Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.
dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.
Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.
Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.
Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Pilihan Ketiadaan Dan Janji Lockdown
Bab 21: Pilihan Ketiadaan dan Janji Lockdown
(Risa/Elena Von Helberg, Darius Sterling, Serafina/The Weaver, The Obsidian Monarch)
Bayangan dimensional yang ditembakkan oleh The Weaver of Shadows (melalui Wadah Kelaparan, Serafina) melesat dengan kecepatan mematikan, bertujuan untuk menghancurkan Risa dan Darius yang rentan. Serangan itu bukan ledakan; itu adalah pengosongan—Kelaparan yang mencari energi dan kehidupan untuk dikonsumsi.
Risa tidak bisa bergerak. Matanya memetakan jalur serangan, menyadari bahwa dia tidak memiliki cukup energi netral untuk membangun perisai tepat waktu. Darius, The Shield, tanpa berpikir, mencengkeram pedangnya, siap menerima dampak yang seharusnya fatal.
Namun, sebelum bayangan itu menyentuh mereka, sebuah kilatan Obsidian datang dari samping.
The Obsidian Monarch, Lucien De Martel, yang retakan baju besinya menunjukkan kelemahan parah, menjerit, dan melepaskan sisa-sisa energi Dominionnya. Dia tidak mengarahkan serangan; dia menciptakan dinding fokus—gelombang kehendak murni yang tidak bisa dikonsumsi oleh Kelaparan, tetapi juga tidak bisa dipertahankan.
BLAAAAAR!
Dinding fokus Obsidian itu bertemu dengan Kelaparan Weaver. Keduanya berbenturan, dan energi Lucien yang tersisa habis dalam sekejap. Lucien roboh ke tanah, baju besinya hancur.
"Bodoh!" teriak Weaver melalui Serafina, amarahnya murni dan berdimensi. "Kamu menghabiskan Obsesimu! Sekarang kamu tidak punya Dominion! Aku akan memakanmu terakhir!"
Lucien tidak menjawab. Dia hanya menatap Risa, matanya kembali ke warna biru-abu-abu, bebas dari kilatan emas obsesif. Hanya ada kelelahan, dan naluri yang dingin.
"Aku butuh stabilitas," bisik Lucien, suaranya lemah. "Kalian adalah Stabilitas di dimensi yang kacau ini. Aku tidak akan membiarkanmu mati sebelum kita memperbaiki keretakan ini."
Risa segera merangkak mendekati Lucien. Dia tidak lagi melihat musuh; dia melihat alat. Dan alat ini, Lucien, adalah satu-satunya yang memahami Logika Ketiadaan selain dirinya.
"Lucien, kenapa kamu menyelamatkan kami?" tanya Risa, matanya memetakan kerusakan.
"Bukan kalian," jawab Lucien, napasnya tersengal. "Aku menyelamatkan Segelnya. Aku menyadari... saat aku mencoba menyerapnya, aku membuat kesalahan."
Lucien menunjuk ke Badai Observer yang masif, yang masih berputar-putar di langit, sebagian besar kini diam setelah diserang oleh Weaver.
"Observer bukan entitas," kata Lucien. "Ia adalah Sistem. Sebuah Lockdown dimensional. Ia adalah Logika Murni yang diciptakan oleh dimensi Keseimbangan kita ribuan tahun yang lalu untuk mencegah Ketiadaan ini meluas. Obsesi hanyalah kunci untuk mengaktifkan sistem itu—kekuatan fokus yang harus diikat pada Vessel manusia."
"Dan The Weaver?" tanya Darius, mencengkeram pedangnya, siap bertarung.
"The Weaver adalah antivirus Ketiadaan," desis Lucien. "Ia lahir di sini. Ia memakan Logika. Ia memakan Kestabilan. Ia memakan Observer. Dia menyadari bahwa jika dia bisa mengklaim Vessel manusia (seperti Serafina), dia bisa membawa Kelaparannya ke Dimensi Keseimbangan kita dan memakan semua sihir dan kehidupan."
Risa menghela napas. Dia, The Architect, akhirnya memahami keseluruhan desainnya. Mereka tidak melawan Kutukan; mereka berada di tengah-tengah Perang Dingin Dimensional.
"Rencana kita berubah," kata Risa, matanya memancarkan kejelasan yang dingin. "Kita tidak bisa menghancurkan Lucien, karena dia telah menjadi titik fokus yang sempurna. Kita tidak bisa menghancurkan Weaver, karena dia adalah Kelaparan yang hanya akan menyebar. Kita harus mengusir Weaver dan mengunci Lucien sebagai Lockdown yang baru."
Darius menatap Lucien yang terluka. "Aku tidak akan pernah percaya padanya."
"Kamu tidak perlu percaya, Ksatria," kata Lucien, mencoba untuk duduk. "Kamu hanya perlu menjadi jangkar bagi kami berdua. Risa memiliki arsitektur. Aku memiliki fokus. Kamu memiliki kekuatan untuk menahan kehancuran."
Risa meletakkan tangannya di atas luka Lucien. "Lucien, Dominionmu—fokus murni—adalah satu-satunya yang dapat menciptakan frekuensi antithesis yang dapat mengusir Weaver dari Serafina tanpa membunuhnya. Aku akan merancang gelombang frekuensi; kamu akan menjadi dayanya."
"Aku setuju," kata Lucien, mengangguk. "Tapi setelah itu, aku yang akan memimpin Lockdown. Aku akan menjadi Keeper of the Void."
"Lakukan saja," balas Risa.
Mereka berdua, Risa dan Lucien, duduk berhadapan, menyalurkan energi mereka. Lucien, dengan energi Obsidian yang tersisa, adalah fokus yang tajam, dingin, dan mematikan. Risa, dengan energi netralnya, adalah pola kompleks, memetakan frekuensi jiwa Serafina. Darius berdiri di belakang mereka, sihir Sterlingnya menciptakan kubah stabil yang berdenyut—The Shield of Stability.
The Weaver, melalui Serafina, melihat apa yang mereka lakukan dan tertawa dengan histeris. "Kalian tidak bisa memecahkanku! Kami telah menyatu! Kelaparan telah menemukan rumah! Aku akan memakanmu, Arsitek! Aku akan memakan cintamu, Ksatria!"
"Serafina," bisik Darius, memfokuskan sihir Sterlingnya. "Aku mencintaimu, Cahaya. Aku akan membawamu kembali."
Risa mengabaikan emosi itu, memfokuskan pada Logika. "Lucien! Frekuensinya adalah 1/1000 dari kekuatan penuh Dominionmu! Jangan bunuh dia! Usir!"
Lucien menarik napas dalam-dalam. Fokus Obsesinya, yang kini menjadi Dominion, terpusat sepenuhnya pada perintah Risa. Energi Obsidian yang dingin itu tidak lagi bersifat posesif, tetapi presisi murni.
FZZZZZZZZT
Gelombang frekuensi yang dirancang Risa menembus Kubah Sterling Darius, dan menghantam Wadah Kelaparan—Serafina.
Serafina menjerit. Bukan Serafina, tetapi The Weaver yang menjerit, suaranya adalah disonansi dimensional yang menyakitkan.
Bayangan-bayangan itu mulai tertarik keluar dari tubuh Serafina, seolah-olah ditarik dari lubang jarum yang sempit.
"Tidak! Aku tidak akan pergi!" raung The Weaver. "Wadahku! Makanan murniku!"
"Pergi!" teriak Risa, memaksakan kehendak arsitekturnya. "Dimensimu ada di sana! Kamu bukan bagian dari dunia ini!"
Dengan sentakan terakhir, bayangan dimensional The Weaver melesat keluar dari tubuh Serafina. Serafina jatuh pingsan, tubuhnya lemah, tetapi jiwanya telah utuh kembali.
The Weaver, yang kini kembali menjadi entitas bayangan yang rapuh, bergetar di udara Dimensi Ketiadaan. Ia melihat peluang: Observer yang rusak.
The Weaver segera meluncur ke arah Badai Observer yang rusak, mencoba memakan sisanya dan melarikan diri ke Dimensi Keseimbangan.
Lucien, yang sudah sangat lemah, melihat kesempatan itu.
"Ini adalah takdirku," desis Lucien. Dia tidak lagi memiliki Dominion, tetapi dia memiliki fokus yang dingin. Dia adalah Logika.
Lucien, dengan sihir terakhirnya, berlari ke tengah Badai Observer. Dia tidak mencoba bertarung. Dia mencoba mengikat.
Dia menyerap sisa-sisa Logika dimensional murni dari Observer. Baju besinya yang retak kembali terbentuk, kini bukan emas atau hitam, tetapi abu-abu keperakan—warna sistem.
"Aku adalah Keeper of the Void!" raung Lucien, suaranya kini adalah kombinasi dari ribuan suara yang seragam dan dingin. "Aku adalah Lockdown!"
Lucien meluncurkan gelombang besar Logika Murni. Gelombang itu menghantam The Weaver, memaksanya untuk menjauh dari sisa-sisa Observer.
Keeper of the Void (Lucien) kini menjadi benteng. Dia adalah pertempuran satu lawan satu melawan The Weaver.
"Kalian harus kembali!" perintah Lucien, suaranya kini memiliki gema dimensional yang mengesankan. "Portal itu... dia ada di sana!"
Lucien menunjuk ke titik di mana mereka masuk, yang kini mulai terbuka lagi, berkat energi yang dilepaskan Weaver.
Darius, yang membawa Serafina yang pingsan, menoleh ke Risa. "Ayo! Cepat!"
"Lucien, kamu akan mati!" teriak Risa, matanya dipenuhi dengan kejernihan dan kesedihan yang mengerikan.
"Tidak ada kematian di sini, Arsitek," jawab Lucien. "Hanya stabilitas. Aku akan menguncinya. Pergi! Perbaiki Dimensimu!"
Risa mengangguk. Dia tahu dia tidak bisa memenangkan pertarungan ini. Dia harus menyelesaikan desainnya.
Darius melompat ke portal, membawa Serafina. Risa mengambil napas terakhirnya di Dimensi Ketiadaan, menatap Lucien, The Keeper of the Void, yang kini diselimuti oleh sistem Logika yang dingin, menghadapi Kelaparan Weaver.
Risa melompat. Portal itu menutup dengan keras, didorong oleh Keeper of the Void.
Mereka bertiga jatuh ke permukaan yang lembut. Risa membuka matanya. Mereka berada di hutan yang lebat, udara yang hangat, berbau pinus dan tanah. Mereka kembali ke Dimensi Keseimbangan.
Darius segera memeluk Serafina. Dia bernapas, dia manusia, dan dia aman.
"Kita kembali," kata Darius, lega.
Risa berdiri, kelelahan, tetapi hatinya terasa ringan—bebas dari Kutukan, bebas dari Obsesi, bebas dari takdir yang dipaksakan. Dia adalah Risa, sang Arsitek.
Namun, rasa lega itu hanya sesaat.
Risa menatap lingkungan sekitar. Mereka tidak kembali ke Benteng Zamrud di Timur.
Hutan itu terlalu lebat, terlalu kuno. Dan di kejauhan, Risa melihat langit yang familier, langit dengan es dan salju.
"Darius," bisik Risa. "Di mana kita?"
Darius menatap ke arah yang sama, matanya melebar. "Kita berada di... Utara. Di batas Hutan Musim Dingin. Sangat dekat dengan Sarang Gagak.
Risa merasakan firasat yang dingin. Lucien telah mengirim mereka pulang, tetapi bukan ke tempat yang aman.
Tiba-tiba, Darius menjerit. Dia tidak menatap Risa. Dia menatap ke arah hutan, tempat sebuah sungai kecil mengalir.
Di sungai itu, mengapung sesosok tubuh.
Itu adalah tubuh yang terbakar, tetapi armornya bisa dikenali. Itu adalah salah satu dari Ksatria Perbatasan Timur.
Risa berlari ke tepi sungai dan melihat Ksatria itu. Wajahnya dipenuhi teror, dan matanya kosong. Dia mati. Tapi itu bukan hal yang paling menakutkan.
Di dada Ksatria itu, ada retakan melingkar. Retakan itu memancarkan aura dimensi yang salah, aura yang hangat, tetapi lapar, dan sangat akrab.
Risa merangkak mundur, teror murni menguasai dirinya.
The Weaver of Shadows telah diusir, dan Lucien telah menjadi Keeper of the Void. Tetapi Lucien telah membuat kesalahan dalam perhitungan terakhirnya.
Risa menatap retakan di dada Ksatria itu, menyadari kengerian yang tersembunyi.
"The Weaver... dia tidak kembali ke dimensi Ketiadaan," bisik Risa. "Dia melarikan diri ke Dimensi Keseimbangan."
Tiba-tiba, dari kegelapan hutan di seberang sungai, mereka mendengar suara. Itu adalah suara benturan baju besi yang dingin dan berat, suara langkah kaki yang lambat, seperti seseorang yang menyeret beban berat.
Sosok itu muncul dari bayangan. Dia tinggi, bersenjata lengkap, dan mengenakan baju besi Obsidian yang menakutkan, tetapi baju besi itu kini retak dan diisi dengan kepingan es. Dia tidak memegang pedang. Dia membawa sesuatu.
Sosok itu adalah Lucien.
Dia berjalan ke arah mereka, tetapi dia tidak melihat mereka. Dia melihat ke atas, ke langit, yang kini mulai berputar-putar.
Lucien menjatuhkan apa yang dia bawa. Itu adalah sepotong batu giok yang sangat besar, yang diambil dari Benteng Zamrud.
Risa menatap Lucien. Dia bukan Keeper of the Void. Dia adalah Obsidian Monarch yang kelelahan. Dia telah kembali.
Tetapi kemudian Risa melihat mata Lucien. Mereka tidak memancarkan Obsesi, Dominion, atau Logika. Mereka benar-benar kosong.
Lucien mengangkat tangannya yang bergetar ke arah Kepingan Giok itu, dan bayangan yang akrab—bayangan The Weaver—mulai keluar dari retakan di giok itu.
Lucien membuka mulutnya, dan suara yang keluar adalah suara yang dipenuhi rasa sakit dan kedinginan. Itu adalah gabungan suara Lucien dan The Weaver.
“Aku tidak bisa menguncinya, Arsitek. Aku hanya bisa membawanya bersamaku. Aku adalah Segel yang retak. Dan sekarang, dia lapar. Dia sudah ada di sini.”
Bersambung....