NovelToon NovelToon
Warisan Kaisar Naga

Warisan Kaisar Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Timur
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ar wahyudie

Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

“Di setiap langkah menuju langit, akan ada tangan yang mencoba menarikmu kembali ke tanah.”

                              ..........           ..........          ..........         ..........          ..........

Langit mulai gelap ketika Tian Long mendekati gerbang kota Jinghai.

Suara keramaian dari dalam tembok terdengar samar — denting pedagang, teriakan penjaga, dan deru langkah ratusan orang yang hidup di bawah cahaya lentera.

Langkah Tian Long terhenti.

Sesaat sebelum kakinya melangkah lebih jauh, sesuatu menyapu lehernya, dingin, lembut, namun mengandung berbagai ancaman. Udara berubah berat; kabut tipis di sekitar jalan mulai berputar perlahan, seolah takut mendekat padanya.

Tian Long berhenti tepat di depan batu besar yang sebagian tertutup lumut. Di permukaannya terukir huruf merah tua: “Wilayah Sekte Bara Langit.” Tulisan itu tampak seperti masih basah oleh darah lama, menguarkan aroma logam samar yang menempel di udara.

Daun bambu di sisi jalan bergemerisik pelan — bukan karena angin, tapi karena sesuatu yang bergerak di antara bayangan.

Dari balik pepohonan, dua sosok melangkah keluar perlahan. Cahaya redup sore menelusuri jubah merah mereka, menyalakan kilau samar pada simbol naga berapi di dada jubah itu.

Yang pertama tinggi besar, bahunya lebar seperti tembok batu; bekas luka panjang melintang dari pelipis hingga rahangnya, masih terlihat segar meski telah mengering. Nafasnya berat, seperti bara yang ditiup dalam tungku.

Yang kedua berambut putih keperakan, tergerai hingga punggung. Matanya menyipit, dingin dan tajam seperti serigala yang baru saja menemukan mangsanya. Dalam diamnya, ada tekanan halus yang membuat udara di sekitar Tian Long seolah terhenti.

Tak satu pun dari keduanya berbicara. Namun di antara mereka, dunia tiba-tiba terasa terlalu sempit untuk tiga jiwa yang berdiri di sana.

“Kau yang membuat Yan Lie pingsan?” tanya si berambut putih, suaranya serak tapi dingin.

Tian Long tak menjawab. Ia hanya menatap langit di atas mereka — awan mulai menutup bulan.

Hening beberapa detik. Angin berhenti bergerak.

Lalu tanpa aba-aba, si tinggi besar menghunus kapak besar yang dibawanya. "Whuuummm!" kapak itu menghunus ke arah Tian Long.

Seketika cahaya merah darah membelah udara seperti kilat.

Tian Long melompat ke belakang, tubuhnya berputar di udara, menancapkan tombaknya di tanah.

Braaakk!

Ledakan kecil melempar bebatuan ke segala arah.

Sosok berambut melihat itu lalu putih tersenyum miring. “Gerakmu cepat juga bocah. Tapi sayangnya belum cukup.”

Ia menjejak tanah.

Bummm!

Tubuhnya menghilang seperti bayangan — tiba-tiba sudah di belakang Tian Long.

Satu serangan telapak menghantam udara.

Sraaakkk!

Gelombang Qi menabrak punggung Tian Long, membuatnya terhuyung.

Darah menetes dari sudut bibirnya.

Tapi kali ini, matanya tak lagi panik — ada ketenangan yang aneh di sana.

Ia memutar tombaknya ke belakang tanpa melihat.

Claaang!

Tombaknya menahan serangan berikutnya dengan bunyi logam memekakkan telinga.

“Bocah bodoh!” seru si tinggi besar, menebas dari depan.

Tian Long menunduk, lalu menyapu tanah dengan kaki kirinya.

Debu berputar.

Ia menjejak tanah — thummm! — dan tubuhnya melesat seperti anak panah ke arah sisi kanan, menghindari kapak yang menghantam tanah dan meninggalkan kawah kecil.

Suaranya datar, nyaris seperti gumaman,

“Kau menyerang seperti gunung, tapi gunung pun masih punya celah.”

Tombaknya berputar cepat, menciptakan pusaran udara yang memotong seperti sabit.

Whirrhh— SHRAAKK!

Ujung tombak menghantam dada lawan.

Darah memercik, tapi hanya luka ringan. Lawan mundur, tertawa dingin.

“Lumayan… tapi sekarang giliran kami.”

Dua sosok itu bergerak bersamaan, bayangan mereka berkelebat seperti kilat yang menyambar dari dua arah berbeda. Kapak besar di tangan pria bertubuh kekar berputar menebas udara, meninggalkan jejak merah membara. Di sisi lain, telapak tangan berlapis api dari pria berambut putih menghantam ke depan, membentuk pusaran panas yang berputar seperti mata badai.

Blaaaarrrr!

Tanah terbelah. Gelombang panas menggulung dari titik benturan, menelan debu dan daun-daun kering, menghempas batu-batu besar hingga meluncur ke jurang. Udara sendiri seolah menjerit, menyusut, lalu meledak dalam semburan angin membara.

Tian Long terseret setengah langkah ke belakang. Tombaknya bergetar hebat di tangannya; cahaya keemasan samar muncul di sepanjang bilahnya, menahan hantaman api yang datang dari segala arah. Napasnya berat, setiap tarikan dada seperti menelan bara.

Kilatan merah dan emas bertabrakan di udara. Suara denting logam bercampur dengan raungan angin panas. Di balik setiap ayunan kapak, tanah terbelah. Di balik setiap tebasan tombak Tian Long, cahaya emas membentuk perisai yang bergetar rapuh.

Namun tekanan itu terus menekan, berat, padat, dan menggerus. Dua kultivator tingkat Langit menengah itu seperti gunung yang runtuh dari dua sisi, dan Tian Long hanya sebatang bambu di tengah longsoran.

Kilatan api menembus perisai emasnya sedikit demi sedikit, membakar kulit tangannya. Rasa perih menyebar, tapi matanya tidak bergeser; pandangannya tetap terkunci pada musuh di depan, seolah setiap luka hanyalah pengingat untuk tidak goyah.

Dum! Dumm! Blammm!

Tombaknya retak. Udara di sekitarnya bergetar seperti kaca akan pecah.

“Karena kau berani mengusik murid kami, maka, sekarang kau akan belajar betapa berharganya kehidupan!” seru si tinggi besar, menebas ke bawah dengan seluruh kekuatannya.

Tian Long menangkis.

CRAAASSSHH!

Benturan itu mengguncang tanah. Retakan menjalar di bawah kaki mereka.

Tian Long terdorong ke belakang, lututnya menekan tanah keras.

Ia menatap tombak retaknya.

Lalu menatap langit yang kini gelap sempurna.

Dalam pikirannya, suara Long Zhen Tian muncul pelan.

“Kau masih mengandalkan tombakmu. Padahal kekuatan naga bukan pada senjata, tapi pada napas yang menghidupinya.”

Tian Long menutup mata sesaat, lalu melepaskan tombak itu.

Suara jatuh ke tanah terdengar jernih.

Lawan-lawan di depannya terkejut.

“Menyerah?” cibir si berambut putih.

Tian Long mengangkat wajahnya perlahan.

Di bawah cahaya petir jauh di langit, matanya berkilat — bukan karena marah, tapi karena kesadaran yang baru muncul.

Ia menarik napas panjang.

Dan dunia sekitarnya berubah.

Wuuuuooommm!

Udara tiba-tiba menjadi berat. Daun-daun di sekitar mereka terangkat ke udara.

Tekanan spiritual menekan dada semua orang di radius belasan meter.

Tanah bergetar pelan.

Dari lengan kanannya, cahaya keemasan muncul — bukan menyala keras, tapi mengalir lembut seperti hidup.

Tato teratai di sana terbuka satu kelopak lagi, memancarkan aura naga kuno yang menekan segala arah.

“Kekuatan yang diam… bukan berarti tak ada,” bisiknya.

Si tinggi besar mencoba menyerang lagi.

Namun sebelum kapaknya turun, udara di sekelilingnya bergetar hebat.

BOOM!

Tian Long mengayunkan tangan kosong. Tidak ada senjata, tapi tekanan dari ayunan itu memotong udara seperti pisau.

Gelombang Qi emas menghantam kapak logam itu, menghancurkannya menjadi pecahan.

Serangan itu terus melaju, menabrak dada si tinggi besar, melemparkannya ke belakang dan menghantam batang pohon besar.

Braaakkk! Pohon itu patah separuh.

Si berambut putih melompat mundur, wajahnya pucat. “Itu… bukan kekuatan manusia!”

Tian Long menatapnya, suaranya datar.

“Aku manusia. Tapi dalam tubuhku… ada sesuatu yang mengingatkan langit siapa yang dulu berkuasa di atasnya.”

Long Zhen Tian tertawa kecil di dalam kesadarannya.

“Jangan sombong, bocah. Kau hanya membuka kelopak ketiga. Masih seribu gunung di depanmu.”

Tian Long tersenyum samar. “Aku tahu, Guru.”

Ia melangkah ke depan.

Setiap langkah menimbulkan gema di tanah.

Thum… Thum… Thum…

Si berambut putih gemetar, berusaha membentuk formasi pelindung.

Namun sebelum berhasil, Tian Long sudah di depannya.

Tangannya menekan bahu lawan itu ringan.

“Tidurlah.”

Tekanan halus itu menghancurkan aliran energi di tubuh lawannya, membuat pria itu pingsan seketika.

Hening.

Angin kembali berhembus.

Tian Long berdiri di tengah reruntuhan, napasnya teratur, mata masih menyala keemasan.

Pedagang tua yang bersembunyi di balik batu lagi-lagi menyaksikan kejadian itu dengan wajah tak percaya.

Ia berbisik, “Dia… bukan manusia biasa.”

Tian Long mendengar, tapi tak menanggapi.

Ia hanya menatap ke arah kota Jinghai yang kini tampak terang oleh cahaya lentera.

“Malam ini… dunia akhirnya tahu namaku.”

Angin meniup rambutnya perlahan.

Long Zhen Tian berbisik lagi di pikirannya.

“Kau melangkah ke dunia naga, Tian Long. Setiap kemenangan akan menuntut harga — jangan lupakan itu.”

“Aku tidak akan lupa,” jawab Tian Long pelan. “Karena setiap luka adalah bagian dari jalanku.”

Dan di bawah langit yang kembali tenang, Tian Long melangkah menuju gerbang Jinghai — dengan dua musuh kuat terkapar di belakangnya, dan takdir yang mulai berputar semakin cepat di depannya.

1
Nanik S
Lanjutkan.... bagus Tor
Nanik S
Darah Naga adalah Kunci
Nanik S
Aku sebenarnya siapa... kasihan
Nanik S
Sebenarnya Anak Siapa Tian Long
Didi h Suawa
💪💪💪💪
Didi h Suawa
awal yg baik,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!