NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: tamat
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Putri asli/palsu / Time Travel / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:2M
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi

Lampu kecil di pojok ruangan paviliun itu temaram, menyoroti dinding kusam yang mulai mengelupas.

Zoe Aldenia berbaring di atas kasur tipis,

hanya beralaskan sprei polos dan bantal seadanya. Angin malam menerobos dari jendela yang tak bisa ditutup rapat, membuat ujung rambutnya bergerak pelan.

Matanya menatap kosong ke langit-langit.

Tak ada dekorasi, tak ada langit-langit artistik seperti di kamar lamanya. Hanya semen putih dengan bekas tambalan dan retakan kecil.

“Lucu ya,” batinnya. “Dulu gue punya segalanya. Tapi justru di tempat sesempit ini, gue bisa bernapas.”

Perlahan, kelopak matanya menutup. Napasnya teratur. Dan tanpa sadar, Zoe tertidur.

Angin aneh bertiup yang terasa dingin dan kosong.

Zoe membuka matanya. Ia mendapati dirinya berdiri di tengah ruangan serba putih begitu terang, tapi tidak menyilaukan. Tidak ada dinding, tidak ada pintu, hanya cahaya putih ke mana pun ia menoleh.

“Apa ini, rumah sakit?” gumamnya, bingun beberapa langkah. Suaranya bergema padahal tak ada apa-apa di sekitarnya. Tiba-tiba...

“Akhirnya kita ketemu.”

Sebuah suara perempuan terdengar dari belakang. Zoe membalikkan badan refleks. Matanya melebar.

Seorang gadis berdiri tak jauh darinya memiliki wajah yang sama persis. Rambut hitam panjang, mata tajam, tinggi badan, semuanya sama.

Zoe menegang. “Lo siapa?”

Gadis itu tersenyum tipis. Tidak sombong. Tidak juga ramah.

“Aku adalah Zoe. Zoe asli. Pemilik tubuh yang kamu pakai sekarang.”

Zoe terdiam beberapa detik, otaknya mencerna kalimat itu. “Apa? Maksud lo ... lo yang dulu ada di cerita ini?”

Zoe asli mengangguk.

Zoe maju satu langkah, wajahnya berubah kesal “Kenapa lo nyeret gue masuk ke dalam novel ini, hah? Gue bahkan nggak tahu apa salah gue! Tiba-tiba gue bangun di tubuh lo, terus gue harus nerima semua omongan nyakitin itu, rasa dibuang, dicap palsu, dipandang rendah! Lo tahu rasanya?”

Zoe asli diam. Menatapnya dengan sorot mata yang tenang. Tapi juga lelah.

“Gue nggak narik lo. Bukan gue yang milih lo.”

Zoe mengernyit. “Terus siapa?”

Zoe asli menatap ke atas langit putih ruangan itu. “Entah. Takdir? Dunia? Atau mungkin lo sendiri yang terlalu ingin lari dari kenyataan.

Zoe menghela napas berat.“Lo tahu gue harus bersikap kuat. Padahal setiap hari rasanya pengen teriak. Tapi lo diem aja di sini, ngelihatin gue kayak penonton bioskop.”

“Gue nyimak, bukan diem,” jawab Zoe asli.

“Dan gue ngelihat … lo jauh lebih kuat dari yang gue kira. Lo enggak berusaha ngambil alih tempat gue. Lo malah nyoba nyari jalan lo sendiri.”

Zoe terdiam.

Zoe asli mendekat. “Dulu gue pengen balas dendam. Ngebuat Alicia menderita. Gue pikir itu bakal bikin hati gue tenang. Tapi ternyata yang gue dapet cuma kehampaan.”

“Jadi sekarang lo nyuruh gue balikin semua ke semula?”

Zoe asli menggeleng.

“Nggak. Lo udah terlalu jauh melangkah, dan jujur gue nggak yakin bisa jalanin hidup lo sekarang dengan kepala setenang itu.”

Zoe menatapnya. Untuk pertama kalinya, tanpa kemarahan.

Hanya dua jiwa, satu tubuh yang akhirnya bisa saling menatap dan jujur.

“Terus, kenapa lo muncul sekarang?”

Zoe asli tersenyum kecil. “Karena gue pengen bilang makasih.”

Zoe terdiam.

“Lo ngajarin gue hal yang paling gue benci, jadi orang sabar.”

Zoe menatap wajahnya sendiri, dan merasa ringan.

Zoe asli melangkah mundur, tubuhnya mulai memudar oleh cahaya putih.

“Ini hidup lo sekarang. Tapi hati-hati, dunia ini masih dunia berbahaya sama seperti dunia Lo yang dulu. Belum tentu lo bisa nulis ending lo sendiri. Tapi satu hal yang perlu lo tahu, ini bukan dunia novel. Dan aku akan sedikit memberikan ingatanku padamu.”

Zoe refleks ingin maju, tapi Zoe asli sudah menghilang.

Zoe tersentak bangun. Napasnya memburu. Langit-langit kamar paviliun itu menyambutnya lagi retak, polos, dan nyata.

Ia menyentuh keringat dingin di pelipisnya. Jantungnya masih berdetak cepat.

“Mimpi apa itu tadi,” gumamnya.

Tapi entah kenapa, hatinya terasa sedikit lebih tenang tapi juga gelisah di saat yang bersamaan.

Seolah ada bagian dari dirinya yang akhirnya menyimpan dendam dan jawaban.

Zoe menghembuskan napas panjang, lalu bangkit dari kasur. Pagi ini dimulai dengan pertanyaan baru.Tapi setidaknya sekarang ia tahu, dunia ini bukan dunia novel.

***

Udara masih dingin, tapi Zoe sudah bersiap dengan pakaian kasual rapi dan tas kecil di tangannya. Ia berniat pergi pagi-pagi untuk mulai mencari tempat kontrakan.

Namun belum sempat keluar dari paviliun, suara seseorang terdengar dari luar.

"Hei, Zoe!"

Zoe menoleh. Seorang pelayan wanita berdiri di depan pagar kecil paviliun dengan ekspresi sinis dan nada malas.

"Tuan Joe memintamu untuk sarapan bersama di ruang makan utama."

Zoe tidak menjawab. Hanya diam sebentar, lalu mengangguk pelan dan berjalan melewati pelayan itu tanpa menatapnya. Ia tahu, tidak ada permintaan dalam kalimat itu, melainkan perintah.

Zoe melangkah masuk ke ruang makan yang luas dan mewah. Meja panjang penuh dengan makanan—roti hangat, buah segar, omelet, jus jeruk, dan kopi hitam. Namun yang lebih terasa dari aroma makanan adalah aura canggung di ruangan itu.

Semua sudah duduk di tempat masing-masing. Tuan Joe dan Tina di ujung meja. Varo duduk dengan wajah datar sambil menyeruput kopi. Jesper memainkan sendoknya dengan ekspresi bosan.

Si kembar Arya dan Arvan sibuk bergumam sambil tertawa kecil. Sementara Alicia duduk paling tenang, wajahnya terlihat canggung saat melihat Zoe.

"Duduklah, Zoe." Suara Tuan Joe terdengar datar.

Zoe tanpa berkata apa-apa, menarik kursi kosong dan duduk. Tangannya meletakkan tas di samping, lalu mengambil sepotong roti tanpa semangat.

Sarapan berjalan dalam diam selama beberapa menit. Sampai akhirnya, Tuan Joe membuka suara.

"Apa kau benar-benar yakin akan pindah dari sini?" tanyanya, menatap Zoe tanpa ekspresi.

"Pikirkan sekali lagi. Setidaknya sampai kau lulus sekolah. Kami bisa membantumu sampai kamu siap."

Sebelum Zoe sempat menjawab, suara Jesper memotong tajam. "Ngapain ditanya lagi, sih, Pa? Biarin aja dia pergi dari rumah ini."

"Malah bagus kan? Biar dia nggak ganggu Alicia lagi," lanjut Jesper dengan wajah tanpa merasa bersalah.

Tuan Joe menoleh tajam ke arah Jesper.

"Jesper, cukup!"

Jesper hanya mengangkat bahu sambil nyengir sinis, lalu kembali sarapan.

Zoe tetap tenang. Tidak menoleh, tidak menunjukkan ekspresi. Ia hanya memotong rotinya, lalu berkata dengan nada pelan namun mantap:

"Keputusan saya sudah bulat, Tuan Joe."

Tina akhirnya ikut angkat suara, nada bicaranya dingin, "Apa kamu bahkan sudah tahu mau tinggal di mana? Kamu pikir hidup itu semudah keluar rumah dan segalanya selesai begitu saja? Bahkan kau tidak memiliki keahlian apapun."

Zoe menoleh perlahan ke arah Tina, mata hitamnya tenang namun tajam.

"Saya tidak bilang akan mudah, Nyonya. Tapi saya lebih memilih kesulitan daripada—"

Ucapan Zoe terpotong saat suara Arvan menyela.

"Sudahlah, Ma, Pa. Ngapain kita masih nahan dia? Yang ada dia semakin besar kepala."

Arya menambahkan. "Benar. Ini hanya siasat licik dia. Yang jelas, jangan terpengaruh."

Mata Zoe berkilat dingin, saat Zoe ingin melontarkan kata-katanya kasar. Tiba-tiba suara seseorang menyela dari arah luar.

"Zoe akan tinggal bersamaku."

1
aisyatiera
menarik teruskan berkarya othor
aisyatiera
terima kasih othor novelmu menarik Sgt Salam sayang dari Malaysia❤
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Makasih kak. Salam juga 🙏🙏🫶🫶🫶
total 1 replies
ara lianna
berarti kalau jadi menantu boleh mam

aduh /Sneer/
syska
sʏᴜᴋᴀᴀᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀɴʏᴀ.. ᴛɪᴅᴀᴋ ᴍᴇᴍʙᴏsᴀɴᴋᴀɴ...
ʟᴇʙɪʜ sᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ ʟᴀɢɪ ᴛʜᴏʀ... 🥰🙏
ara lianna
jeni mewakili netijen 🤣
Vivo Abang
sangat bagus ceritanya,, semangat untuk terus berkarya Thor.
Rika Sri ayu
tidak membosankan ceritanya tak bertele tele kosakata bagus
Jhon Travolta
bagus kog dibilang buruk ya..
Jhon Travolta
Wah..nampak itu bukan penjiwa seni,..GK udah dihiraukan.
ara lianna
bayangin kalo
zoe : wilona
keenan : rayn
ryder : max
cya
/Heart/
triple A
karya yg bagus..miski ada typonya..terus semangat author utk berkarya..
Susilawati
Ryder bucin tingkat dewa
Susilawati
Dante2 kasihan banget deh, salah melulu 🤭🤭🤭
Susilawati
jgn2 ada yg menjebak ayah nya Zoe, persis sama seperti kejadian waktu Ryder dulu, dan mungkin dgn kejadian ini bisa membuka mata Zoe utk memikirkan kembali kejadian waktu di hotel itu.
Susilawati
siap2 aja kamu candy, kamu bakalan di bikin mampus sama si Ryder kalo dia tahu apa yg terjadi sebenarnya, bukan cuma kamu papa mama kamu pun pasti nanti ikutan hancur juga
Aqilah Jihan
sekarang Hadeh udah bisa berpikir ternyata spe gak seburuk di pikiran mereka👍
Susilawati
ya ampun emak dan anak sama2 jalang ternyata ckckck
Susilawati
kasihan banget kamu Alicia, hidup kamu hancur akibat ulah kamu sendiri.
Susilawati
hadiah yg luar biasa buat si Alicia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!