!” bentak Divi, marah. 

Beberapa pengunjung dan perawat yang berlalu lalang memperhatikan mereka. Shanum menurunkan pandangan menyadari tatapan mereka. 

“Terserah kamu.” Shanum melanjutkan perjalanan menuju ruang istirahat karena tidak ingin berdebat dan menjadi bahan tontonan yang bisa membongkar semua masa lalu di hadapan mereka.

1
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!