Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.
Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.
Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.
Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.
Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.
Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Izhar yang sudah siap dengan setelan jas hitam dan pecinya berdiri di depan cermin rias, menatap penampilannya sendiri yang sudah sangat keren.
"Ya Allah... Apa yang akan aku lakukan hari ini, semoga bisa menjadi ikhtiar terakhirku untuk membangun sebuah mahligai rumah tangga dan menyempurnakan ibadahku. Semoga siapapun calon istriku yang akan menjadi pengganti itu, dapat menjadi sosok istri yang baik dan menyayangi keluargaku. Aku mohon, tolong berikanlah kebahagiaan dan keberkahan untuk kami. Aamiiin..." Izhar berdo'a dengan sungguh-sungguh, berharap apa yang akan di jalaninya saat ini akan berjalan lancar.
Izhar mengambil ponselnya, membuka riwayat chat dengan Ratih tadi malam sebelum lost contact dengannya.
'Sayang, aku minta uang dong.'
'Sekitar 20 juta aja, aku mau pesan hotel dan tempat yang bagus buat honeymoon kita, kebetulan temanku punya banyak rekomendasi.'
'Makasih sayangku, kita tunggu sampai kita sah dan kita bisa menikmati malam indah di tempat itu, love you sayangku.'
Itulah bunyi pesan dari Ratih terakhir kali, setelah Izhar mentransfer nya uang, Ratih tidak pernah mau menerima telepon dari Izhar lagi, bahkan sebelum subuh telepon dari Izhar tak pernah dapat jawaban. Dan hari ini, nomor telepon Izhar di blokir olehnya, sehingga Izhar tidak memiliki akses untuk menghubungi lagi, untuk menanyakan keberadaan Ratih.
Izhar terlalu percaya padanya, rasa cinta dan sayangnya terlalu besar, hingga terkadang melupakan akal sehatnya ketika Ratih meminta banyak hal padanya.
Bukan hanya telah di kecewakan oleh Ratih, tetapi materi adalah hal yang paling besar yang telah dikeluarkan oleh Izhar padanya.
Izhar tidak ragu sama sekali untuk menikah hari ini, walaupun calon istrinya di ganti, Izhar dengan ikhlas akan menerima wanita seperti apapun yang akan dinikahinya, yang terpenting dia baik dan dapat menjadi istri yang penurut juga sayang kepada dirinya dan keluarganya.
Izhar menghapus semua kenangan dengan Ratih, baik itu riwayat obrolan, telepon, bahkan semua foto bersama wanita itu dihapusnya tanpa sisa. Izhar sudah terlanjur sakit hati dan kecewa, tak mau lagi untuk berhubungan dan melihat semua tentang Ratih.
Sebenarnya, Izhar bisa saja melaporkan Ratih kepada polisi atas tuduhan penipuan dan polisi dapat mencarinya dengan mudah, lalu menjebloskan Ratih ke dalam penjara. Namun, Izhar mengingat kedua orang tua Ratih yang sudah sepuh, ia tak mau menambah beban pikiran kepada mereka, Izhar terlalu kasihan, jiwa hormat terhadap orang tua selalu menguasai dirinya. Apalagi jika harus menuntut ganti rugi, Izhar tahu keluarga Ratih tidak akan mampu menggantinya, karena mereka adalah keluarga yang sederhana.
Izhar memasukkan ponselnya ke dalam kantong kemeja, membenarkan penampilannya dan berusaha tersenyum, "Bismillahirrahmanirrahim," ucapnya, dengan penuh keyakinan Izhar keluar dari kamarnya.
Keluarga Izhar sudah menunggu diluar, orang tuanya juga telah siap dengan membawakan hantaran mas kawin untuk sang calon menantu.
Bu Tara menghampiri Izhar.
"Kamu sangat tampan dan gagah, Ibu bahagia melihat kamu akan menikah, Nak. Ibu berharap kamu akan bahagia selalu, menjalani sebuah mahligai pernikahan yang dipenuhi dengan kebahagiaan," tutur Bu Tara dengan mata berkaca-kaca.
Wanita itu begitu bahagia melihat putra sulungnya akan menikah, penantian panjang untuk mempunya menantu akhirnya akan segera terlaksana walaupun ada drama yang sempat terjadi, orang tua mana yang tak bahagia?
"Do'akan saya selalu ya, Bu. Do'akan agar siapapun wanita yang jadi istri saya, dia bisa menjadi istri dan menantu yang baik," pinta Izhar.
Bu Tara menitikan air mata, lalu memeluk putranya.
"Ya, Ibu ikhlas siapapun yang akan menjadi istri kamu, Ibu akan menerimanya dengan baik, insyaallah jika niat kamu baik, maka Allah akan mempermudah dan memberikan kebaikan untukmu," jawab Bu Tara bijak.
Izhar memeluk Ibunya, suasana sebelum pergi pun menjadi haru, keluarga Izhar yang sudah tahu akan kronologi digantinya calon pengantin Izhar sangat sedih melihat ibu dan anak itu berpelukan sambil menangis.
Mereka sangat mengerti, bagaimana perasaan Izhar yang sempat kembali akan gagal menikah, pasti sangatlah berat baginya.
Flashback...
Tadi subuh, suasana di rumah Izhar begitu hening dan tegang. Izhar mengumpulkan sanak saudaranya di ruang tamu untuk mengabarkan sesuatu yang penting.
Dengan tatapan yang serius, Izhar mulai berbicara, "Saya harus mengatakan sesuatu yang mungkin mengejutkan kalian semua," Izhar memulai.
Mereka semua menatapnya dengan rasa penasaran yang amat sangat.
Izhar menghela nafas dalam dan menghembusnya.
"Ratih, calon istri saya, melarikan diri." Lanjutnya, lalu menundukkan kepala.
Keluarga yang hadir di ruangan itu terkejut dan saling pandang. Bu Tara, ibu Izhar, tak mampu menahan air matanya. "Tidak mungkin... Anakku akan gagal menikah lagi untuk kedua kalinya," ujarnya sambil menangis.
Ayah Izhar langsung mendekati putranya.
"Apa ini lelucon, Iz?" tanya nya.
"Untuk apa saya bercanda, Pak? Saya serius, Ratih memang melarikan diri, dia tidak ditemukan dimana pun di rumahnya, bahkan semua orang membantu mencari dia," jawab Izhar.
"Kenapa bisa? Apa kamu bertengkar dengannya sehingga dia melarikan diri dan tak mau menikah dengan kamu?"
"Demi Allah, saya gak bertengkar atau ribut masalah apapun dengan dia semalam, Pak. Hubungan kami baik-baik saja, bahkan semalam kami sempat chatting dan semuanya baik-baik saja. Itulah yang membuat saya bingung, kenapa Ratih melarikan diri, saya gak tahu kesalahan saya dimana!" Izhar berani bersumpah bahwa dia dan Ratih tak ada konflik sebelum kejadian.
"Ya Allah... Cobaan apa lagi ini? Kenapa nasibmu selalu seperti ini setiap kamu ingin menikah? Apakah kamu tidak terlalu baik untuk wanita? Kenapa kamu selalu di permainkan?!" Pak Ja'far menjadi sangat marah, ini untuk kedua kalinya Izhar di permainkan wanita.
Pak Ja'far mengusap kasar wajahnya dan terus beristighfar, menenangkan hatinya agar tak berucap kata-kata yang buruk.
Bu Tara masih menangis, Raisa dan Isyana memeluknya, mencoba untuk menenangkan.
"Bagaimana jadinya jika pernikahan ini gagal lagi?
Bagaimana dengan nama baik keluarga kita, Iz? Kenapa kamu selalu memilih wanita yang salah?!" Pak Ja'far murka, menyalahkan Izhar karena selalu memilih wanita yang tak tepat untuk dijadikan istri.
Izhar mencoba untuk tetap tegar di depan keluarganya. "Pernikahan tetap akan berlangsung, tapi dengan pengantin pengganti. Saya belum tahu siapa yang akan menggantikan Ratih, tapi saya akan mencari cara agar acara ini tetap berjalan sesuai rencana."
"Apa maksud kamu dengan pengantin pengganti?
Memangnya ini film? Jangan ngaco kamu!" Pak Ja'far merasa anaknya juga tengah mempermainkan dirinya.
"Saya akan tetap melangsungkan pernikahan, Pak.
Meski saya belum tahu siapa yang akan saya nikahi, tapi saya akan menerimanya dengan ikhlas, niat saya menikah adalah karena Allah, hanya untuk menyempurnakan ibadah saya selama ini," tutur Izhar tenang.
"Apa-apaan ini? Kamu akan menikahi wanita yang belum tentu akan sesuai dengan keinginan kamu? Kamu akan menikahi wanita yang bahkan wajahnya belum kamu lihat? Kamu tak beda jauh dengan membeli kucing dalam karung! Bapak tidak setuju!" Pak Ja'far menentang keinginan Izhar itu, tak setuju jika anaknya menikahi wanita yang belum pasti.
"Insyaallah saya akan menerimanya, Pak. Siapapun wanitanya saya akan tetap menikahinya, daripada saya gagal menikah lagi dan membuat malu nama keluarga besar kita untuk kedua kalinya."
"Jangan bodoh! Lebih baik kamu minta ganti rugi dari keluarga Ratih untuk mengganti semua yang kamu berikan padanya. Ratih sudah mempermainkan kamu, Bapak gak ikhlas dia memakan hasil jerih payah kamu!" Pak Ja'far terlihat amat sangat murka, sikap wibawanya hilang seketika.
"Pak, keluarga Ratih adalah keluarga yang sederhana, bagaimana mereka bisa mengganti rugi apa yang sudah saya berikan pada Ratih? Orang tua Ratih juga sudah tua, mereka tidak mungkin sanggup untuk bertanggung jawab atas kerugian saya, kasihan mereka, Pak. Saya yang meminta pengantin pengganti agar saya dapat melepaskan mereka dari tuntutan ganti rugi, bukan mereka yang menawarkan, saya gak mau membebani kedua orang tua Ratih." Izhar menjelaskan detail alasannya mau menikah dengan wanita yang belum diketahui.
"Baik, silahkan menikah, tapi jangan harap Bapak akan mau menghadiri pernikahan kamu dengannya. Bapak gak sudi memiliki menantu yang misterius!"
Izhar sedih mendengar jawaban Ayahnya yang sangat menantang dirinya itu, tetapi Izhar tetap pada pendiriannya, dia ingin tetap menikah, untuk menutup lembaran kelam nasib percintaannya.
Pak Ja'far berkacak pinggang dan terus beristighfar.
Izhar dengan perlahan bersimpuh di kaki Ayahnya, "Bapak, saya mohon berikan restu Bapak untuk langkah saya ini, saya ingin Bapak menjadi saksi utama pernikahan saya. Pak, saya tahu ini bertentangan dengan keinginan Bapak, tapi cobalah Bapak berpikir sejenak, pikirkan nasib keluarga Ratih yang harus menanggung resiko akibat perbuatan yang tidak mereka lakukan. Apa Bapak tega membiarkan mereka menderita dengan tuntutan kita? Bapak selalu mengajarkan saya untuk selalu menjadi manusia yang lapang dada dan pemaaf, juga mengikhlaskan setiap nasib buruk yang kita alami. Apa saya salah jika saya menerapkan ajaran Bapak dalam hidup saya?"
Pak Ja'far terdiam, apa yang dikatakan Izhar memang benar, semua itu adalah ajarannya, tak salah jika Izhar menerapkan ajarannya. Tetapi, Pak Ja'far sulit jika harus menerima bahwa putranya akan menikahi wanita pengganti yang belum diketahui rupa dan latarnya seperti apa, ia tak mau anaknya seolah membeli kucing dalam karung.
Izhar memeluk kaki Ayahnya, air matanya mulai luruh membasahi pipinya, suara isakan Izhar terdengar.
"Pak, saya mohon berikan restu pada saya, insyaallah ini akan jadi permintaan terakhir dari saya kepada Bapak, setelah ini saya janji tidak akan meminta apapun lagi dan saya akan mengatasi apapun yang terjadi setelah pernikahan saya. Tolong, Pak, saya mohon sekali, berikan saya restu dan jadilah saksi untuk pernikahan saya, saya mohon."
Izhar menangis tersedu sambil memeluk kaki Ayahnya, hal itu membuat semua orang iba padanya. Untuk pertama kalinya mereka melihat Izhar yang selalu cuek dan pendiam itu menangis, hal itu cukup mengejutkan untuk mereka.
Bu Tara pun tak tega melihat anaknya memohon seperti itu, sungguh Izhar tak mau pernikahannya gagal lagi.
Pak Ja'far tak kalah iba, hatinya tersentuh, sedih sekali melihat putranya sampai harus memohon seperti itu padanya.
Pak Ja'far menarik Izhar agar berdiri, lalu memeluknya, "Baiklah, Bapak akan merestui kamu dan akan jadi saksi nikah kamu, tapi berjanji pada Bapak, kamu harus benar-benar ikhlas menerima istri kamu itu dan jangan pernah mengeluh dengan apapun kekurangannya. Bapak gak mau kamu menikahi dia hanya untuk menutupi aib, Bapak ingin kamu menikah benar-benar dengan niat karena Allah. Dan ingat, apapun yang terjadi setelah pernikahan antara kamu dan dia, kamu harus bisa menyelesaikannya sendiri."
"Alhamdulillah, terima kasih, Pak. Saya berjanji akan berusaha menepati janji saya, terima kasih." Izhar semakin memeluk erat Ayahnya.
Bu Tara pun ikut memeluk sang putra, suasana menjadi sangat haru.
Sanak keluarga Izhar ikut menangis dan mereka juga mencoba memberikan dukungan dan semangat kepada Izhar, agar dia tetap kuat menghadapi cobaan ini.
Izhar berdiri tegak, menatap keluarganya dengan pandangan yang penuh harapan setelah menyeka air matanya. Meskipun hatinya hancur, dia yakin bahwa Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk melanjutkan apa yang telah dimulainya.
***
Rombongan mempelai pria sudah tiba di kediaman keluarga Ratih, iring-iringan mobil terhenti di depan pagar rumah sederhana yang telah di dekorasi seindah mungkin itu.
Mereka juga di sambut oleh suara petasan yang telah disiapkan sejak kemarin, suara petasan menggema di telinga setiap orang.
Keluarga Izhar membawa parcel di tangan masing-masing, Izhar di apit oleh Ibu dan Ayahnya.
Mereka di sambut hangat oleh keluarga Ratih, walaupun bukan Ratih lagi yang akan menjadi pengantinnya. Izhar tetap berusaha untuk tersenyum kepada mereka, karena baginya mereka tidak tahu menahu tentang masalah yang akan terjadi antara dirinya dan Ratih, Izhar tak pantas membenci mereka.
Rombongan mempelai pria memasuki halaman rumah yang tak begitu luas itu, sambutan demi sambutan diberikan kepada mereka. Izhar duduk di kursi berwarna putih dengan meja yang telah dihiasi dengan bunga-bunga khusus untuk akad nikah.
Jantung Izhar kembali berdebar, walaupun bukan menikahi wanita pujaannya, tetapi Izhar merasa jantungnya berdebar tak karuan. Pak Ja'far menepuk-nepuk pundak Izhar, memberikan semangat padanya.
Berbagai acara pembukaan dilakukan sebelum akad nikah, mulai dari pembacaan ayat suci hingga acara sambutan dari pihak keluarga mempelai wanita. Dalam hati Izhar menghafal kembali kalimat ijab qobul yang akan di ucapnya nanti agar tidak salah.
Sekitar 30 menit kemudian, acara pembukaan telah selesai, prosesi akad nikah akan segera di laksanakan.
Penghulu, saksi dan juga wali nikah sudah bersiap di tempatnya masing-masing.
Sebelum akad nikah dilakukan, terjadi obrolan antara Izhar dan pihak keluarga Ina di dalam rumah tanpa sepengetahuan penghulu. Dikarenakan calon mempelai yang diganti, maka data-data yang masuk ke KUA pun di anggap tidak sah. Karena Ina yang masih berusia 17 tahun dan belum memiliki KTP, otomatis pernikahan mereka akan ditolak oleh pihak KUA karena Izhar menikahi gadis dibawah umur.
Maka, terpaksa mereka harus mengubah usia Ina menjadi 19 tahun, agar pihak KUA mau menikahkan mereka.
Izhar cukup terkejut saat mengetahui bahwa calon istrinya adalah gadis berusia 17 tahun, dia tak menyangka akan menikahi gadis belia yang pastinya belum tahu apapun tentang rumah tangga. Izhar ingin menolak menikahi gadis seumuran dengan adiknya itu, tetapi kadung sanggup, dia tak mau menarik ucapannya lagi.
Setelah obrolan itu, mereka kembali ke tempat ijab semula, paman Ina mengatakan kepada penghulu untuk menikahkan keduanya secara agama dahulu, dengan alasan bahwa KTP Ina belum di cetak dan akan di antarkan ke KUA setelah jadi dan juga meresmikan pernikahan mereka secara hukum nantinya.
Meski cukup sulit meyakinkan penghulu, namun pada akhirnya penghulu pun percaya dan siap menikahkan keduanya.
Sementara itu, calon istri Izhar juga masih berada di kamar, sudah di dandani cantik dengan riasan yang tidak terlalu tebal.
Jantung Ina tak kalah berdebar daripada Izhar, Ina sangat gugup menghadapi momen dimana dirinya akan segera menjadi istri orang.
'ya Tuhan, mudah-mudahan calon suaminya Tante Ratih itu gak tua-tua banget, mudah-mudahan aja lumayan ganteng biar gue gak malu kalau bawa dia kemana-mana!' Ina membatin, berharap calon suaminya tidak setua yang dipikirkannya.
Walaupun Ina sudah mencoba untuk ikhlas dalam mengambil keputusan untuk menggantikan Tantenya, namun nyatanya dalam hati tetap terasa berat, karena ikhlas itu sulit baginya.
...***Bersambung***...