Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.
Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.
"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.
"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora
Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.
Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.
Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Tidak Diinginkan
Bruk!
Tubuh Naqeela tersungkur ke lantai tatkala tubuhnya di dorong paksa oleh Wulan, masuk kedalam kamar. Kamar yang berada di bagian dapur menjadi tempat tidur Naqeela, lebih tepatnya kamar itu tempat pelayanan sebelumnya. Tubuh Naqeela terbentur ujung kursi, ia merasakan sakit di tubuh bagian pundaknya.
"Aw."
"Ini akan menjadi tempat kamu tinggal dan selama saya tidak meminta kamu melakukan sesuatu, kamu tidak boleh bertidak!" kata Wulan berdiri di hadapan Naqeela. Saat Narendra membawanya ke rumah dan meninggalkan Naqeela begitu saja pergi entah kemana, Wulan menyeret Naqeela ke belakang.
"Tapi aku kan sudah menikah dengan Narendra, kenapa aku di tempatkan disini." Meski Naqeela sadar kalau Narendra terpaksa, ia tetaplah seorang istri yang ia pikir akan tidur di kamar Narendra meski di lantai, namun rupanya pikiran dia salah.
Grep.
Tangan Wulan mencengkram kuat rahang Naqeela sampai membuat bibir gadis itu maju kedepan. Rasa sakit pun ia rasakan ketika cengkraman itu semakin kuat saja.
"Kamu bermimpi jadi istri yang sesungguhnya? Jangan harap! Sampai kapanpun saya tidak sudi menjadikan kamu menantu saya. Kamu pikir anak saya serius ingin menjadikan kamu istri? Jangan mimpi! Kalau bukan karena kematian calon menantu saya, kamu tidak akan dinikahi Narendra. Kehadiranmu tidak diinginkan, baik oleh saya ataupun oleh Narendra!" sentak Wulan sambil mendorong pipi Naqeela, tatapan matanya pun begitu beringas bak harimau mencari mangsa. Bukan hanya itu, Wulan juga menarik rambut Naqeela ke belakang.
"Aw, sakit." Kedua tangan Naqeela sontak memegangi tangan Wulan yang ada di rambutnya.
"Sakit? Kamu bilang sakit? Sakitan mana ketika anak saya harus melihat calon istrinya mati? dan itu karena ulahmu?! Ini tidak sakit dibandingkan dia yang sudah kamu bunuh!"
"Tapi itu bukan ulahku. Berapa kali aku bilang bukan ulahku, aku hanya lewat berusaha menyelamatkan dia dari para perampok," balas Naqeela meringis sakit menahan tangan mertuanya yang semakin kasar menarik rambutnya. Buliran bening pun seketika menetes dari mata saking sakitnya menahan sakit.
"Halah, mana ada maling ngaku." Wulan pun melepaskan jambakkannya seraya mendorong tubuh Naqeela.
Gadis malang itu terisak kencang, ia merasakan sakit yang luar biasa. Bukan hanya sakit hati, tapi fisiknya pun merasakan sakit dari perlakuan seperti ini.
"Diam! Tangisanmu membuat saya pusing, tangisan mu tidak akan membuat tunangan anak saya hidup kembali, sialan! Dan saya tidak akan membiarkan kamu menjadi nyonya di rumah ini!"
Wulan berdiri tegak, kedua tangannya berada di pinggang.
"Bangun!"
Belum ada pergerakan dari Naqeela, gadis itu hanya menunduk terisak-isak.
"Saya bilang bangun! Kamu tuli, hah?!"
Lalu Naqeela pun seketika bangun meski tubuhnya lelah dan juga sakit di beberapa tempat.
"Sekarang saya minta kamu bereskan semua rumah ini sampai bersih dan sampai tidak ada debu tertinggal. Cepetan!" Bentakan itu menggema membuat Naqeela terkejut.
"Ba-baik."
*******
Sementara di lain tempat.
"Hari ini hari pernikahan kamu, harusnya berada di rumah," kata Pak Miko seraya mengemudikan kendaraan menuju bandara.
"Saya belum bisa menerima pernikahan ini, Pak. Saya juga sudah janji adakan pertemuan dengan dokter yang menangani kaki saya di Bali untuk memastikan kembali keadaan kaki saya sudah sembuh total atau belum."
Kenapa di Bali? Karena dia merahasiakan perihal masa pemulihannya dari semua orang. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu, tujuannya hanya ingin tahu orang-orang di dekatnya tulus atau tidak.
Pak Miko tak bisa berkata-kata lagi, ini sudah keputusan atasannya jadi dia hanya bisa mendukung penuh Narendra.
"Soal Naqeela .."
"Saya tahu dia akan bertahan di rumah itu. Saya pastikan mama ataupun yang lain tidak akan terlalu jauh dalam bersikap."
Jawaban Narendra sejujurnya tidaklah yakin, ia tahu mamanya tidak menyetujui pernikahan ini namun ia juga tidak bisa berada di sana sebab lebih dulu membuat janji sekaligus ingin mengecek hotel yang ia kelola di Bali.
Pandangannya memperhatikan jalanan, menerawang dalam lamunan mengenai nasib pernikahannya.
'Aku tidak tahu bagaimana kedepannya, akankah menemukan bahagia atau terus hidup dalam kehampaan dengan hati terasa ada sebagian hidup yang hilang.'
*******
Di saat Naqeela sedang berusaha membersihkan ruang tengah sesuai Perintah Wulan, wajahnya masih sedih atas segala macam kejadian yang menimpa dia.
"Kenapa ini terjadi padaku sih? Gak boleh, kamu gak boleh ngeluh Naqeela, kamu harus kuat, ok, aku kuat, aku bisa lewati ini semua," ucap Naqeela dalam hati menyemangati dirinya sendiri. Namun seketika tiba-tiba ada orang yang mengguyur dia menggunakan air dalam ember dari belakangnya.
Byurr.
"Akhh!" Gadis itu memekik kaget, tubuhnya basah oleh air bekas pel tadi.
"Kamu jangan pernah merasa bangga karena sudah menikah dengan anak saya. Ini tidak mudah dan kamu harus menderita sampai kamu menyerah dan enyah dari sini!" Dia Wulan.
Melihat Naqeela berada sendirian, kemarahan Wulan datang lagi dan ingin memberikan pelajaran pada Naqeela, ia akan membuat gadis itu merasa tidak betah dan pergi dengan sendirinya dari rumah itu.
"Tante, ini air bekas pel."
"Saya tahu dan itu pantas buat kamu karena kamu kotor, saking kotornya tidak pantas bersanding dengan anak saya." Lalu Wulan mencengkram rahang Naqeela.
"Saya tidak akan pernah mau menjadikan kamu menantu, saya tidak suka sama wanita pelenyap nyawa seperti kamu. Ingat satu hal, jangan coba-coba merayu anak saya, jika kamu melakukan percobaan pendekatan terhadap anak saya, jangan salahkan saya menghabisi kamu." Lalu Wulan mendorong tubuh Naqeela sampai gadis itu terjengkang kebelakang dan bokong mendarat di lantai yang bertabur air kotor.
Inikah takdir yang harus Naqeela hadapi? Kenapa begitu berat dan kenapa tidak ada satupun dari mereka yang percaya kalau dia bukan pelakunya.
Naqeela mendongak, matanya sudah sembab akibat kebanyakan menangis. "Kenapa kalian tega melakukan ini padaku? Kenapa? Bukannya kalian ini orang kaya? Bukannya kalian ini banyak uang? Kenapa tidak kalian cari tahu kejadian yang sesungguhnya! Bukan aku pelakunya!" Naqeela berteriak membela dirinya sendiri, namun sayang, tidak ada satupun dari mereka yang mau percaya.
"Berisik!"
Plak.
Wulan menampar pipinya Naqeela, gadis itu langsung menoleh ke samping saking kerasnya tamparan itu. Baru hari pertama di rumah itu rasanya seperti di neraka saja. Naqeela tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis.
"Kita tidak bodoh, kita tahu betul siapa yang salah dan bukti semuanya menjurus pada kamu! Kamu yang ada di tempat, hanya ada kamu disana dan itu artinya kamulah pelakunya!" Lalu Wulan berjongkok di hadapan Inara dan menjambak rambutnya. Ia kekeh dengan tuduhannya tanpa ingin mencari tahu kejadian sesungguhnya.
"Jangan coba-coba mengusik atau mengangkat cerita ini lagi, kalau tidak ... Kamu akan mati!"
Deg.