NovelToon NovelToon
Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:222
Nilai: 5
Nama Author: ewie_srt

zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga belas

["kamu nggak bisa begini zahra, kita harus bertemu"] suara ommar terdengar tidak terima, pria itu menolak keputusan zahra.

"maaf ommar, aku tak bisa bertemu denganmu. Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf"

["kita harus bertemu zahra, jelaskan apa alasan kamu menolak lamaranku"]

Zahra menggeleng frustasi, bagaimana bisa ia bertemu pria itu, saat hatinya mulai ragu begini.

"maafkan aku ommar.."

["aku sudah di depan zahra, keluarlah"] suara ommar terdengar mendesak.

"apa?, ini sudah hampir ashar" protes zahra, ia kaget melihat kenekadan pria itu, namun zahra tetap berdiri kebingungan mencari jilbabnya.

["bawa teman kamu itu, kita harus bicara"]

Zahra menghela nafasnya, jilbab yang sedang ia kenakan terlihat tak rapi, adiba yang baru masuk pun menatap keheranan padanya.

"kamu mau kemana?, buru-buru amat sampai nggak sadar jilbab kamu terbalik tuh"

"astaghfirullah.." zahra terduduk gugup, tangannya terlihat gemetaran merapikan jilbabnya.

"ommar menunggu di luar, adiba!, kumohon temani aku" tatapan memelas zahra membuat gadis tunisia itu menghembuskan nafasnya berat. Namun tak urung ia membatalkan niatnya yang hendak membuka hijab.

"ayolah...lebih cepat akan lebih baik raa, bertemu dengannya katakan kalau kamu nggak bisa menikah dengannya"

Zahra dan adiba berjalan menuju sebuah mobil yang mengedim 2 kali ke arah mereka, wajah gelisah zahra juga mempengaruhi adiba, gadis yang biasanya sangat santai itu, terlihat ikut gelisah. Matanya celingukan seakan takut ketahuan seseorang.

Pintu belakang di buka oleh supir yang keluar, supir setengah baya yang selalu menemani pangeran ommar. Zahra masuk setelah mengangguk sopan, sementara adiba langsung masuk dan duduk di depan, di sebelah supir.

Mobil itu berjalan tenang di jalanan yang mulai ramai, zahra yang duduk di belakang hanya diam. Ommar sepertinya tidak ingin bicara. Pria itu hanya menatap lurus jalanan, wajah tampannya yang menegang, zahra yakin pria itu pasti marah.

Laju mobil mulai melambat, entah apa yang pangeran ommar katakan, karena pria itu berbicara dengan bahasa arab pada supirnya, wajah adiba yang mengernyit, zahra yakin gadis tunisia itu mengerti.

Mobil itu memasuki pelataran perpustakaan yang pernah zahra kunjungi dengan ommar tempo hari, tanpa basa basi ommar keluar dari mobil dan memerintahkan zahra untuk mengikutinya.

"ikuti aku, jika kamu merasa tak aman, kamu boleh ajak temanmu sekalian" perintah itu terdengar tegas, zahra sangat yakin pria itu sangat marah padanya.

Zahra menoleh, menatap adiba. Tatapan kebingungan sebenarnya, adiba yang menyadari jika ommar sebenarnya ingin bicara 4 mata dengan zahra, hanya mengangguk menenangkan.

"pergilah, aku tunggu di lobby saja"

Zahra terlihat ragu, namun anggukan adiba membuatnya memberanikan diri. Dengan langkah panjang setengah berlari, ia mengikuti ommar yang sudah menunggunya di depan lift.

Terengah-engah zahra mengatur nafasnya yang memburu, ia terlihat megap-megap meraup oksigen sebanyaknya. Zahra merasa nafasnya turun naik berkejaran.

Ommar melirik kepadanya, ada sesungging senyuman di bibirnya. Mungkin pria itu merasa lucu melihat zahra yang menarik nafas dalam-dalam di sisinya.

"masuk.." perintah pria itu, meminta zahra masuk kedalam lift yang terbuka, dengan patuh zahra masuk, ia berdiri di belakang pria tampan itu, yang kali ini berpakaian sedikit sederhana.

Mata gadis itu memicing, mengamati pria di depannya. Ommar hanya mengenakan kemeja putih yang lengan bajunya di gulung sampai siku tangan, dasinya yang longgar tanpa mengenakan jas. Ya tuhan pria itu terlihat sangat seksi, zahra sampai berulangkali istighfar dan membuang pandangannya ke arah lain. Ada debar yang mendadak berdegub lebih kencang dari biasanya.

Mereka keluar dari lift, menuju ruangan vvip. Tak ada siapapun di sana, tapi zahra tak lagi terkejut. Ia sadar saat ini ia sedang berjalan dengan siapa.

Pria itu duduk dengan anggun dan wibawa di sofa tempat mereka pernah bicara sebelumnya. Zahra ikut duduk, walau ia terlihat sangat gelisah dan gugup.

"kenapa kamu mempermainkan aku zahra?" tanpa basa-basi, tanpa salam pembuka. Pertanyaan to the point itu, langsung membuat zahra tak mampu berkata-kata. Ia juga menyadari kelakuannya yang mengulur-ulur jawaban itu sedikit terlihat mempermainkan.

"maafkan aku.." jawab zahra yang menundukkan kepalanya, ia meremas jemarinya yang saling terkait.

"apakah sebegitu menyedihkannya diriku di matamu, sehingga kamu mempermainkan perasaanku?"

Zahra terhenyak, ia mendongakkan kepalanya. Mata indahnya menatap pria itu yang terlihat kecewa.

"bukan begitu maksudku.., ak—"

"aku pikir kamu wanita yang baik, ternyata kamu setega itu."

"ommar..,aku.." mata zahra terlihat merasa bersalah, rasa tak enak hati membuatnya terbata-bata.

"aku tidak pernah berniat mempermainkanmu sama sekali, aku hanya sempat ragu dengan tawaranmu"

"apa maksudmu?" ommar mengernyitkan keningnya heran.

"ragu?, apa maksudnya itu?"

Zahra mengangguk lesu, matanya menatap bola mata hazel yang terlihat penasaran kepadanya.

"aku tergoda akan tawaran yang kamu berikan, aku sempat berpikir ingin memilikimu seutuhnya tanpa berbagi dengan siapapun..ak—"

"tapi aku serius zahra, aku bersedia meninggalkan semuanya demi kamu" wajah ommar terlihat sangat berharap,

"jangankan meninggalkan kedua istriku, negara inipun aku sanggup tinggalkan..demi kamu"

"ohh..tidak" geleng zahra cepat,

"maafkan ucapanku itu, anggap saja kamu tak pernah mendengarkannya"

Mata hazel milik pria tampan itu mengernyit, kelihatan ia tersinggung.

"apakah kamu terbiasa mempermainkan perasaan pria, zahra?" suaranya berubah datar dan dingin, rahang pria itu menegang. Zahra kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, mata gadis itu mulai berembun.

"aku tidak begitu ommar.." gelengnya cepat, suaranya mulai terdengar parau dan bergetar.

"aku..aku..aku pikir aku juga menyukaimu, jadi aku sempat berpikir untuk menerima lamaranmu itu..."

Wajah ommar terkejut, wajah tampan itu terlihat berubah, senyum manisnya tiba-tiba terlihat mengembang di wajah tampan luar biasanya itu.

Barusan zahra mengakui perasaannya, apakah gadis itu sadar.

"tapi aku tidak bisa jadi istri ketiga untukmu, ommar. Maafkan aku"

"kan aku sudah bilang, zahra. Aku akan membuatmu menjadi satu-satunya istriku" suara lembut pria itu malah membuat air mata zahra tak lagi sanggup terbendung. Zahra menundukkan kepalanya, suara isakannya mulai terdengar pilu.

"kumohon ommar, jangan buat aku menjadi wanita egois. Tawaranmu sungguh membuat aku labil saat ini, kumohon ommar, kumohon.."

"aku juga memohon padamu zahra, tolong jangan tolak cintaku, aku benar-benar cinta padamu, aku ikhlas kalau aku harus meninggalkan semuanya demi kamu"

Zahra semakin terisak, tubuhnya sampai terguncang-guncang menahan tangisannya, suara lembut ommar yang memohon membuat hatinya terasa sangat sakit.

Gadis itu mengangkat wajahnya, menengadah menatap bola mata hazel kehijauan yang berkaca-kaca, air mata zahra semakin deras. Ia sungguh tak menduga, ommar. Pria itu juga menahan tangis,mata pria itu menatapnya sendu.

"apakah sesakit ini yang namanya cinta?" gumam zahra lirih,

"apakah aku benar-benar jatuh cinta pada pria ini"

"zahra kumohon, berikan aku 1 jawaban yang membuat kamu ragu menerimaku"

"aku..aku.., aku tidak mau menjadi perempuan yang merebutmu dari keluarga dan negaramu, aku juga tak bisa menjadi istri ke tiga untukmu, walau jujur aku menginginkannya.."

Mata pria itu menatap zahra tanpa berkedip, walau zahra menolaknya, entah mengapa hari ini hatinya bahagia. Gadis indonesia ini ternyata memiliki perasaan yang sama dengannya.

"zahra, mungkin kamu tidak yakin kalau aku mampu melakukan semua yang aku ucapkan. Aku akan buktikan padamu, setelahnya baru aku akan melamarmu kembali"

Zahra terkesiap, ucapan lembut ommar barusan terdengar bagai sebuah ultimatum yang tak terbantahkan. Buku kuduk reeva meremang, ada rasa takut tiba-tiba menyelusup ke dalam hatinya

"tunggu ommar! Apa maksudmu?"

"aku punya usaha dan rumah di amerika, menurutku kita bisa hidup di sana bermodalkan usaha itu. Kamu tunggu saja info dari aku. Aku akan mengundurkan diri dari kementrian terlebih dahulu, menyerahkan gelar dan hak warisku sebagai seorang pangeran, dan menceraikan latifa dan amira secepatnya"

Zahra terperangah tak percaya, matanya yang membelalak lebar, tanpa sadar ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"kamu gila ommar.." ujarnya tak percaya,menatap dengan matanya yang membelalak lebar pria yang tersenyum manis itu.

"ya, aku memang gila, gila karena kamu"

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!