NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Steven

Pesona Dokter Steven

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat / Contest / Cintamanis
Popularitas:324.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tiny Flavoi

15 tahun berlalu, tapi Steven masih ingat akan janjinya dulu kepada malaikat kecil yang sudah menolongnya waktu itu.

"Jika kau sudah besar nanti aku akan mencarimu, kita akan menikah."

"Janji?"

"Ya, aku janji."

Sampai akhirnya Steven bertemu kembali dengan gadis yang diyakini malaikat kecil dulu. Namun sang gadis tidak mengingatnya, dan malah membencinya karena awal pertemuan mereka yang tidak mengenakkan.

Semesta akhirnya membuat mereka bersatu karena kesalahpahaman.

Benarkah Gadis itu malaikat kecil Steven dulu? atau orang lain yang mirip dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiny Flavoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 - Terserah saja

Usai mandi dan berganti baju, Rimba keluar dari kamarnya. Ia duduk di sofa ruang tengah sesuai perintah ibu suri.

"Tadi kamu mau kabur kemana ceritanya?" tanya Vania yang sudah duduk bersama Galang disana.

Rimba terdiam, tak menjawab. Terlalu malu mengingat kembali sikap konyol yang kekanak-kanakan itu. Ditambah jika Vania dan Galang tahu kalau akibat dari kekonyolannya tersebut, Rimba kehilangan tas ransel besar berisi pakaian, buku-buku kuliahnya, dan yang utama laptop mahal pemberian dari kakaknya itu.

"Bunda udah menerima lamaran mereka untuk kamu. Bunda harap mulai sekarang kamu nerima Steven jadi calon suami kamu," ujar Vania.

"Apa?" sontak Rimba kaget. Gadis itu tak terima dengan keputusan mereka yang sudah berani mengatur hidupnya. "Setiap orang berhak mencintai dan dicintai termasuk aku, Bun. Bagiku perjodohan sama saja mengekang hak asasi manusia!" ujarnya dengan nada sedikit keras karena kesal.

"Ini bukan perjodohan Rim. Bunda hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Feeling bunda mengatakan kalau Steven itu lelaki yang baik, dan dia sungguh-sungguh denganmu."

"Hah? jadi bunda nerima lamaran dia hanya karena feeling? Oh my God!" sahut Rimba sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa? kamu menyepelekan good feeling seorang ibu? perlu kamu tau ya, soal feeling ibu rata-rata tak pernah salah. Psikolog dari University of Arizona, Dr Victor Shamas bilang intuisi seorang ibu bisa dikatakan sebagai kondisi di mana seorang ibu tahu sesuatu, tanpa tahu gimana dia bisa tahu itu. Paham?" ujar Vania yang dulunya pernah kuliah jurusan sastra Inggris di universitas negeri yang ada di Bandung.

"Tapi Bun---"

"Udah deh, kamu percaya sama bunda. Kamu juga sudah cukup dewasa, usiamu udah 22 tahun, Rim. Toh kalian tidak akan menikah dalam waktu dekat ini, kalian masih bisa saling mengenal satu sama lain dulu sampai dua bulan kedepan." potong Vania tak memberi kesempatan Rimba untuk protes.

"Hah? dua bulan kedepan? maksud bunda?" bola mata Rimba melotot tajam.

"Kita perlu waktu dua bulan untuk mempersiapkan sebuah pernikahan," sahut Vania suaranya terdengar lirih.

"Apa Bun?" Rimba mendekati Vania, meraih kedua tangan perempuan yang telah melahirkannya ke dunia ini dengan wajah memelas. "Bunda yakin mau nikahin aku sama laki-laki itu?" tanya ikutan lirih.

Vania mengangguk seraya menatap mata Rimba yang mulai berembun. "Iya sayang, bunda yakin. Bunda hanya ingin yang terbaik buat kamu. Steven serius sama kamu, buktinya ia langsung meminta ijin sama Bunda untuk menikahi kamu. Jarang lho ada laki-laki segentle itu jaman sekarang."

"Karena dia itu nggak laku Bun. Usianya aja udah diatas 30 tahun, wajar saja kalo dia ngebet minta kawin," ujar Rimba sedikit frontal.

"Bicara yang sopan sama Bunda, Rimba!" tegur Galang mengingatkan sang adik. Rimba pun langsung meminta maaf pada Vania karena sudah berbicara lantang tanpa filter.

"Aku masih mau kuliah dan jadi dokter, Bun" ucap Rimba kali ini meneteskan air mata buayanya, berharap Vania dan Galang iba dan mengurungkan niatnya untuk menikahkan dirinya dengan si Om dokter. Namun sia-sia, mereka tetap pada pendiriannya.

"Setelah menikah pun, kamu masih tetap bisa meneruskan kuliah mu, Rim. Steven bilang sama Bunda akan selalu ngedukung dan bantu kamu untuk mencapai cita-cita mu itu. Tidak ada yang berubah, hanya status dan tanggung jawab kamu saja yang berubah sebagai seorang istri," ujar Vania.

Rimba kali ini tak membantah lagi. Ia sudah lelah dan ingin segera ke kamarnya untuk tidur. Masalah hubungannya dengan si dokter itu urusan nanti. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi dua bulan ke depan. Kita lihat saja bagaimana usaha Rimba untuk membuat pernikahan itu tidak akan pernah terjadi.

"Bunda bener, Rim. Daripada kamu pacaran sama si Marvin yang nggak jelas itu, aku lebih setuju kamu nikah sama Steven yang udah mapan, kakak iparnya aja bos aku dikantor, pemilik dan pemegang saham terbesar di perusahaan MM Gemilang" ucap Galang menanggapi.

"Kok jadi bawa-bawa Marvin sih? aku sudah putus dari dia kali Kak," sahut Rimba mendelik. "By the way, jadi kakak setuju karena dia iparnya bos kakak dikantor? Ah, perfect! sambil menyelam minum air," sindirnya.

"Maksud kamu apa?" tanya Galang balas mendelik.

"Nggak usah pura-pura begoo deh!" sengak Rimba.

"Rimba!" kali ini Vania yang menegur Rimba karena telah mengatakan kata-kata yang tidak pantas kepada kakaknya. "Bunda nggak tau lagi cara mendidik kamu agar menjadi perempuan yang lebih anggun, elegan seperti---" Vania tak melanjutkan kalimatnya.

"Seperti siapa?" tanya Rimba langsung meresponnya. "Bunda berkali-kali selalu membanding aku dengan seseorang. Siapa orang itu? Bunda ingin aku seperti siapa?" cecar gadis itu dengan nada suaranya naik satu oktaf.

Vania tak menjawab. Perempuan paruh baya itu terdiam dengan air matanya yang mulai berlinang dikedua pipinya.

"Sudah, cukup Rim! kamu udah bikin bunda sedih dengan sikap kamu," lerai Galang.

"Bun?" Rimba terkejut dan langsung melihat wajah sang bunda lekat. Benar saja, ia melihat Vania menangis. Rimba pun segera bersujud dipangkuannya, "Aku minta maaf, aku nggak bermaksud bikin bunda sedih," lirihnya. Ia tak menyangka kalimat terakhirnya bisa membuat sang bunda langsung meneteskan air mata. Apa karena tadi Rimba sedikit menekan dan membentaknya?

"Sudah, bangunlah!" pinta Vania seraya mengangkat bahu Rimba agar kembali tegak. "Bunda mau ke kamar. Kalian makanlah duluan," kata Vania sambil menyeka air matanya, lalu beranjak berdiri, berjalan gontai ke arah kamarnya.

Rimba jadi serba salah. Ia merasa berdosa karena sudah membuat ibunya menangis karena ucapannya. Rimba memang sering kali membantah Vania, tapi gadis itu tidak pernah membuat Vania menangis dihadapannya.

"Puas kamu?" ucap Galang saat Vania sudah tidak ada diruangan itu.

"Bunda kok sampe nangis gitu? padahal ku rasa ucapanku masih ditingkat wajar," gumam Rimba.

"Makanya kali ini kamu nurut apa yang bunda bilang. Jangan ngeyel!"

"Ngeyel gimana? emang kakak mau dipaksa nikah sama perempuan yang nggak kakak sukai?" tanya Rimba membalikkan keadaan.

"Kalo perempuan itu cantik, seorang dokter, dan masih single, tidak ada alasan untuk tidak menyukainya. Jalani saja dulu, kedepannya kalo cocok dilanjut, kalo tidak cocok kita bisa bicarakan baik-baik. just simply!" ujar Galang santuy.

Rimba termenung sejenak sambil menggigit bibir bawahnya. Benar juga apa kata Galang. Buat apa terus menghindarinya. Mending dijalani saja dengan santai tanpa beban. Apalagi pake acara kabur-kaburan segala kaya tadi, bukannya untung malah buntung jadi kehilangan tas ransel plus isi didalamnya.

"Oya Rim, besok Kakak pinjem laptopnya ya 2 hari paling lama, soalnya besok kakak ada urusan kantor ke luar kota. Laptop dikantor batrenya sering drop, enakan punya kamu," kata Galang mengejutkan Rimba.

"Hah? Ta, tapi---" Rimba jadi gugup seketika.

"Masih ada kan laptopnya? nggak kamu jual kan?" tanya Galang jadi curiga dengan sikap aneh Rimba.

"Eng, enggak gitu. Ada kok, a- ada," jawab Rimba.

"Mana coba bawa sini, aku jadi nggak yakin dengan sikap kamu kaya gini," pinta Galang curiga.

"Anu, itu, laptopnya di pinjem Ellena kemarin. Aku nggak bilang kakak, soalnya takut kakak marah," sahut Rimba jadinya malah bohong.

"Oh, ya udah besok kamu bawa ya, mau aku bawa ke luar kota 2 harian. Nggak sedang kamu pake kan?"

"Nggak, aman kok, lagi nggak ada tugas," sahut Rimba sambil meringis.

Galang mengangguk, "Ayo! makan dulu!" ajaknya sambil berlalu pergi ke arah meja makan.

"Mampus Lo, Rim! gimana coba besok?" gumam Rimba seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Frustasi.

.

.

.

Jangan pernah berbohong, apalagi pada orang terdekatmu. Sebab, padanyalah kau akan berbagi kebahagiaan juga kesedihan.

***

1
Nartik Najs
kekecewaan dan kedewasaan diri adalah pengalaman hidup yg berarti
Nartik Najs
UPS ,.ganteng dan cantik visualnya Thor 💪💪
Roh Mah
Luar biasa
Ima Kristina
kok udah tamat aja sich Thor kurang greget gitu
Ima Kristina
siapa yang datang Thor
Ima Kristina
q tuh suka ketawa dengan cara panggil kakek ke Steven .... STIP /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
muga kakek baik' saja
Ima Kristina
kayaknya Rimba positif Hamidun nich kok uring uringan teyusss
Ima Kristina
astaga Nagasaki malu maluin aja mas dokter digerebek sama polisi /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
muga rimika tidak ada niat merebut Steven dari saudara kembarnya
Ima Kristina
meski saudara kembar tapi Rimba dan rimiko terpisah lama jadinya seperti orang asing
Nartik Najs
semoga kmu kuat rimbah .jgn sia siakan sifat bar bar mu klo ngak bisa nolong diri li sendiri.💪
Nartik Najs
masih bisakah kmu berpaling dari pri yg sempurna itu rimba 💪💪
Nartik Najs
dispa gadis pujaan Steven itu .lanjut 💪👍
Nartik Najs
seiring waktu dn saling bersama bisa menimbulkan rasa cinta tjor
Nartik Najs
lanjut Thor .ngak bisa komplen 💪💪💪
Nartik Najs
UPS pria mapan dan setia .mencari jodohnya yg ada dlm filingnya ♥️👍
Nartik Najs
rim jadi cewek kalem dikit Napa👍
Nartik Najs
ih my GOD ada ya cewek bar 2 ngak konsisten .ceroboh anjiiirrr da.😆💪
Nartik Najs
cewek ceroboh lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!