Aku menyukaimu! Tapi, Aku tahu Aku tak cukup pantas untukmu!
Cinta satu malam yang terjadi antara dia dan sahabatnya, membawanya pada kisah cinta yang rumit. Khanza harus mengubur perasaannya dalam-dalam karena Nicholas sudah memiliki seseorang dalam hatinya, dia memilih membantu Nicholas mendapatkan cinta sang gadis pujaannya.
Mampukah Khanza merelakan Nicholas bersama gadis yang di cintai nya? Atau dia akan berjuang demi hatinya sendiri?
Ayo ikuti kisah romansa mereka di sini! Di Oh My Savior
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 : Malam yang tak terlupakan
Nic! Sadarlah! Kita harus lekas pergi dari tempat ini! Ah sial, mengapa tubuhnya sangat berat." Gerutu gadis berpakaian formal tersebut, sembari membopong seorang pemuda tampan yang sedikit lebih tinggi darinya.
Gadis itu berjalan terseok-seok mengikuti langkah sang pemuda yang nampak setengah sadar karena mabuk. Dengan sekuat tenaga gadis itu menyeret tubuh sang pemuda secepat mungkin, ketika mendengar langkah kaki mendekat dia secepat kilat bersembunyi.
'Sudah ku duga, ini telah di rencanakan. Jika saja aku benar-benar ikut minum tadi. Nic pasti akan masuk jebakannya.' ucapnya dalam hati.
Tap...tap...
"Kemana mereka pergi?" Gumam seorang pria tak jauh dari lokasi mereka.
"Aku yakin mereka belum pergi jauh! Nicholas dalam keadaan mabuk, gadis itu pasti kesulitan membawanya. Ayo kita berpencar dan temukan mereka!" Ujarnya, langkah mereka pun perlahan menjauh.
"Emh..emh... Nona, aroma mu begitu harum!" Ucap Nicholas dengan nada sensual, hidungnya mengendus-ngendus leher Khanza.
"Nicholas hentikan! Ini aku Khanza." Ucap khanza dengan wajah memerah.
"Khanza? Sepertinya aku pernah dengar nama itu?" Ucapnya dengan ekspresi wajah bodoh.
"Tentu saja, aku sekertaris mu!" Khanza kembali menyeret tubuh Nicholas mengikuti langkahnya.
Brak...!! Khanza membanting pintu mobil setelah bersusah payah ia membawa Nic dari tempat tersebut.
"Aku harus cepat pergi dari sini, sebelum mereka menemukan kami lagi."
Khanza pun pergi dari tempat tersebut bersama Nicholas yang masih meracau tak jelas di kursi belakang. Dia merengek seperti anak kecil, terkadang dia meracau seperti orang gila.
Khanza meliriknya dari kaca spion, dia tersenyum tipis melihat bosnya itu. Rasanya baru kali ini ia melihat sisi Nicholas yang seperti ini.
'Rasanya, aku ingin waktu terhenti saat ini juga. Melihat sisi mu yang seperti ini begitu jarang terjadi. Kau begitu tampan walau dalam keadaan mabuk sekalipun.' gumam Khanza dalam hati.
Mobil pun berhenti di pelataran hotel. Seorang pegawai mereka datang menghampiri dan membuka kan pintu mobil.
"Tolong bawa Tuan ke kamarnya, dia kelelahan dan terlalu banyak minum."
"Baik Nona Khanza!" Ujarnya. Dengan sigap sang pegawai laki-laki tersebut membopong Nicholas dan mengantar mereka ke kamar khusus yang berada di lantai paling atas.
Pegawai laki-laki itu membaringkan Nicholas di ranjang, setelah itu ia berpamitan dan pergi dari tempat itu. Khanza menutup pintu dan kembali untuk mengurus bos nya yang tak berdaya. Ia melepas sepatu yang Nicholas kenakan dan meluruskan Kakinya, lantas dia mencoba untuk melepaskan Jas yang Nicholas kenakan namun tiba-tiba, Brukk...!! Nic menarik Khanza hingga tubuh Khanza terhimpit di bawah tubuhnya.
"Nic apa yang kau lakukan?!" Khanza melebarkan matanya saking terkejutnya.
"Bukankah kau tadi ingin menggoda ku, kau akan membuka bajuku benar bukan?!" Ucapnya di sertai seringai. Membuat Khanza seketika bergidik ngeri.
"Ti-tidak! Bukan itu yang terjadi, aku hanya ingin melepaskan Jas mu, aku merasa mungkin kau tidak nyaman tidur mengenakan Jas." Ucap Khanza bersungguh-sungguh, namun nampaknya usaha penjelasannya sia-sia saja, Nic tak mendengarkan apa yang Khanza katakan dia mulai melancarkan aksinya.
Cup... Dia menyergap bibir lembut Khanza yang sama sekali belum terjamah siapapun.
Emphhh!!! Khanza nampak kesulitan bernapas, dia berusaha mendorong tubuh Nic agar menjauh darinya.
"Ni-cho-las sa-sadarlah! I-ini aku K-khanza! Kita tak bisa melakukan ini" Ucapnya dengan napas tersengal-sengal.
Nic seolah tak mendengar apa yang Khanza katakan dia terus melakukan apa yang ingin iya lakukan.
Khanza memejamkan mata, sejujurnya tubuhnya merespon semua yang Nic lakukan padanya.
'Setidaknya, biarkan aku menikmati momen saat ini. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi esok hari.' Khanza mengalungkan tangannya ke leher Nic, membalas semua yang Nic lakukan padanya dengan penuh perasaan dan keintiman yang tak pernah Khanza bayangkan pun terjadi.
***
Grusuk...!!
"Sial apa yang terjadi padaku?!" Samar-samar Khanza mendengar suara Nicholas menggerutu. Perlahan matanya terbuka, dia melihat punggung yang bertelanjang itu. Putih, mulus, tanpa noda.
'Itu punggungnya! Aku masih tak percaya semalam kami, kami melakukannya.' wajah Khanza bersemu merah, dia menarik selimut dan menutupi wajahnya. Namun, ia tetap bisa mengintip dari balik selimut tersebut.
Nic nampak mengacak rambutnya dengan gusar, dia lantas berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Di raut wajahnya, nampak begitu jelas rasa penyesalan dan tak terima. Khanza tersenyum pahit, bagaimana dia bisa merasa senang di atas penderitaan Nic.
Khanza menyibak selimutnya dan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai, lantas kembali mengenakannya.
"Pagi Nic!" Ucapnya sambil tersenyum ramah seperti biasa, seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.
Nicholas hanya diam tak ingin menjawab sapaan Khanza.
"Semalam kita...," Ucapnya terputus sembari memalingkan wajah.
"Tidak ada yang terjadi pada kita semalam." Ucap Khanza sambil terus mempertahankan senyumnya.
"Apa maksudmu? Kita semalam benar-benar...," ucapannya kembali di potong Khanza.
"Tidak pernah terjadi apapun pada kita Nic! Aku harap kau melupakan semua yang terjadi, anggap saja kita tidak pernah melakukannya!"