Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 1.
Suasana yang begitu menegangkan terjadi di antara kedua kelompok, dimana salah satu dari kelompok tersebut cukup ditakuti oleh setiap klan dari dunia bawah. Bermaksud untuk bernegoisasi mengenai harga barang yang akan mereka jual dengan pembeli, akan tetapi terjadi sesuatu membuat aktivitas tersebut menjadi gagal.
"Tuan, mereka semakin membuat kekacauan. Keberadaan kita telah bocor, sepertinya pihak keamanan akan datang." Ujar Vero yang baru saja mendapati informasi.
"Benar tuan, mereka telah membocorkan kedatangan kita." Timpa Ricky dengan menunjukkan bukti.
Pria yang sedari tadi mendapatkan laporan dari orang-orang kepercayaannya, hanya berdiam diri dengan sorot mata tajamnya dari balik kacamata hitam yang ia kenakan. Diamnya bukan hanya diam, namun terdapat sesuatu yang telah ia persiapkan dengan penuh kejutan untuk lawannya.
"Biarkan saja mereka mengambilnya."
"Tapi tuan." Ricky dan Andre merasa kesal.
"Heh, lenyapkan mereka semuanya." Seringai kejam dari wajah pria tersebut, bahkan terlihat seperti sedang tertawa.
Mendapatkan perintah seperti itu, begitu semangatnya mereka untuk melakukannya. Dalam hal dunia bawah, berperang sudah menjadi kegiatan mereka yang bisa di ibaratnya seperti makanan. Jika tidak makan, maka hidup mereka terasa hampa dan tidak bersemangat.
Dari dalam mobil mewah miliknya, pria yang memberikan instruksi kepada para orang-orangnya menyaksikan peperangan tersebut. Wajahnya begitu dingin dan datar, untuk tersenyum saja sangatlah sulit. Dia adalah Kenzo Brakher, seorang pemimpin dunia bawah atas nama Dark Black. Dia begitu cukup disegani dan ditakuti di kalangan dunia bawah, tidak ada yang berani mencari masalah dengannya.
Dan saat ini, mereka sedang menjalani misi dalam penjualan beberapa barang. Namun sayangnya, misi itu telah dibocorkan dan terendus oleh pihak keamanan negara. Jika orang lain akan merasa kaget dan bingung ketika hal ini terjadi, tapi tidak bagi Kenzo. Dia menghadapinya dengan sangat tenang, bahkan tak terlihat guratan kekhawatiran sedikit pun dari wajahnya.
Suara tembakan, pukulan bahkan ada sedikit ledakan yang terjadi, membuat seringai pada wajah dingin itu tercipta.
"Menggelikan." Ujar Kenzo menyaksikan apa yang terjadi.
Mobil itu berjalan meninggalkan tempat tersebut, karena baginya hal itu sudah bisa teratasi oleh orang-orangnya.
"Kita kemana?" Ujar Ansel yang mengemudikan mobil mewah tersebut.
"Kantor." Kenzo dengan singkat menjawab.
"Baiklah."
Dengan kecepatan sedang, Ansel membawa Kenzo menuju perusahaan. Setibanya mereka disana, Kenzo langsung berjalan menuju ruangannya dimana Ansel juga mengikutinya dari belakang. Semua karyawan menunduk, memberikan hormat kepada Kenzo beserta asisten kepercayaannya itu. Bisik-bisik mulai terdengar, dimana karyawan wanita membicarakan bos mereka.
"Lihat, bos Kenzo semakin hari semakin tampan saja." Dengan gaya manja.
"Benar, aku semakin jatuh hati padanya. Tidak sia-sia aku menjadi karyawan disini, mendapatkan bonus setiap hari dengan melihat wajah tampan bos Kenzo."
"Aku rela menjadi wanitanya, asalkan selalu bersamanya."
Bagi Kenzo maupun Ansel, kalimat-kalimat seperti itu sudah menjadi santapannya setiap hari. Bahkan ada yang rela memberikan tubuhnya dengan sukarela kepada Kenzo, namun semuanya itu berakhir dengan tragis. Wanita yang sangat berani menggoda seorang Kenzo, hidupnya akan berakhir dengan sesuatu yang mengerikan.
"Hari ini, jadwal bertemu dengan klien di salah satu Cafe. Apa tuan ingin menyetujuinya?" Ujar Ansel.
"Huh, repot sekali. Bisa kamu saja yang mewakilinya, Sel." Kenzo merasa jika bekerja seperti ini sangat melelahkan.
"Jangan berdiam diri saja di mansionmu, jika tidak mau aku dengan yang lain meledakkannya." Ketus Ansel yang kesal akan sikap Kenzo.
"Aku malas bertemu dengan orang yang suka bermuka dua seperti ini, Sel. Rasanya ingin aku ledakkan mereka." Kenzo menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya.
"Sudahlah, periksa berkas itu semuanya. Jangan lupa tanda tanganmu pada yang lulus seleksi, jangan menambah pekerjaanku." Ansel menyiapkan berkas-berkas yang akan mereka bawa.
Walaupun dengan sangat malas, Kenzo pada akhirnya memeriksa berkas-berkas yang ada. Sebenarnya, Kenzo adalah orang yang sangat cerdas. Hanya saja sikap malas dan acuhnya, membuat dirinya menjadi orang yang mudah emosi. Ia bisa mengetahui mana orang yang tulus dan mana yang bermuka dua, maka itulah gunanya keberadaan Ansel disisi Kenzo. Jika tidak ada Ansel, maka bersiaplah untuk terjadi eksekusi dari Kenzo.
Ponsel milik Kenzo bergetar, terdapat panggilan masuk dari orang kepercayaannya.
"Hem." Singkat Kenzo.
"Misi selesai, barang kita aman." Terdengar suara Ricky melalui ponsel.
"Hem." Kembali Kenzo menjawab singkat.
"Mampus ni orang, jawabannya hanya hem hem hem dari tadi. Pelit amat lu Zo." Terdengar suara Vero.
"Sstt, sudah. Kami pulang ke markas." Ricky menyudahi pembicaraannya.
Kenzo pun menyudahinya, para sahabat yang sekaligus merupakan orang kepercayaan Kenzo. Mereka bergabung membentuk sebuah klan didunia bawah, saling membantu dalam setiap persoalan yang ada. Mereka sudah di ibaratkan sebuah keluarga.
"Ayo berangkat." Ansel yang sudah siap.
"What! Sekarang!" Kenzo yang tidak habis pikir secepat itu.
Tanpa menjawab, Ansel hanya menggerakkan tangannya sebagai pemberi isyarat kepada Kenzo agar segera bergerak.