NovelToon NovelToon
Kehidupan Kedua

Kehidupan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.

Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.

Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.

Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?

*

Ig: aca0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Cahaya matahari pagi masuk menembus kaca jendela, memantul ke wajah seorang wanita cantik yang sedang tertidur pulas. Perlahan kelopak matanya terbuka menampakkan netra coklatnya yang bersinar terkena cahaya matahari.

Dengan gerakan pelan kepalanya tertoleh ke arah kanan, pada jam dinding yang menggantung diatas jendela. Sudah pukul delapan pagi. Buru-buru ia bangun dan berlari ke kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Siena keluar dari kamar mandi, ia mengambil asal pakaian santai di walk in closet dan memakainya. Setelah mengoleskan make up tipis di wajahnya dan mencepol rambut panjangnya, Siena segera turun ke bawah.

" Selamat datang kembali nona," sapa seorang wanita paruh baya.

"Eum...nama bibi siapa? Aku agak lupa," tanya Siena dengan raut wajah tidak enak, merasa bersalah karena tidak bisa mengenali wanita itu.

" Nama bibi Lela, non."

" Baik bi Lela, Diego udah pergi bi?" Tanya Siena duduk di meja makan.

Bi Lela dengan cekatan mengambilkan nasi goreng dan segelas susu vanilla, setelah meletakkan di depan Siena barulah dia menjawab, "iya, non, den Diego sudah berangkat ke kantor. Silahkan di makan, non."

" Makasih ya bi." Ucap Siena tulus mulai menyuap nasi goreng secara perlahan, menutup matanya untuk menikmati rasa nasi goreng yang sudah lama tidak ia rasakan. Rasanya enak.

Siena sesekali melirik ke arah bi Lela yang sedang membersihkan dapur, haruskah ia bertanya pada bi Lela? Mungkin saja dia tahu.

"Bi!"

"Ya, non."

" Bibi duduk dulu disini. Aku mau nanya," Siena menunjuk kursi di depannya, meminta bi Lela untuk duduk disana.

"Mau nanya apa non?" Bi Lela duduk di depan Siena, matanya terus menatap Siena, anak majikannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

" Bibi masih ingat nggak sama teman-teman aku dari geng Black Rose?" Tanya Siena seraya mengamati perubahan ekspresi di wajah bi Lela, jika di jelaskan secara sekilas bi Lela terlihat sedih dan marah. Ini semakin menambah rasa penasaran Siena.

" Kenapa non nanyain mereka?" Bi Lela bergerak gelisah, dia seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.

" Nggak kenapa-kenapa bi. Setelah aku pindah ke Limerick mungkin mereka pernah datang kesini,"

"Nggak pernah non."

Siena meletakkan sendok diatas piring yang sudah kosong. Ia sudah selesai makan. Otaknya berpikir keras, apa permasalahan Siena tidak hanya dengan Cindy tetapi juga dengan semua teman-temannya?

Dilihat dari foto itu jelas mereka sangat dekat dan untuk pertemanan sedekat itu mustahil tidak ada komunikasi sama sekali, walaupun jauh setidaknya pasti akan bertukar kabar setidaknya satu bulan sekali.

Ini aneh. Seolah-olah pertemanan mereka berakhir ketika masa remaja mereka berakhir. Apa yang terjadi?

...°°°...

Setelah sarapan, Siena memutuskan untuk berjalan-jalan di kota jakarta. Tujuan pertamanya adalah ke kota tua, berjalan-jalan di kawasan itu membuat Siena merasa sangat tenang dan nyaman.

Ia berjalan kaki menyusuri kota tua sembari memotretnya menggunakan kamera jadul yang ia temukan di laci meja riasnya.

Puas melihat-lihat, Siena melangkahkan kaki memasuki cafe Batavia. Ia akan duduk sebentar disana sambil menikmati satu porsi soto Betawi dan segelas macchiato. Kombinasi yang pas untuk cuaca yang tidak terlalu terik siang itu.

Sejak keluar dari rumah cuaca mendadak berubah mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Siena menghabiskan soto dalam waktu singkat, lalu mulai menikmati macchiato sembari memperhatikan orang-orang yang datang hingga netra nya tidak sengaja melihat seorang gadis yang familiar.

Gadis bersurai hitam pendek itu duduk sendirian di sudut Cafe, wajahnya sudah jauh lebih dewasa daripada yang terlihat di foto. Ya, dia adalah salah satu teman Siena di masa lalu, foto nya ada dalam pigura itu.

Siena menghabiskan macchiato nya dalam sekali minum lantas menghampiri gadis itu. Ia sudah bertekad untuk mencari tahu dan gadis itu adalah salah satu jalan pintasnya.

"Hai, boleh aku duduk disini?" Tanya Siena basa-basi.

Dia mendongak lalu matanya melebar tak percaya dan itu tidak luput dari pengamatan Siena.

"Sie, ngapain disini?" Tanyanya cemas sembari menarik tangan Siena untuk segera duduk.

"Aku sedang liburan. Kamu apa kabar?" Tanya Siena kikuk. Ah, bagaimana caranya ia bisa tahu nama gadis ini, dulunya mereka berteman dan tidak mungkin Siena bertanya namanya secara terus terang.

" Ya ampun, sie. Kalau kamu mau liburan ngapain kesini, kamu kan tahu waktunya sebentar lagi dan kamu tidak boleh ada disini." Katanya dengan raut wajah khawatir yang amat nyata.

Siena menaikkan sebelah alisnya, kenapa ia tidak boleh ada disini? Waktu apa yang sebentar lagi?

" Aku kangen."ungkap Siena.

"Aku tahu, kita semua juga kangen. Tapi, sie, jangan biarkan semuanya jadi sia-sia, kamu sebaiknya pergi deh."

" Maaf sebelumnya, nama kamu siapa? Aku nggak terlalu ingat?" Tanya Siena. Ia tidak punya pilihan lain selain bertanya.

Gadis itu tersenyum miris dan matanya sedikit berkaca-kaca tetapi dengan cepat dia sembunyikan, "Gladys, namaku Gladys." Katanya pelan nyaris tidak terdengar.

"Maaf," Siena jadi merasa bersalah, pertanyaannya pasti sudah melukai perasaan Gladys, perempuan yang di masa remajanya pernah menjadi teman dekat Siena.

"Tak apa. Aku yang minta maaf," Gladys berdiri lantas menarik tangan Siena, "aku rindu, sie, tapi tidak bisa berbuat apa-apa."

Gladys menarik Siena kedalam pelukannya, tidak mempedulikan tatapan aneh dari orang-orang. Siena mengusap pelan punggung Gladys.

"Kamu harus secepatnya pergi." Kata Gladys melepas pelukan mereka, dia berjalan cepat ke kasir dan membayar tagihannya berserta tagihan Siena.

Siena memperhatikan punggung Gladys yang berjalan di depannya, ingin sekali ia menanyakan tentang masa lalu mereka tetapi melihat suasana hati Gladys yang buruk membuat Siena terpaksa mengurungkan niatnya.

Gladys memaksa untuk mengantarkan Siena pulang ke rumah, kebetulan gadis itu membawa mobi. Dalam perjalanan lebih di dominasi keheningan, bagi Siena ini tidak terasah seperti bertemu teman lama.

Rasanya sangat asing atau mungkin karena ia jiwa asing yang tersesat dalam raga Siena sehingga ia tidak dapat merasakan kedekatan antara dirinya dan Gladys. Ya, mungkin saja memang begitu.

Tapi, kenapa wajah Gladys sangat cemas? dia terlihat seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu. Siena ingin memulai pembicaraan namun tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Pada akhirnya bahkan ketika mobil Gladys sudah memasuki pekarangan rumah Siena, keheningan tetap setia menemani mereka.

"Ambil kopermu, aku akan mengantarmu ke bandara."

"APA?" Kaget siena, ia belum ingin kembali ke Limerick dan kenapa pula Gladys memaksa nya untuk pergi? apa yang sebenarnya dia sembunyikan?

"Buruan, Sie!"desak Gladys.

"aku masih mau disini. kamu nggak punya hak buat larang aku!" Siena berdecih tidak suka, turun dari mobil dengan sedikit membanting kan pintu.

Gladys nampak terkejut, lalu buru-buru turun menyusul Siena.

"Siena! kamu jangan gini dong, kamu nggak mungkin nggak sadar apa yang akan terjadi jika kamu masih tetap disini."

Siena berhenti. Apa yang akan terjadi? oh, tentu jika ingin tahu, Siena harus tetap disini.

"Aku bisa mengurus diriku sendiri Gladys. Kamu bisa pulang sekarang."kata Siena penuh penekanan, setelah itu ia buru-buru masuk meninggalkan Gladys sendirian di halaman.

...***...

Jangan lupa like, komen dan vote...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!