NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 | Sekarung Makanan Kucing

Meski hujan deras, jalanan Kota Langsa di pagi itu tetap ramai, tapi kali ini kendaraan roda empat yang lebih mendominasi. Hanya beberapa sepeda motor yang tampak melintas cepat, dengan lapisan mantel yang melindungi tubuh si sepengendara.

Syukur Kota Langsa kecil. Walau hujan deras, masih bisa ditembus dengan mantel karena jarak antar tempat tujuan tak begitu jauh, terutama jarak menuju kantor mereka yang hanya menempuh waktu 5 menit saja.

Akhirnya mobil yang dikendarai Yuto berhenti di parkiran.

Yuki yang lebih dulu keluar dari mobil sambil membuka payung, lalu berjalan ke sisi Endah untuk membuka pintu. Mereka pun melangkah bersama menuju gedung kantor di bawah satu payung.

Sementara itu Fara masih duduk di dalam mobil. Jarinya mengelus-elus gantungi kunci bebeknya. Matanya melirik ke luar jendela, menyaksikan rintik hujan yang semakin deras membasahi aspal parkiran.

“*Seharusnya aku ambil payungku di dalam jok kereta*,” batinnya. Dan tepat ketika itu ia mendadak membelalak. “*Makanan kucing juga di jok*!”

Seketika ia merasa bersalah. Matanya sudah melihat ke sisi setiap jendela, ingin menemukan keberadaan Ingus dan Kutu, tapi kedua kucing kampung itu tidak terlihat.

Belum sempat menemukan dua kucing itu, pintu sampingnya sudah terbuka. Yuto berdiri di sana dengan payung yang sudah terbuka, air hujan mengalir di ujung payungnya, membentuk tirai transparan.

“Ayo,” tegur Yuto.

Fara mengangkat wajah, menemukan Yuto terseyum tipis padanya. Meski canggung, ia tetap harus keluar dari mobil itu.

Dengan gerakan kikuk, dia akhirnya melangkah keluar—langsung berdiri di samping Yuto, berlindung di bawah payung yang sama. Jarak mereka begitu dekat, saking dekatnya, kini Fara menyadari, dia bisa mencium aroma sabun Yuto yang segar bercampur bau hujan.

"*Wangi*..." pikirnya tanpa sadar, sebelum segera mengusir pikiran itu dengan mengerutkan hidungnya.

Dia menunduk dalam-dalam karena malu. Langkahnya kecil tapi cepat, berusaha menyamakan langkah lebar Yuto. Namun, meski menunduk, matanya tampak sibuk. Ia menoleh ke sana-sini, rasanya ingin meneriaki kedua nama kucingnya, tak sabar ingin melihat mereka.

Tapi, ia segan. Dia sedang bersama Yuto saat ini.

Yuto diam-diam memperhatikan Fara dari sudut mata. Senyum kecil mengembang di bibirnya melihat tingkah polos si Bebek Gendut itu. Dengan hati-hati, dia menggeser payung lebih ke arah Fara, tak peduli bahu dan lengannya yang semakin basah. Tapi setelah itu Yuto menyadari. Fara tampak gelisah.

“Kenapa?” tanyanya cepat. Suaranya menepis suara hujan yang sejak tadi mengisi pendengaran.

Fara tersentak pelan, lalu menoleh ke Yuto sekilas. Hanya sekilas sebelum kembali menunduk. “Gapapa, Pak.”

Suaranya kecil nyaris tertelan gemericik air.

Langkah Yuto mendadak terhenti, begitu pun Fara. Penasaran, Fara kembali mendongak. Ia mendapati Yuto menatapnya dengan raut datar, tak ada senyuman.

“Kenapa masih panggil, Pak? Abang cuma 4 tahun lebih tua, Fara…” kata Yuto lembut.

“Tapi, ini kan di kantor…” balasnya takut-takut.

“Cuma ada kita berdua di sini.”

“Tapi, kan nggak ada salahnya panggil, Pak. Biar terbiasa.”

Yuto ingin membantah lagi. Ingin bilang "*Tapi abang lebih suka kamu panggil 'Bang*'."

Tapi lidahnya terasa berat. Fara ada benarnya juga. Di kantor, mereka bukan lagi sekedar Yuto dan Fara yang dulu pernah main bareng. Sekarang ada jabatan, ada aturan tak tertulis, ada tatapan orang lain yang akan mengintai.

"Ya udah," akhirnya dia mengalah, suaranya tertelan rintik hujan. “Ayo.” Dan mereka kembali melangkah.

Fara menghembuskan napas pelan, tak tahu mengapa, barusan ia merasa gugup. Padahal pembahasan mereka hanya mengenai ‘Pak’.

Setiba di teras gedung, saat melihat Yuto hendak melipat payung, Fara buru-buru berkata, “Pak, boleh pinjam payungnya bentar?”

Yuto mengernyit. “Mau ke mana?”

“Sebentar aja, Pak…” suara Fara memelas.

“Abang tanya mau ke mana?”

“Ke parkiran kereta.”

“Ngapain?”

“Lihat kucing.”

Berhembus lagi napas Yuto. Sebetulnya ia ingin tersenyum, karena ekspresi wajah Fara tampak menggemaskan kali, tapi Yuto menahan senyumnya. Ia masih marah, masih kecewa, karena Fara memilih tetap memanggilnya ‘Pak’ sekalipun hanya ada mereka berdua di sana.

Yuto berikan payung itu, yang segera diraih Fara. Lalu, tampak tergesa-gesa, Fara sudah membuka payungnya dan segera melangkah cepat menuju parkiran motor.

“Jangan lari-lari,” kata Yuto, tapi tak didengar lagi, karena Fara sudah memanggil kucing-kucingnya.

“Ingus… Kutu…”

Yuto tetap berdiri di teras, tangan berada di dalam saku celana, menyaksikan Fara yang mondar-mandir di parkiran motor dengan payung miliknya yang terkembang, padahal sudah ada atap di sana.

"Ingus… Kutu…" panggil Fara lagi.

Langkahnya pelan, matanya tajam, melihat ke setiap sudut parkiran—kolong motor, bahkan di atas pot tanaman—seperti ibu yang mencari anaknya yang hilang.

Lalu, tiba-tiba…

Dua bayangan kecil muncul dari teras samping gedung, meluncur cepat seperti peluru berbulu. Itu Ingus dan Kutu! Ekornya mereka tegak, telinga mendongak, lari penuh semangat menuju Fara yang langsung berjongkok menyambut kedatangan mereka.

Senyum Fara mengembang, lebih terang dari cahaya lampu parkiran yang masih menyala.

"Kalian dari mana aja?" tanyanya sambil meletakkan paying di lantai. Setelah itu tangannya yang mungil dengan lembut mengelus kepala Ingus yang langsung mendengkur puas, sementara Kutu menggosok-gosokkan badannya ke kaki Fara.

Tapi tiba-tiba saja…

Senyum Fara memudar. Wajahnya berubah cemberut saat menyadari ia lupa membawa makanan mereka. Tongkol yang ia janjikan juga sudah dimasak mamanya. "Maaf ya… Kakak lupa bawa makanan kalian.” Suaranya kecil, sedih, merasa bersalah.

Yuto yang dari tadi diam memperhatikan, masih saja berdiri di sana mengamatinya. Dia melihat Fara membuka ransel kuningnya, mengeluarkan kotak makan berwarna kuning pastel, lalu dengan hati-hati mengambil dua potong bakwan yang masih hangat.

"Pagi ini makan bakwan aja, ya…" Fara meletakkan bakwan di lantai semen. Jari-jarinya yang montok menyentuh kepala kedua kucing itu sekali lagi sebelum berdiri. Matanya masih tertuju pada Ingus dan Kutu yang langsung melahap bakwan dengan raungan kecil. “Seharusnya kalian nggak boleh makan bakwan…” gumamnya kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri. “Semoga nanti kakak-kakak yang lain kasih kalian makan, ya… Soalnya duit Fara tinggal dikit. Cuma cukup untuk isi minyak kereta seminggu ke depan.”

Yuto tak bisa menahan senyum lagi. Perkataan Fara yang dapat ia dengar samar-samar, baginya malah terdengar lucu.

"Dasar Bebek Gendut…" ucapnya pelan. Marah dan kecewanya tadi perlahan mencair. Bagaimana bisa tetap kesal, kalau di depannya ada seseorang yang begitu tulus, bahkan pada kucing liar sekalipun?

Tak lagi berdiri di sana, Yuto akhirnya melangkah masuk ke dalam gedung.

Langkahnya tenang, dengan senyum tipis yang kembali muncul, bahkan sesekali tertawa kecil begitu mengingat perkataan Fara tadi.

Bukannya melangkah menuju ruang tim ekspor, Yuto malah tampak melangkah ke ruang kepala cabang, di mana Omnya berada. Begitu pintu terbuka, masih berdiri di ambang pintu, Yuto langsung berkata dengan pandangan lurus ke wajah Yuki yang saat itu juga sudah menoleh padanya.

“Om,” sapanya singkat.

Yuki mengangkat alis, meletakkan berkas di tangannya. “Ada apa?”

Masih berdiri di ambang pintu, Yuto melanjutkan, “Kantor kita ada dana sosial, kan?"

Yuki menyandarkan punggung ke kursi. “Ada. Kenapa?”

“Kenapa nggak pakai sedikit aja buat nyetok makanan kucing di parkiran?”

Yuki menatapnya, tampak ragu apakah ia mendengar dengan benar. “Makanan kucing?”

“Iya. Maksud Yuto... kita punya dua ‘pegawai nggak tetap’ di parkiran. Kerjaannya jagain kereta dan nyambut orang. Tapi kalau hujan kayak gini, mereka kedinginan, kelaparan, kasihan juga.”

Yuki menghela napas pelan, tapi senyum kecil muncul di wajahnya. Ia tahu, permintaan ponakannya ini pasti karena Fara.

Yuki tertawa kecil. “Yaudah, boleh. Nanti Om bilang sama bagian umum, biar mereka beli satu karung makanan kucing.”

Yuto mengangguk puas. “Makasih, Om.”

Sebelum keluar, ia sempat menoleh lagi dan menambahkan, “Oh ya, jangan bilang ini idenya Yuto, ya. Bilang aja perusahaan mulai peduli hewan.”

Yuki tertawa makin keras. “Iya, iya.”

Yuto pun melangkah keluar, masih dengan senyum tipis dan bayangan Fara di benaknya. “*Dia pasti bakal senang kali*,” batinnya.

.

.

.

.

.

Continued...

1
Ayu retonisa
yuto kalau belanja tiap minggu pasti di protes nek hani dan ruka /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Umi Jasmine
bukan sedang tpi lgi endut, spti saya byk yg mengira hamil
Hyull: /Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
total 1 replies
titissusilo
kode alam....istri alias otw istri ye kn fara
Tita Rosmiati
gitu amat yh orang tua nya Fara bikin emosi ,,,,duh modus terus nih Abang yuto 🤭🤭
Kirey Ruby
Yaah..10 org model kek Yuto,para pedagang bisa naik haji bbrp kali ini sih,faktor kasihan ama penjual,pembeli kek Fara lah yg rugi kali,secara uangnya pas2an /Grin//Grin/
EsTehPanas SENJA
hangat pasti dadamu 😌 bahagia pasti ya kaaaan ! 😁
EsTehPanas SENJA
kan orangnya yang ngomong sendiri far ....😅😭 dia bilang sendiri kan! ahh gemes aku sama si gendut ini 😭
magdalenad dewi simarmata
kenapa la Mak sama bapak Fara ngk perhatikan si Fara, aneh kalii
titissusilo
boleh gak Thor scene ortu nya Fara dkit aja,jd esmoni trs soal nya,prnh di posisi itu soal nya,perlakuan gak adil tuh membekas,gtu pun sampai Fara nikah msih di rongrong....klu Yuto gak tegas bsa jd keset....kmrn nenek Hani kurang garang ancaman nya
titissusilo: cman ntu yg msih minjem2 itu loh Thor yg bkin gedeg gmn pun anak klu sdh kluarga sndri udah gak jaman rongrong bgtu memang hrs di tegesin lagi
Hyull: Kalau udah nikah, Yuto bakal bawa Fara keluar dari rumah itu kok...
total 2 replies
Umi Jasmine
klu ke pasar sama bang yuto brtul fara bisa rugi, semua karena kasihan bang....
~ Dyan Ramanda ~
modusnya abang yuto boleh juga.. 🤭🤭🤭
Kirey Ruby: pasti Sora nih gurunya kak /Facepalm/
Hyull: Pasti ada yang ajarkan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Ikha Mangil
Yuto semangat buat luluhkan hati Fara🤗😌🥰
Ayu retonisa
🥰
Umi Jasmine
fara kelihatan org nya tenang damai dan penyabar
Hyull: Sama kayak Yuto /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Ikha Mangil
katakan cinta ala si Yuto,,😁
EsTehPanas SENJA
wakakaak salah tingkah dia 🤣🤣🤣
Tita Rosmiati
Fara masih ragu takut di bully dia
Kirey Ruby
Pasti akan ada pertanyaan dlm diri Fara,knp Fara..? krn semua org memandang sebelah mata ke Fara,Fara yg dikatain gendut dll tp itu semua adl ciptaan Allah,siapa yg mau minta dilahirkan dg tubuh gendut,pipi tembam,pasti kalo boleh minta dikasihnya tubuh yg sempurna,jarang banget ada cowo spt Yuto,makasih Yuto krn sdh mau menikahi Fara agar terbebas dr keluarganya yg toxic 🤗🤗😘😘
mak² rempong
so sweet🥰🥰🥰🥰🥰
mak² rempong
AQ juga suka sama Abang Yuto😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!