Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Itu Suamiku
Aku sangat mencintai dan menghormati suamiku, kita baru satu bulan menikah dan selama satu bulan itu aku belum pernah merasakan malam pertama seperti yang pasangan suami istri lakukan.
Aku sadar kalau kita menikah karena keinginan kakek nya yang sudah berjanji dengan mendiang kakek aku untuk menjodohkan aku dengan mas Bagas cucu nya.
Aku dari kecil memang tinggal dengan kakek dan nenek ku, tapi setelah nenek berpulang ke yang maha kuasa, aku hanya tinggal berdua dengan kakek saja, sedangkan kedua orang tua ku entah ada dimana setelah kakek mengusir mereka berdua.
Mungkin karena fostur tubuh ku yang besar jadi mas Bagas merasa malu untuk selalu berdeketan dengan aku apalagi untuk menyentuhku.
Tapi walaupun sikap mas Bagas seperti itu aku selalu melayani nya untuk menyiapkan segala keperluan nya.
Sebenar nya wajah ku tidak terlalu jelek, cuma postur tubuh ku saja yang tidak ideal seperti wanita di luaran sana.
Bukan aku tidak menjaga pola makan ku, tapi mau bagaimana lagi postur tubuh ku sudah seperti ini.
Seperti biasa pagi ini aku selalu menyiapkan baju dan yang lain nya, walaupun mas Bagas tidak menerima ku sebagai istri nya, tapi mas Bagas selalu memakai apa yang sudah aku siapkan, mungkin karena seleraku bagus jadi dia menyukai nya.
Aku menyiapkan sarapan untuk nya, tapi mas Bagas tidak mau duduk bersama aku, dia tidak mau di temani makan sama aku istri nya.
Selagi aku menyiapkan sarapan untuk mas Bagas, terlihat mas Bagas menghampiri ruang makan sambil menerima telepon, dia tersenyum sambil bicara, sebelum memutuskan panggilan nya terlihat mas Bagas mencium ponsel nya lalu menyimpan nya kembali ke saku celana nya.
Disaat menerima paggilan telepon wajah nya bersinar dan selalu tersenyum, tapi setelah berada di depan ku wajah nya kembali datar dan seolah-olah dia tidak mau menatap aku.
"Sarapan nya mas, kalau begitu aku ke kamar dulu mau siap-siap ke galeri." setiap pagi hanya seperti itu yang aku lakukan, sebenar nya aku ingin sekali duduk bersama mas Bagas menikmati sarapan pagi sambil bercengkerama selayak nya suami istri, tapi apa yang aku dapatkan selama satu bulan menjadi istri nya, aku harus selalu menahan sakit di dada ini yang tidak pernah di anggap oleh mas Bagas.
Mas Bagas hanya mengangguk tanpa melihat ke arah ku, dan sikap ini sudah satu bulan aku rasakan, ingin sekali mengakhiri pernikahan yang seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau di salahkan oleh keluarga mas Bagas apalagi sama mas Bagas sendiri kalau terjadi apa-apa dengan kakek nya.
Kakek nya mas Bagas punya penyakit jantung, maka dari itu mas Bagas menerima perjodohan ini.
Selain punya penyakit jantung, kakek nya ini yang memiliki semua aset kekayaan di keluarga mas Bagas.
Karena aku menerima perjodohan ini, aku di kasih hadiah oleh kakek nya mas Bagas satu galeri lukisan yang ku impikan dari dulu.
Kakek mas Bagas tahu kalau aku suka melukis, jadi dia memberikan hadiah galeri itu kepadaku.
Di galeri lukis ini aku menghilangkan semua penat dan rasa sakit nya diabaikan.
Dari pertama melihat mas Bagas aku sudah menyukai dan mencintai nya, wajah yang tampan, postur tubuh yang banyak di sukai para wanita dan juga hidup yang mapan.
Karena aku sudah jatuh hati kepada mas Bagas, aku rela di perlakukan seperti ini, karena sekarang di hidupku hanya ada mas Bagas dan keluarga nya.
Sebelum berangkat ke galeri aku melhat ke ruang makan terlebih dahulu, ternyata mas Bagas sudah tidak ada di ruang makan dan sudah menghabiskan sarapan nya.
Aku membereskan piring dan gelas kotor sambil tersenyum, walau sikap nya yang begitu kepadaku, tapi mas Bagas selalu menghabiskan makanan yang aku masak.
Di rumah kami memang tidak ada pelayan, karena aku ingin merasakan jadi ibu rumah tangga yang sesungguh nya, dan itu sudah aku dapat kan, tapi menjadi seorang istri yang sesungguh nya belum pernah aku dapatkan sama sekali.
Setelah di rasa selesai semua nya aku pergi ke galeri dengan mengendarai mobil peninggalan kakek ku.
Aku tidak mau menjual atau menggantinya karena ini adalah penginggalan terakhir kakek.
Dengan tergesa-gesa aku ke galeri karena hari ini mau ada pameran lukisan di salah satu mall terbesar di kota ini.
Pasti nya akan banyak orang dari kalangan atas yang akan mengunjungi pameran hari ini dan aku ingin lukisan terbaik ku di pajang di sana dengan harapan banyak peminat nya.
"Lia apa semua sudah siap? Ayo sekarang kita berangkat." ajak ku kepada Lia sahabat ku yang selama ini selalu memberikan aku semangat.
"Siap bos, ayo kita berangkat, aku yakin lukisan kamu yang satu ini akan terjual dengan harga yang fantastis." ucap Lia yang memang sering bercanda.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan dari Lia, aku memasukan apa yang di butuhkan di pameran nanti di bantu Lia.
"Ayo naik, kita harus datang paling awal biar lukisan kita di pajang paling depan."
Aku melajukan mobil setelah aku lihat Lia sudah duduk manis di samping aku.
Seperti biasa di dalam perjalanan Lia terus saja ngoceh, apapun dia jadikan bahan perbincangan, dia selalu ingin membuat aku bahagia.
Lia sudah tahu akan semua kisah aku, karena hanya dia yang selalu ada buat aku dalam keadaan apa pun.
Dan memang benar, kita berdua adalah orang yang pertama datang di galeri pameran tersebut, aku memajang hasil lukisan ku sejajar dengan pintu masuk.
Aku sengaja memajang nya di sana karena orang yang baru masuk pandangan nya pasti langsung tertuju ke lukisan ku.
Satu persatu ruang pameran ini sudah penuh dengan lukisan, aku mengelilingi ruangan ini dan melihat-lihat hasil lukisan para pelukis lain nya, dan ternyata lukisan mereka pun sangat keren dan pada bagus.
Waktu sudah siang dan menunjuk kan jam istirahat, hingga pameran lukisan ini sudah di penuhi banyak orang dari berbagai kalangan.
Selagi aku menatap yang hadir mata ku tertuju pada sepasang pria dan wanita yang sedang menatap lukisan ku dengan sangat mesra.
Tangan pria itu memeluk mesra pinggang langsing si wanita dan sesekali pria itu mencium rambut si wanita tanpa ada rasa malu.
"Seperti nya aku mengenali pria itu." bathin ku sambil menghampiri mereka berdua.
"Apa anda menyukai lukisan nya tuan?" betapa kaget nya aku ketika mereka berdua membalikan tubuh nya, ternyata pria yang sedang memeluk mesra wanita itu adalah mas Bagas suami ku, sungguh hancur hatiku melihat nya, tapi aku hanya diam dan pura-pura tidak mengenali nya.