NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:202
Nilai: 5
Nama Author: arfour

Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pacar sungguhan Levin

“Aku di parkiran?” sebuah pesan balasan masuk ke ponselnya. Ketika Andini melihat Levin tidak ada di dalam kafe.

“Ngapain juga dia nungguin aku di parkiran, apa dia pikir aku gak akan datang?” Andini lalu berjalan ke tempat parkiran mengetuk jendela mobil dan membuat Levin terkejut.

“Kamu muncul dari mana? tiba-tiba sudah di samping mobil saja,” ujar Levin sambil membuka kaca mobil.

“kamu aja kali sayang yang ngelamun, mikirin apa hayo, yang jorok-jorok ya,” Tuduh Andini sambil tertawa.

“Lagi mikirin kamu kalau telanjang,” ujarnya asal menjawab tuduhan Andini.

“Ih parah banget otaknya,” ujar Andini tidak menyangka dia malah shock sendiri akibat jawaban Levin.

“Lah yang mulai kamu, nuduh aku lagi mikirin yang jorok-jorok, karena perempuan yang lagi deket cuma kamu makanya aku jawab gitu,” ujar Levin tidak mau kalah.

“Jorok apaan dulu, siapa tau kamu lagi mikirin sampah, got yang mampet kan itu jorok,”ujar Andini tak mau kalah.

“Ngeles aja kaya bajai, cepetan masuk,” ujar Levin memerintah.

“Lho emang kita mau kemana? Kok kamu gak bilang-bilang?” Tanya Andini protes.

“Kamu-kamu, panggil aku yang bener dong beb,” protes Levin membuat Andini nyengir memperlihatkan giginya yang putih.

Levin lalu turun dari mobil menggandeng Andini untuk masuk kedalam mobilnya.

“Aku gak bakal nyulik kamu paling kalau nyulik juga dibawa ke penghulu,” ujar Levin membuat Alea menatap ke arah Levin.

“Sudah naik, apa mau aku gendong,” ujarnya ketika melihat Andini menatapnya.

“Bener Yang mau nyulik terus bawa ke penghulu? sekarang aja yu,”ucap Andini sambil bergelayut manja di lengan Levin.

“Naik udah cepetan, aku cium juga nih,” ujar Levin mengancam.

“Mau,” balas Andini membuat Levin memutar tubuh Andini untuk naik kedalam mobil.

Andini tertawa geli ketika wajah Levin malah memerah, “salah sendiri godain gue,” ucap Andini lalu berusaha menahan tawanya ketika Levin masuk kedalam mobil.

“Kita mau kemana sih yank,” kali ini Andini bersandar manja di lengan Levin.

“Kesuatu tempat, udah jangan bawel pakai seatbelt nya,” ujar Levin sambil menarik seatbelt di kursi Andini lalu memasangnya, wangi maskulin ditubuh Levin membuatnya semakin betah berlama-lama walau terkadang Andini sadar kalau mereka hanya bersandiwara.

“Ini kan restoran mahal. Ngapain juga dia bawa gue kesini?” Ujar Andini yang tahu semahal apa Restoran ini dan hanya bisa makan disana kalau sudah membookingnya beberapa hari sebelumnya.

“Wah mewah banget ya yank restorannya,” ujar Andini pura-pura seperti orang yang baru datang ketempat itu.

“Kita gak akan makan yang disini aku pesan yang di rooftops kamu bisa lihat pemandangan kota dari sana,” lalu membawa Andini masuk ke dalam lift sambil memeluk pinggangnya.

“Harusnya kamu sering-sering pakai baju seperti ini kalau pergi sama aku,” ujar Levin yang sekarang memeluk Andini dari belakang lalu menaruh dagunya di pundak Andini. Entah mengapa Andini suka diperlakukan seperti ini oleh Levin, padahal biasanya kalau ada teman pria yang berani menyentuhnya, pukulan maut akan segera menghampiri, tapi dengan Levin pria yang usianya terpaut 10 tahun, dengannya dia merasa nyaman.

Levin lalu mengecup pundak Andini karena kerah sabrina yang dipakai Andini membuat kulit mulus Andini terlihat.

“Geli Yang kumis kamu tuh mesti dibersihkan,” ujar Andini yang sebenarnya di terkejut dengan apa yang dilakukan Levin padanya. Dan lagi-lagi Andini malah suka. Namun Levin malah terkekeh.

“Nanti kamu aja yang rapihinnya, kalau main ke apartemen aku,” ujar Levin santai.

“Ini orang lagi nge prank gue apa gimana, manis banget dari tadi ngomongnya?” ujar Andini dalam hati dan berusaha untuk tidak terpancing.

Tak lama pintu lift terbuka dua orang pelayan menyambut mereka, setelah menyebutkan pesanannya, mereka ditunjukan sebuah tempat private yang berkaca dimana kita bisa melihat suasana ke luar namun orang tidak bisa melihat apa yang dilakukan kita didalam.

“Ayo Beb,” Levin lalu menggenggam tangan Andini dan masuk ke tempat yang sudah disiapkan, meja dengan lilin, dua buah piring dan perlengkapan makan seperti sendok, garpu, dan pisau serta serbet makan.

“Anda mau makan sekarang atau bagaimana Mas?”Tanya pelayan sepertinya sudah sangat profesional menangani tamu vip seperti ini.

“Kamu sudah lapar belum Sayang?” Tanya Levin tanpa melepaskan genggamannya. Andini hanya menganggukan kepalanya, Levin memesan makanan dan Andini terkejut karena semua makanan yang dipesan untuknya adalah makanan favoritnya.

“Aku pikir kita akan ketemu orang tuamu Yang?” Andini mulai bertanya karena rasa heran dari sikap Levin yang manis sedari tadi.

“Kalau itu pasti aku akan bilang padamu, aku bukan orang yang senang menyiksa orang lain. bertemu orang tua perlu persiapan mental sayang,”ujar Levin masih menggenggam tangan Andini dan mengelus-elus punggung tangannya dengan ibu jarinya.

“Lalu ngapain, kalau berdua kita gak perlu bersandiwara beginikan,”ujar Andini mulai kesal.

“Siapa yang lagi sandiwara sayang, aku mau ngomong serius sama kamu sekarang, kita kayaknya harus membatalkan perjanjian pacar pura-pura kita ,” ujar Levin dengan nada serius, walaupun senang tapi entah mengapa perasaan Andini justru merasa sedih.

“Memangnya Om sudah punya pacar, makanya mau batalin perjanjiannya?” Ujar andini akhirnya keluar juga pertanyaan yang ada di dalam hatinya.

“Iya gitu deh, tapi orangnya belum aku tembak yank,” ujar Levin sambil tersenyum lalu menggeser kursinya mendekati Andini.

“Ngapain panggil aku sayang kalau udah ada yang Om suka,” nada suara Andini terlihat kesal, membuat Levin tersenyum lalu mengecup pipi Andini karena gemas.

“Ih Om apaan sih,” protest Andini sambil mendorong dada Levin, namun dia tidak bergerak dan memegang tangan Andini yang mendorong dadanya sambil memandangi wajah Andini tanpa berkedip.

“Kalau belum nembak kenapa kita udahan?” Air mata Andini nyaris keluar, entah mengapa perasaannya sangat sakit.

“Ini baru mau nembak tapi orangnya malah mau nangis,”ujar Levin membuat Andini memandangnya dengan mata berkaca-kaca.

“Ih kamu nyebelin,”ujar Andini memukul Levin, membuat Levin merengkuh tubuh Andini dalam pelukannya dan sekarang Andini benar-benar menangis dalam pelukannya.

Pintu dibuka namun Pelayan tidak jadi masuk bersamaan Levin yang menyuruh mereka untuk kembali nanti dengan isyaratnya tangannya.

“Aku gak suka diginiin,”ujar Andini sambil masih terisak,membuat Levin kembali memeluknya erat. Begitu juga dengan Andini seolah takut kehilangan Levin dia memeluk erat tubuh pria itu, pelukan tulus yang tidak pernah dapatkan dari seorang ayah setelah sang ibu tiada.

“Baby,” panggil Levin lembut lalu dia menghapus air mata Andini dengan jari-jarinya.

“Bedak aku luntur,”ujarnya membuat Levin tertawa.

“Kamu cantik Yang gak pake bedak juga, apalagi kalau gak pake baju, nikah yu?”ujar Levin namun Andini menggelengkan kepalanya.

“Kok gak mau?” Kali ini Levin bingung.

“Entar aja kalau sudah sarjana, sekarang pacaran aja dulu, “ ujar Andini kembali memeluk Levin.

“Yah… gak bisa liat kamu telanjang dong,” ujar Levin terkekeh.

“Ih apaan sih Mas dari tadi ngomongnya telanjang-telanjang mulu, masalahnya kalau aku sarjana aku kan gak malu sama keluarga Mas, aku cuma anak pembantu,” ujar Andini masih bertahan dengan kepura-puraannya.

“Nah gitu dong panggil Mas, kan enak di kupingnya. Emang masalah kalau anak pembantu, kalau aku cinta mau apa sayang,”ujar Levin yang membuat pipin Andini bersemu merah.

“Aku lapar…,” ujarnya dengan nada manja.

“Cium dulu dong,” ujar Levin sambil menunjuk pipinya. Andini dengan malu-malu mengecup pipi Levin namun ketika Levin meminta yang sebelahnya dan Andini hendak menciumnya Levin malah mencium bibir Andini yang membuat gadis yang pertama kali dicium pria terkejut.

“Manis…,”ujar Levin tersenyum sambil menatap Andini dengan penuh cinta. Levin lalu memencet bel yang ada disana, dan mengizinkan pengantar makanan untuk masuk.

“Terima kasih mas, Mbak,” ucap Andini pada pelayan yang membawa pesanan makanan lalu mereka memakannya.

“Suka gak, ini dessert nya kesukaan kamu lho,”ujar Levin sambil menyuapi Andini coklat Moist lembut yang langsung lumer dimulut.

“Kok Mas tau?” Tanya Andini penasaran.

“Hebat ya aku kan ahli menebak orang,” candanya.

“Kenapa gak jadi dukun yang bacain khodam orang, lagi nge trends tuh, endorse nya banyak lho Mas , jadi banyak duitnya,”ujar Andini sambil tertawa.

“Mas cuma bisa nebak kamu Yang gak bisa nebak yang lain,” ujar Levin namun tak lama Levin mengaduh karena Andini mencubit perutnya.

Sebuah panggilan masuk di ponsel Andini jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

“Iya Pak gak usah dijemput nanti ada yang antar kok,” jawab Andini menjelaskan sementara Levin memperhatikan.

“Iya jam 10 saya sampai rumah,” ujarnya sambil melirik jam di ponselnya. Lalu Andini menutup panggilannya.

“Siapa yang telepon?” Tanya Levin yang yakin itu adalah supir Andini, namun dia kagum cara Andini bicara dengan supirnya dia berkata dengan sangat ramah.

“Eh itu, eh anu supir, supir taxi online,” ujarnya terlihat gugup.

“Kok dia telepon kamu Yang?” Tanya Levin dan nyaris tertawa melihat kegugupan Andini

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!