TOLONG DI PERSIAPKAN MENTAL UNTUK MEMBACA CERITA INI YA KAWAN KAWAN...
Cerita ini menceritakan tentang Rere yang berumur 17 tahun mengalami kekerasan dan penculikan secara brutal, konflik hebat dan berat.
.....
Semilir angin sejuk dirasakan Rere ketika mobil sudah berjalan. Dia sama sekali tidak bisa mencerna semua kejadian 10 menit yang lalu. Tamparan Ben di pipinya sekarang terasa panas, namun entah kenapa rasa itu sekarang menghangatkan hatinya. Perilaku Ben yang kasar sekaligus lembut tadi benar-benar menggugahnya. Rere juga tidak bisa memutar otaknya untuk bertindak lebih lanjut. Rasa luar biasa lelah menggerogoti tubuhnya sekarang. Kedua kelopak matanya yang indah itu sekarang terasa berkilo-kilo beratnya. Rere memejamkan mata mencoba mempelajari apa yang sekarang dirasakannya dalam hati. Dia bahkan sempat merasakan Ben membelai rambutnya sambil berbisik “I’m really sorry Re…” sebelum dia terlelap tertidur terbawa alam bawah sadarnya untuk mengistirahatkan hati dan tubuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MegaHerdian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Konflik berat
Rere sedang terduduk di kursi malas sambil membaca-baca tabloid gossip seputar selebritis. Nana Mirdad sekarang sedang hamil tua. Kok secepat itu ya? Apakah memang dia betul-betul MBA (married by accident) seperti yang orang-orang gosipin?. Rere terus membalik-balikkan lembaran demi lembaran tabloid ketika seseorang membuka pintu, dilihatnya Ben menghambur masuk ke kamarnya.
Sosok laki-laki tampan, tinggi dan putih tetapi sangat di Benci Rere, kenapa ada disini? Kenapa dia bisa masuk ke kamarnya sementara mama-papanya saja harus mengetuk dahulu dan meminta ijinnya sebelum masuk ke kamarnya.
"Hallo sayang…" Ben menyapanya sambil mengecup keningnya. Rere langsung mengelak dan menepis Ben menjauh darinya, dia menghapus jejak kecupan Ben dari keningnya.
"Kamu dah makan belum?" Seolah tanpa salah, Rere mengelak kecupan di keningnya itu lagi.
"Ngapain Lo ke sini?!… Ngapain Lo ke kamar gue!!… PERGI LO!!! KELUAR DARI KAMAR GUE!!!… PERGIIIIIIIII!!!" Teriak Rere kasar.
Dia masih ingat ketika Ben dan ketiga kawannya memperkosanya beramai-ramai di sekolah. Rasa traumanya seakan kembali mencuat, rasa takut itu mulai menghinggapinya lagi.
"Kamu ngomong apa sih sayang???? Ini kan kamar kita berdua, jadi ini kamar aku juga" Jawab Ben kelihatan khawatir dengan sikap Rere.
"JANGAN MIMPI LO!!!! PERGI LO SANA!! KELUAR DARI KAMAR GUE!!" teriak Rere histeris. Dadanya menggebu kembang kempis mengikuti irama nafasnya yang kian berat dan kasar.
"Kamu kenapa sih Re?? Ini aku Ben… Suami kamu… Kamu kenapa? Kamu demam ya?" Ben berusaha meraba kening Rere, tetapi Rere dengan cepat mengelak.
Mendengar hal itu Rere semakin naik pitam.
"APA?! SUAMI?! CUIH! MANA BISA LO JADI SUAMI GUE!!! SAMPE MATI GUE GAK MAU JADI ISTRI LO!! JANGAN MIMPI LO!!" masih dengan nada tinggi, Rere seakan mendengar suaranya melengking saking marahnya.
"Lo! COWOK SETAN BERENGSEK YANG GUE TEMUIN! LO..!" Tunjuk Rere, tiba-tiba ucapannya tertahan tak terasa air matanya mengalir deras.
"Lo benar-benar cowok berengsek yang Pernah GUE TEMUIN!" Tegas Rere sekali lagi, dia mencoba melupakan isi hatinya yang menggebu-gebu.
"Re, kamu ngomong apa? Jangan gitu!! Ingat kamu lagi hamil tua… itu anak kita… anak aku, suami kamu…" Ben berusaha menjelaskan dan menenangkan Rere. Tetapi setelah mendengar perkataan Ben, Rere bukannya tenang melainkan bingung. Suami? Hamil? Anak?? Spontan dia melihat ke bawah.
Dilihatnya gelembung besar di daerah perutnya. Rere meraba perutnya. Memang dia sedang hamil. Hamil besar. Apakah ini hasil dari pemerkosaan waktu itu? Dia tidak mau anak ini. Lalu dengan keras dia memukul perutnya, mencoba membunuh mahluk hidup yang ada di dalamnya. Rere kesakitan. Sakit tepat ketika dia memukul perutnya.
Dia tidak mau anak ini, hidupnya sudah hina bagaimana dia bisa menatap anak yang tak berdosa itu.
Rere beranjak dari tempat duduk nya, ia meraih pisau buah yang ada tak jauh dari tempat duduk nya.
"Re! Kamu jangan Gila!?" Ben mengingatkan Rere lagi. "LEPASIN!! JANGAN GILA LO" Teriak Ben lagi saat melihat Rere yang memegang pisau di tangannya.
"Gue lebih baik mati dari pada harus hidup sama Lo, ingat walaupun gue mati sekalipun gue gabakal maafin Lo dan gue sumpahin Lo bakal masuk neraka!" Rere dengan sekuat tenaga memukul mukul perut dengan tangan yang memegang pisau.
Ahhhhh
Alih-alih kursi malas, ternyata Rere masih tergeletak di suatu ruangan.
Rupanya dia tadi bermimpi. Dilihat sekelilingnya gelap gulita, didapati dirinya masih telanjang bulat. Perutnya sakit akibat pukulan tanpa sadar di mimpinya sendiri. Tubuhnya basah bermandikan keringat. Rere berusaha memfokuskan pandangannya yang buram. Dia meraba sesuatu di sebelahnya. Dilihatnya samar-samar, itu Albie.
Rere terkejut ketika melihat Albie pun tertidur telanjang bulat seperti dirinya. Rere melihat sekelilingnya. Sepertinya dia kenal ruangan ini. Rere bangkit berdiri. Tetapi tiba-tiba kakinya sakit luar biasa. Sekujur tubuhnya sakit. Selangkangannya terasa perih dan panas.
Akhirnya Rere ingat. Dia masih diruangan BP sekolahnya. Kembali dia tersadar atas apa yang baru saja menimpanya. Tertatih-tatih Rere berjalan sambil mencoba meraba ke tembok-tembok berusaha meraih electricity outlet untuk menghidupkan lampu atau mencari penerangan. Ditemukan electricity outlet dan dihidupkan lampu. Ketika ruangan sudah terang, dilihatnya ruangan itu, masih segar dalam ingatannya ketika Albie merenggut keperawanannya di sofa sana.
Tak terasa air matanya kembali mengalir ras sedih kecewa dan sakit hatinya menjadi satu.
Siapa sebenarnya dalang di balik semua ini!? Dan kenapa mereka tidak boleh menyakiti Albie sedangkan mereka dengan brutal menyiksa dirinya.
Dilihatnya jam yang ada di tangannya. "Jam 9 malam…" katanya dalam hati. Pasti mama sudah mencari-carinya. Mungkin sudah menelepon ke HPnya untuk menyuruh pulang.
Rere tidak ingat dimana tasnya, dimana semua barang-barang bawaannya. "dingin…" Rere berseru pelan kepada dirinya sendiri. Rere berusaha mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Tetapi setelah dia sadar bahwa tidak ada sehelai Benang pun untuk menutupi keterlanjangannya, Rere pun merosot terduduk. Jongkok sambil memeluk kakinya. Membenamkan wajahnya di kedua lututnya yang masih sakit, terisak-isak menangis.
Rere tak tahu sudah berapa lama dia tersedu-sedu ketika didengarnya disudut ruangan Albie mengerang pelan. Rupanya Albie sudah sadarkan diri. Rere melihat Albie memegangi kepalanya yang beberapa jam lalu dihantam keras oleh Sam sampai dia jatuh pingsan. Beberapa saat kemudian Albie pun menyadari sesenggukan Rere di tempat Rere membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Albie bangkit berdiri dan menghampiri Rere.
"Re… kamu masih disini? Aku pikir kamu udah dibawa mereka… Kamu gak apa-apa kan?" Albie membelai rambut Rere yang sudah awut-awutan itu.
"Apanya yang gak apa-apa Bie??" seru Rere sambil menangis. "Kamu udah liat apa yang terjadi!!"
"Sorry Re, aku gak tahu… si bangsat itu mukul aku dari belakang… Apa yang terjadi Re??" tanya Albie sambil terus membelai rambut Rere, berusaha menenangkan suaranya meskipun dia bisa menebak apa yang akan dijawab Rere.
"AKU DIPERKOSA BIE!!!!" Rere menepis tangan Albie dari kepalanya.
"ABIS KAMU PINGSAN AKU DIPERKOSA RAME-RAME SAMA MEREKA!!"teriak Rere histeris, seolah itu adalah kesalahan Albie.
"MEREKA MENGGILIR AKU BIE!! MEREKA MAKE AKU RAME-RAME… DI SANA! MEREKA BUANG DI DALAM PERUT AKU BIE!!" sambil menunjuk sofa tempat perbuatan maksiat itu terjadi. Albie pun tahu, ketika melihat tempat yang ditunjuk Rere, dilihatnya darah kering tercetak di cover sofa itu. Albie sadar itu adalah darah perawan Rere yang sudah diteguknya.
Albie menempelkan dahinya dengan dahi milik Rere, kedua tangannya menyapu halus air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Aku bakal tanggung jawab Re..Aku janji".
bikin ben menyesal dan semua org yg pernah benci rere menyeaal.... bukanrere aja yg sellu disiksq lama2 emosi juga.. bacanya
Hebatt bgt km thor..sehari 2x ..
aq ma suami sminggu 2x atau kadang sminggu 1x..sama2 repot,sama2 pasif mainnya,kpn2 bagi tips ya thor hehehehe