🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo Kita Nikah Secepatnya!
Ini kali pertama kali Kimy membantah ucapan Ayahnya, antara lega dan sedih, juga menyakitkan, itu yang dia rasakan saat itu.
Sisa tamparan Sang Ayah pun masih menyisakan rasa panas di pipinya, bahkan membuat pipinya memerah. Tapi bukan karena itu Kimy sakit hati, tapi kata-kata Sang Ayah yang selalu merendahkan kemampuannya dalam berseni yang membuat Kimy sakit hati.
Kimy mengambil ponselnya, memilih nama yang tak pernah ia hubungi. Dua kali Kimy mencoba, tapi panggilannya tak dijawab oleh si Pemilik ponsel yang ia hubungi.
Kimy yang hatinya masih terluka kembali menangis. Bayangan kegiatan-kegiatan yang akan ia lakukan di ruang pribadinya nanti, kembali terlintas di benaknya dan hal itu berhasil menghentikan tangisnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hati Kimy sudah tak karuan menantikan hari ini, hari dimana Satria akan mengajaknya membeli perlengkapan dan peralatan untuk ruang pribadinya. Semua daftar yang ingin ia beli pun sudah tersusun rapi, banyak sekali, bahkan tak bisa dihitung dengan jari.
"Cil!" Seperti biasa, karena sepertinya Satria enggan sekali memanggilnya dengan sebutan Kimy.
Kimy yang biasa akan cemberut atau marah karena panggilan itu, kini terlihat sumringah saat melihat wajah tampan dengan sifat yang menyebalkan itu berjalan menghampirinya.
"Tumben lu gue panggil Bocil kagak manyun? Udah sadar kalau lu masih bocah?" Sang Anjing kembali menguji iman Sang Kucing.
"Bodo amat, yang penting aku dapetin apa yang aku mau." Kimy tersenyum ceria.
Kedekatan mereka berdua sudah menjadi gunjingan para karyawan terutama para kaum hawa yang memang selalu mengidam-idamkan pria yang mereka anggap ramah tersebut, ramah dalam arti kata yang sesungguhnya, bukan ramah versi Kimy.
"Elu mau beli apa aja emangnya?" tanya Satria sambil membantu Kimy yang kesulitan mengunci seatbeltnya.
"Banyak," jawabnya riang.
"Iya, apa aja? Kalau gue bawa lu ke mall emangnya ada tuh barang-barang yang elu cari?"
"Gak ada lah!"
"Ya makanya gue tanya, apaan aja yang mau lu beli?" Satria mulai sewot.
"Kita ke toko perlengkapan melukis, aku mau beli perlengkapan sama peralatan lukis dulu." Gadis itu masih tersenyum riang. "Kakak tau tempatnya?"
Tanpa menjawab pertanyaan Kimy, Satria mencari tempat yang akan mereka tuju lewat smart GPS yang terpasang di mobilnya. Dan hal itu berhasil membuat Kimy takjub.
"Wiiiiihhh, kereeeeeennn."
"Dasar bocah!" Tanpa sadar Satria menyentuh dan sedikit mengacak-acak rambut Kimy, sebuah sentuhan untuk awal dari kebiasaannya nanti.
Kecanggihan teknologi memang selalu bisa diandalkan, jika kita menggunakan dengan bijak. Seperti yang Satria lakukan, karena tanpa harus repot-repot menanyakan lokasi dan mencari jalan ke toko tersebut, mereka telah tiba di sebuah toko yang menyediakan perlengkapan dan peralatan melukis yang Kimy inginkan.
Hari sudah petang kala itu, tapi semangat Kimy berburu barang-barang keinginannya tak ikut tenggelam seperti Sang Surya, yang mulai akan beristirahat.
"Aku boleh ambil apa aja kan?" Kimy memastikan ucapan Satria malam itu.
"He'em," jawabnya, tanpa melirik ke arah lawan bicaranya, karena dia telah disibukkan dengan ponselnya.
Kimy mulai mengelilingi toko, sedangkan pria yang akan membayar semua tagihannya, duduk anteng di sudut ruangan. Dia benar-benar tak sedikitpun tertarik dengan barang-barang yang jarang dan bahkan beberapa benda tak pernah ia lihat sebelumnya.
Waktu terus berputar, Kimy terlihat kalap melihat barang-barang yang ada di toko tersebut, hampir semua dia beli, entah berapa total pengeluaran yang harus dibayar Satria, Kimy tidak peduli.
"Beres?" tanya Satria melihat gadis yang akan menjadi calon istrinya itu duduk di hadapannya.
"Sejauh ini sih udah dulu."
"Nih minum! Lu belum minum apa-apa daritadi." Satria menyodorkan sebotol air mineral yang ia beli di minimarket beberapa saat lalu, lalu beranjak dari kursinya menuju kasir.
Tanpa berkomentar apapun, Satria mengajak gadis yang telah menghabiskan beberapa digit uangnya itu pergi.
"Makan dulu yuk, gue laper."
"Terus barang-barangnya gimana?" Kimy menahan tangan Satria yang sedang menggenggam pergelangan tangannya, bukan untuk protes karena tak mau disentuh, tapi karena dia takut kehilangan barang-barang berharganya.
"Nanti dikirim sama toko ke rumah, norak deh."
"Oh." Kimy melepaskan tangannya dan mempersilahkan tangan dengan otot-otot bisep itu membawanya pergi dari toko yang baru ia jarah tadi.
"Lu gak mau bilang makasih sama gue?" sindir Satria.
"Eh, iya lupa." Kimy memamerkan rentetan gigi-giginya yang putih. "Makasih Calon Suamiku yang Ramah."
"Ngelunjak, mau nyobain betapa ramahnya gue Cil?" Satria mencondongkan tubuhnya ke arah kursi penumpang.
"IBUUUU!" jeritnya seperti biasa, tiap kali Satria menggodanya.
"Ibuuuuu!" cibir Satria, mengejek gadis yang sepertinya sedang memproteksi dirinya dengan menyilangkan tangannya di dada. "Pake disilang-silang tangannya, apa yang elu mau lindungin dari gue? t*ket lu yang cuma segede lemon?"
"Biar kecil begini, ini salah satu harta aku yang berharga, tau!"
"Lah, emang punya lu cuma satu? Sepoteknya lagi kemana?"
"KAKAAAAAK!"
"Dih nih cewek pedenya selangit, orang gue mau bantuin lu pasang seatbelt doang. Punya lu tuh terlalu minimalis, hiii, gak selera." Satria memandang rendah gundukan yang kurang menonjol yang akan ia milik nanti.
Kimy lelah menimpali ucapan pria yang telah dia buat bengkak tagihan kartu kreditnya.
Setelah kenyang menikmati makan malam mereka, Satria mengantar calon istrinya pulang, hanya sampai pintu pagar tentunya. Tak mungkin dia mau turun untuk berbasa-basi dengan orang-orang yang jelas-jelas tak menyukai dirinya.
"Makasih ya Kak, buat hari ini. Besok kita ke toko peralatan kerajinan tangan ya!" ucap Kimy sebelum keluar dari mobil.
"Buat besok imbalannya makasih juga?" Sindir Satria sambil membantu membukakan kunci seatbelt Kimy, yang sepertinya selalu kesulitan tiap kali akan memasang dan membuka seatbeltnya.
"Emang maunya apa? Mesum!" Dia pun keluar tanpa senyuman, walau hatinya masih bersenandung riang.
Bayangan dirinya akan bermain dengan berbagai macam benang terus membuatnya menyunggingkan senyum.
"Assalamu'alaikum!" teriaknya seperti biasa.
"Waalaikumsalam." Hanya Dina yang menjawab, padahal disana ada Anggara dan juga Rahardian.
Ada apa ini?
Mengapa kedua mimik wajah mereka terlihat kaku, seolah sedang memendam kesal.
"Darimana kamu?" tanya Rahardian dengan ketus.
Kimy yang terkejut dengan pertanyaan dengan nada tinggi itu, reflek mundur saat akan menyalami tangan kedua pria yang begitu ia sayangi.
"Oh, itu, emmm— tadi aku abis ngerjain tugas kampus dulu sama anak-anak," jawabnya agak sedikit gugup.
"Ngerjain tugas kampus, apa ngeband di Kafe?" Kali ini kakeknya yang bertanya dengan nada yang sama persis dengan ayahnya.
Jantung Kimy langsung bergemuruh kencang, walaupun kenyataan dia tak ada jadwal ngamen bersama teman-temannya, tapi sepertinya kedua pria itu tahu, jika dirinya mempunyai jadwal ngeband.
"Yaaaah!" Kimy mulai mengiba, memohon belas kasihan dari kedua orang pria yang selalu menentang kreatifitasnya dalam berseni. "Jadwal manggung kita cuma weekend doang, aku janji gak akan ganggu kuliah aku."
"Bukannya Kakek juga udah sering bilang sama kamu, kalau kegiatan yang kamu lakukan itu cuma sia-sia, tak akan bermanfaat sama sekali untuk kehidupan kamu nanti," Anggara tak lagi menutupi kekecewaannya. "Kakek kecewa sama kamu!"
"Apa sih yang salah dari itu? Aku gak nge drugs, gak jadi pel*cur, aku cuma ngelakuin apa yang aku suka." Airmata Kimy mulai tak terbendung, rasa sesak yang menghantam dadanya ia terobos agar bisa mengemukakan semua yang ia pendam selama ini. "Selama ini aku nurut apa yang kalian mau, aku kuliah di bidang yang benar-benar gak aku suka, dan sekarang aku mulai mempelajari cara bekerja di perusahaan, tadinya aku berharap Ayah sama Kakek juga bisa ngasih keringanan buat aku melakukan apa yang aku suka. Tapi nyatanya, kalian semuanya emang egois." Kimy meluapkan emosinya.
"Sekarang ayah tanya sama kamu, apa dengan melakukan hal-hal konyol itu bisa menjamin kehidupan kamu nanti?" Rahardian masih meninggikan suaranya.
"Aku bisa menggantungkan hidup aku sama suamiku nanti, dan bukannya kalian juga tau, kalau calon suami aku adalah pewaris tunggal kerajaan bisnisnya?"
"Tutup mulut kamu!" Hampir saja tamparan dari Anggara melayang ke pipi mulus Kimy.
"Udah, udah! Ini udah malam. Lebih baik kamu istirahat sana, tenangkan pikiran kamu di kamar. Semua yang Ayah sama Kakek lakuin ke kamu itu, semata-mata untuk kebaikan kamu juga." Dina berusaha melerai pertengkaran Ayah dan anak itu.
"Kenapa? Ini tubuhku, aku yang berhak dengan apa yang akan aku lakuin buat tubuh aku, bahkan demi bebas melakukan semua keinginanku, aku rela untuk menjual tubuh ini kepada Pria yang kalian sebut bejat itu." Ucapan Kimy berhasil membuatnya mendapatkan tamparan dari Sang Ayah.
"Kalian semuanya egois. Aku benci kalian!" Gadis yang beberapa saat lalu begitu senang seperti bunga di musim semi, kini seolah layu layaknya bunga di musim gugur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kimy terkejut mendengar nada dering ponselnya, ternyata dirinya tertidur, setelah lelah menangis. Dilihatnya nama yang tertera di layar ponselnya, dan ternyata adalah orang yang tadi tak mengangkat telepon darinya. Dengan segera diapun menggeser tombol hijau.
"Halo?"
"APAAN CIL?" jawab siapa lagi, kalau bukan Satria. Dan sepertinya pria itu sekarang tengah berada dalam ruangan dengan hentakan musik yang memekakkan telinga.
"Ayo kita nikah secepatnya!"
...Gantung lagiiiiiiii.... 🤭🤭...
...Penasaran aja, apa penasaran banget?...
...Jangan lupa ritualnya para readersku.....