Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 Perkenalan Yang Tak Terlalu Buruk
"Cari siapa? " . Tanya Amel
"Hmm rasanya kurang nyaman berbincang di depan sekolah begini! Bagaimana kalau kamu ikut denganku ke cafe sebelah biar lebih enak ngobrolnya". Kata laki laki itu.
Ya Udin sampai nekat menemui Amel di sekolahnya. Bahkan ia sampai menunggu sampai pulang sekolah. Karna sudah tidak bisa menahan diri lagi.
Amel pun melihat ke arah temannya. Temannya pun mengerutkan bahunya.
"Hem maaf ya, aku harus segera pulang. Ini sudah waktunya pulang". Ungkap Amel menolak
" Hanya sebentar saja. Plis kali ini saja aku sudah mulai tadi menunggumu dan aku jauh jauh untuk menemui mu". kata Udin berusaha agar Amel mau
"Dan aku tidak meminta kau menungguku". sinis Amel
" Pliss kali ini saja hargai aku". kata Udin memelas.
"Hemm baiklah 30 menit saja, aku harus segera pulang".
Akhirnya Amel mau di ajak Udin ke cafe sebelah yang dekat dengan sekolah Amel untuk berbincang.
" Duduklah Amel. Kau boleh memesan sesukamu". kata Udin menawarkan
"Hem apakah kau banyak uang sehingga kau ingin mentraktir ku? oke baiklah. Kata Amel dengan rencananya. Karna Amel merasah riih dengan Udin makanya Amel akan mengerjai Udin dengan menguras isi kantongnya wkwkwk
Amel pun memanggil pelayan cafe.
" Bak saya pesan ini, ini, ini, ini dan ini ya. Eits minumnya jus alpukat di kasih susu coklat ya bak". kata Amel kepada pelayan cafe
Udin pun membatin. "Eh buset malah pesan banyak lagi, nanti habis lagi uangku!! Kalau tidak cukup bagaimana? mau di taru di mana mukaku. Isss Amel malah mengerjai ku lagi. Tapi gpp tenang paling cukup uangku ini. Demi pujaan hatiku. Harus memberi kesan yang indah untuk pertama kali makan dengannya. Untung untungan dia mau menerima ajakan ku ini"
Lain halnya dengan Amel yang tanpak sangat senang. Karna dia tau pasti Udin mulai menggerutu bisa di lihat dari raut wajahnya yang berubah.
"Btw ada apa kamu mengajakku makan di sini? Hem maaf ya kebetulan aku lapar jadi aku pesan banyak deh. Uang mu cukup kan? ". Sindir Amel pada Udin
" InsyaAllah cukup Amel. Kamu makanlah yang banyak agar kamu tambah makin berisih". kata Udin dengan tenang. Dia tau Amel menyindirnya
Amel diam tak menyahutinya lagi
"Oh ya Amel yang kemaren chat kamu di Facebook itu aku, aku sudah lama mengagumimu. Tetapi baru kali ini aku memberanikan diri untuk bertemu denganmu. Karna kamu sangat cuek dan dingin sekali". kata Udin langsung to the point
" Oh ya karna aku sibuk". saut Amel dengan jutek
"Aku tau itu, kamu sekolah sambil berjualan online kan. Aku juga liat sangat banyak pesanan mu".
"Ya begitulah".
" Amel apa aku boleh bertanya sesuatu pada mu? ".
" Apa? ". jawab Amel singkat
" Apakah kamu sudah mempunyai seorang kekasih? ".
" Tidak, aku tidak punya waktu untuk itu. Aku hanya fokus sekolah dan mencari nafkah untuk diriku sendiri".
"Benarkah? kamu sangat cantik Amel bagaimana mungkin tidak ada pria yang tertarik padamu? ". ungkap Udin dengan narsisnya.
" Ya aku tidak mau fokus ku terbagi, biarlah nanti Tuhan saja yang mengatur jodohku". jawab Amel dengan bijaknya
Ya Tuhan dia sangat bijak sekali. Aku semakin tergila gila padanya sungguh. Selain wajahnya yang cantik hatinya juga begitu baik. Apa lagi body ya uww makin gak kuat aku ya Tuhan. Bisa gila aku lama lama kalau dekat Amel. Liat jony ku saja sudah bereaksi dengan hanya melihat buah dada yang menonjol itu" . Batin Udin dengan pikiran mesumnya.