NovelToon NovelToon
Meant To Be

Meant To Be

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Beda Usia / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

El Gracia Jovanka memang terkenal gila. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah melanglang buana di dunia malam. Banyak kelab telah dia datangi, untuk sekadar unjuk gigi—meliukkan badan di dance floor demi mendapat applause dari para pengunjung lain.

Moto hidupnya adalah 'I want it, I get it' yang mana hal tersebut membuatnya kerap kali nekat melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan sejauh ini, dia belum pernah gagal.

Lalu, apa jadinya jika dia tiba-tiba menginginkan Azerya Karelino Gautama, yang hatinya masih tertinggal di masa lalu untuk menjadi pacarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

As the Older One, He Gave Some Advice

...Bagian 10:...

...As the Older One, He Gave Some Advice...

......💫💫💫💫💫......

Karel tidak menyangka bahwa sekotak brownies panggang pemberian Kalea justru malah menimbulkan keributan baru. Tadinya dia pikir dengan menyerahkan brownies itu pada Jovanka sesuai pesan Kalea, segalanya akan berjalan lancar dan dia bisa menghabiskan waktunya yang berharga dengan Eliana. Tetapi, sekarang dia malah harus berkali-kali memijat pelipisnya yang nyeri dan kepalanya yang terasa hampir meledak.

Sudah hampir dua jam Sarang diculik oleh Jovanka, membuat Eliana tantrum tidak keruan. Segala hal telah dilakukan olehnya untuk membujuk Jovanka agar mau mengembalikan Sarang, tetapi tidak satu pun yang berhasil. Pesan-pesan yang dia kirimkan kepada gadis itu hanya berakhir dibaca dan tak satu pun teleponnya yang diangkat.

Sebenarnya, Karel bisa saja langsung menerobos masuk ke unit Jovanka, mengingat dirinya memiliki access card untuk masuk ke sana. Jovanka sendiri yang memberikan access card cadangan kepadanya. Alasannya supaya Karel bisa memulangkannya dengan mudah setiap kali dirinya teler, tanpa harus menggeledah tas ataupun dompetnya. Gadis itu bilang tidak suka orang lain menyentuh dua benda pribadinya itu. Entah alasan itu valid, atau sekadar mengada-ada. Yang jelas Karel hanya pasrah menerima access card yang diberikan karena ya... mau bagaimana lagi? Siapa yang akan memasukkan tubuh teler Jovanka ke unitnya, tanpa berpikir macam-macam, selain dirinya?

Meski memiliki akses, dan bukan kali pertama dia menggunakannya, Karel tetap merasa tidak pantas untuk main terobos begitu saja kali ini. Apalagi hanya untuk mengambil seekor anjing. Masih ada batas yang ingin dia jaga, walaupun pada kenyataannya, justru Jovanka lah yang kerap kali melanggar batas-batas yang sudah dibuatnya.

"Udah dong El, jangan ngamuk terus. Nanti juga Sarang dibalikin," bujuknya. Lemah lembut suaranya, hanya agar putrinya tidak semakin ngamuk.

"Kalau dibalikinnya dalam bentuk kue jahe gimana, Ayah?!" timpal Eliana. Ngegas full tidak mau kasih kendor.

Karel mendesah pelan, "Nggak mungkin. Jovanka bukan betulan penyihir, mana bisa ngubah Sarang jadi kue jahe?"

"Ayah, ih!" Nah, lihatlah, anak itu sekarang melipat kedua tangan di depan dada dan menatap kesal. Lagaknya sudah seperti bos besar yang tidak mau mendengar apa pun dari sang karyawan. Yang dia tahu, pokoknya semua pekerjaan harus beres. 

"Ya terus Ayah harus gimana?"

"Enggak tahu, Ayah yang pikirin caranya bawa Sarang balik ke sini. Lagian, kenapa kita harus anterin brownies itu?" Telunjuk kecilnya mengarah pada brownies untuk Jovanka yang kembali terdampar di meja. "Coba kalau kita enggak anterin brownies itu, pasti Penyihir enggak akan ke sini dan Sarang enggak akan diculik."

Jovanka kan dateng ke unit kita gara-gara kamu langsung kabur, El. Karel hanya bisa membatin. Biarpun masih anak-anak, yang namanya perempuan itu punya sifat alami yang tidak suka disalahkan. Kalau dia betulan mengatakan hal tersebut, yang ada Eliana akan semakin tantrum tidak keruan.

"Ayah...." Eliana mulai merengek.

Karel mendesah keras, sudah tidak tahan, kepalanya betulan akan pecah sebentar lagi.

"Oke, oke, Ayah ke sana buat ambil Sarang. Kamu diem aja di sini, jangan ke mana-mana, ngerti?"

Eliana hanya menganggukkan kepalanya. Walaupun belum sepenuhnya hilang, wajah cemberutnya sudah perlahan-lahan memudar.

Membawa brownies titipan Kalea, Karel melangkah pergi, tak lupa menyambar access card unit Jovanka yang diletakkannya di laci. Butuh beberapa kali pertimbangan sebelum dia nekat menempelkan kartu tipis itu di pintu unit Jovanka. Sempat terlintas di benaknya beberapa skenario buruk yang mungkin saja bisa terjadi. Bagaimana kalau saat dia masuk, Jovanka sedang tidak pakai baju? Bagaimana jika tindakannya masuk tanpa izin ini malah akan dijadikan senjata oleh Jovanka, menjadikan gadis itu punya alasan untuk playing victim? Tapi kemudian dia ingat bahwa menghadapi Jovanka masih akan lebih mudah daripada menenangkan ketantruman Eliana. Jadi Karel mengenyahkan ragu, dan lanjut melaksanakan niatnya.

Sekali tap, pintu berhasil terbuka. Karel menarik napas dalam-dalam sampai membuat dadanya menggembung. Dan pada embusan napasnya yang pertama, kakinya mulai menjejak masuk.

Apa yang dia temukan pertama kali adalah sebuah pemandangan yang seketika membuat langkahnya berhenti mendadak. Rasanya seperti ada tombol tak kasat mata di bagian belakang lehernya, yang ketika ditekan, otomatis akan membuat seluruh tubuhnya tak lagi bisa digerakkan.

Di atas sofa, Jovanka tidur meringkuk sambil memeluk Sarang. Keduanya terlelap dalam damai, seakan badai sehebat apa pun tidak akan bisa membangunkan mereka dan menyeret pergi dari mimpi indah yang sedang diarungi. Embusan napas mereka sama-sama teratur, saling berkesinambungan, seperti sepasang soulmate yang memang ditakdirkan untuk hidup berdua. Tidak akan ada yang menebak bahwa dua makhluk beda spesies itu bahkan baru bertemu beberpa jam lalu.

Paha Jovanka yang terekspos ke mana-mana kemudian menjadi sesuatu yang menarik perhatian Karel lebih banyak. Tidak bisa dipungkiri, itu cukup mengganggu karena dirinya masihlah laki-laki normal yang memilki hormon di dalam diri. Disuguhi hal begitu nyaris setiap hari oleh seseorang yang sedang mencoba mendobrak hatinya, apa kalian pikir dia tidak pernah merasa goyah? Tentu saja dia sering kepayahan. Tentu saja ada momen di mana dirinya harus bekerja lebih keras agar tidak melewati batas. Pernah satu waktu, setan berbisik terlalu keras di telinganya, membujuknya untuk mengambil kesempatan. Sekali saja, bisiknya, penuh rayu.

Untungnya, Karel masih cukup waras, dan memiliki pengendalian diri yang baik. Alih-alih mendengarkan bisikan setan, membiarkan dirinya terbawa arus dan hilang kendali, dia selalu menemukan cara untuk menyelamatkan dirinya—dan juga Jovanka—dari situasi yang akan merugikan. Seperti kali ini, ketika dia tidak butuh waktu lama untuk menyambar selimut dark brown dari kasur Jovanka untuk menyelimuti tubuh sang gadis. Hadirnya kain tebal dan lembut itu sempat membuat tubuh Jovanka menggeliat, tetapi tidak sampai membuatnya terbangun. Untuk itu, Karel menghela napas lega.

Setelah mengatasi permasalahan paha Jovanka, Karel kemudian kembali fokus pada tujuan utamanya datang ke sini. Tangannya terulur perlahan, dengan sangat lembut dan hati-hati mengambil alih tubuh Sarang dari dekapan Jovanka. Butuh usaha ekstra sampai Sarang akhirnya bisa masuk ke pelukannya dan tidak satu pun dari Sarang ataupun Jovanka yang terbangun.

Seharusnya, Karel langsung pergi membawa Sarang mumpung situasinya masih terkendali. Tetapi yang dia lakukan justru terpaku cukup lama di tempatnya, membungkuk dengan kedua netranya tak lepas memandang lekat wajah Jovanka.

Dia hanya merasa... Jovanka terlihat sangat polos ketika sedang tertidur. Karel yakin tidak akan ada yang menduga bahwa gadis ini bisa menjadi begitu liar ketika dalam keadaan sadar.

"Seharusnya lo gunain masa muda lo untuk melakukan hal-hal yang berguna, bukan malah sibuk ngejar-ngejar om-om yang masih belum bisa move on dari masa lalunya." Komentar itu serupa penutup, sebelum dia menarik selimut Jovanka sampai ke batas lengan dan berderap pergi dalam diam.

Bersambung....

1
Zenun
Emak ama baba nya mah nyantuy🤭
Zenun
Udah mulai buka apartemen, nanti buka hati😁
Zenun
Kamu banyak takutnya Karel, mungkin Jovanka mah udah berserah diri😁
Zenun
asam lambungnya kumat
Zenun
Mingkin Jovanka pingsan di dalam
Zenun
Ayah harus minta maaf sama penyihir🤭
Zenun
Ntar kalo Elliana gede, kamu nikahin lagi
nowitsrain: Takut bgtttt
total 3 replies
Zenun
laaa.. kan ada babe Gavin😁
nowitsrain: Ya gapapa
total 1 replies
Zenun
iya betul Rel, harusnya dia anu ya
Zenun
dirimu minta maaf, malah tambah ngambek😁
Zenun
kayanya lebih ke arah ini😁
nowitsrain: Ssssttt tidak boleh suudzon
total 1 replies
Zenun
Coba jangan dipadamin, biar nanti berkobar api asmara
nowitsrain: Gosong, gosong deh tuh semua
total 1 replies
Zenun
Kan ada kamu, Karel🤭
nowitsrain: Harusnya ditinggal aja ya tuh si nakal
total 1 replies
Zenun
iya tu, tanggung jawab laaa
nowitsrain: Karel be like: coy, ini namanya pura-pura coy
total 1 replies
Zenun
Taklukin anaknya dulu coba😁
nowitsrain: Anaknya Masya Allah begitu 😌😌
total 1 replies
Zenun
Minimal move dulu, Karel🤭
nowitsrain: Udah move on tauu
total 1 replies
Zenun
kau harus menyiapkan seribu satu cara, kalau emang mau lanjut ama perasaan itu
nowitsrain: Awww ide bagussss
total 3 replies
Zenun
Dia santuy begitu karena Gavin sama kaya Karel, belum kelar sama masa lalu🏃‍♀️🏃‍♀️
nowitsrain: Stttt 🤫🤫
total 1 replies
Zenun
Kalo diramahin nanti kebawa perasaan😁
nowitsrain: 😌😌😌😌😌
total 1 replies
Zenun
Minta pijit Kalea enak kali ya
Zenun: hehehe
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!