NovelToon NovelToon
Cinta Lelaki Sempurna

Cinta Lelaki Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Percintaan Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shina Yuzuki

Hidup dalam lingkaran kemiskinan, membuat Rea ingin bekerja setelah lulus SMA, semua itu dia lakukan demi keluarga.

Namun takdir berkata lain, Ayahnya sudah memutuskan masa depan Rea, sebagai istri dari seorang lelaki bernama Ryan.

Dia tidak bisa menolak dan menerima keinginan sang ayah.

Hanya saja, Rea tidak pasrah, dia bukan wanita lemah, selama belasan tahun berjuang dalam kesengsaraan, melatih mental yang kuat menahan setiap penghinaan para tetangga.

Sehingga dia akan berusaha membuat Ryan menyesal karena sudah menikah dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kacang goreng

Keesokan harinya.

Apa yang Ryan tunggu akhirnya datang juga.

Samroji dan Sukarti terkejut lantaran mereka yang baru saja membuka pintu, setelah mendengar suara tamu, mendapati rombongan mobil terparkir di halaman depan rumah.

Mulai dari mobil box jasa kurir pengantar barang, mobil pick up petugas pelayanan listrik negara, mobil inventaris perusahaan dan mobil pengangkut kuli bangunan beserta semua materialnya.

"Ada perlu apa ya pak ?, kok ramai-ramai datang ke rumah ku ?." Ragu-ragu pak Samroji bertanya.

"Apa benar pak Ryan ada disini ?."

"Oh Ryan... Tamunya mas Ryan rupanya." Samroji merasa lega.

Dia pikir kedatangan semua orang itu bertujuan untuk menggusur rumah Samroji lantaran menunggak pembayaran pajak bangunan.

Ryan baru saja keluar kamar yang dimana kini hanya menggunakan kaus tidur dan celana polkadot, segera datang menyambut suruhan dari ajudannya itu.

"Oh kau sudah datang, Joni." Ryan asal saja menyebut namanya, karena dia sendiri tidak kenal.

Joni (nama samaran) yang hanya menjabat sebagai sopir perusahaan tidak mengetahui seperti apa rupa Ryan selaku bos besar di tempatnya bekerja.

Meski kurang yakin ketika melihat penampilan seorang bos besar pemilik perusahaan hanya berpakaian polos dan celana polkadot, tentu Joni harus waspada kalau ternyata dia cuma berpura-pura .

"Apa kau membawa yang aku minta dari Hazel ?."

Setelah nama Hazel di sebutkan, Joni pun mulai percaya, karena dia mendapat mandat dari manager cabang, kalau direktur pusat bernama Hazel meminta mereka mengirim 'kacang goreng' sebagai hadiah pernikahan bos besar.

"Iya pak, aku mendapat perintah dari pak Hazel untuk membawakan pesanan kacang goreng kesukaan anda." Joni segera menyerahkan koper kepada Ryan.

"Kacang goreng ?." Sejenak Ryan bingung.... "Ah, iya kacang goreng, aku suka kacang goreng. Bagus-bagus, kau bekerja dengan sangat baik, sekarang boleh kembali, aku akan minta Hazel memberikan mu reward."

Ryan segera menyadari kalau kacang goreng itu tidak lebih sekedar kiasan, karena di dalam koper yang Joni bawa adalah tanggung jawab besar. Terkadang manusia selalu lupa diri setelah makan kacang goreng.

"Terimakasih pak..."

Samroji dan Sukarti masih bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi, mereka pun bertanya...."Apa itu Ryan ?."

"Oh ini pak, cuma kacang goreng." Jawab Ryan.

"Kacang goreng, kenapa kau beli kacang goreng sampai di antar mobil begitu." Bagi mereka itu jelas tidak biasa.

"Jangan salah pak, kacang goreng ini berbeda dari kacang-kacang biasanya, kacang goreng asli Jakarta." Perjelas Ryan.

"Memangnya seenak itu ?."

"Tentu saja pak, siapa pun, dari tua hingga muda, kecil apa lagi dewasa, mau janda bahkan duda, entah perjaka atau sudah lanjut usia, semua suka kacang goreng, benar begitu Joni ?."

"Aku lebih suka kacang rebus, pak." Joni (nama samaran) memberi jawaban.

"Kau itu bisa aja..." Balas Ryan.

Bu Sukarti penasaran, begitu pun dengan pak Samroji, mereka ingin tahu seberapa enak kacang goreng yang Ryan pesan.

"Ryan, jangan bicara di luar, ajak temanmu masuk nanti ibu buatkan teh sambil makan kacang goreng itu." Ucap Bu Sukarti.

Mendengar perintah ibu, Ryan pun kembali bertanya kepada Joni.

"Kau pasti memiliki pekerjaan lain, jadi kau tidak bisa lama-lama disini kan, Joni ?."

Joni tampak kecewa..."Tidak juga pak, jalanan ke desa ini susah, aku cukup lelah menyetir, jadi kalau boleh...."

Belum selesai bicara, tiba-tiba saja kaki Joni terasa sakit oleh injakan dari Ryan.

"Jangan begitu, bekerja adalah hal penting bagi umat manusia, kalau kau tidak bekerja, orang lain terkadang tidak mau menganggap mu sebagai manusia." Sindir Ryan.

"Iya pak, iya, aku mengerti, jadi maaf pak, Bu, aku harus kembali bekerja."

"Kalau begitu semangat bekerja Joni." Ucap Ryan dengan menutup pintu.

Ryan membawa koper berisi 'kacang goreng' ke dalam rumah, bersamaan itu, pak Samroji sudah menunggu penasaran, bagaimana tampilan kacang goreng yang biasa dimakan oleh orang kaya di Jakarta.

Ibu Sukarti pun datang dari dapur selagi membawa teh hangat untuk menemani cemilan kacang goreng.

"Hebat bukan main, kacang goreng orang kaya emang beda ya Bu, pake koper segala." Ujar pak Samroji penuh kekaguman.

"Iya pak, apa mungkin ini yang dinamakan kacang goreng kualitas premium seperti di TV." Lanjut Bu Sukarti sama-sama kagum.

Hingga saat Ryan membuka kunci kombinasi dari koper, mata pak Samroji dan Bu Sukarti terbuka lebar, mereka berdua tampak bingung sekaligus takjub, di dalam sana ada banyak lembaran kertas bergambar Soekarno di depan mata.

"Bu, ibu lihat itu .... Itu duit semua." Pak Samroji tidak bisa tenang.

"Benar pak, ibu juga lihat..."

"Pak, Bu, dengan ini orang-orang tidak akan memandang rendah keluarga bapak dan ibu lagi." Ucap Ryan merasa puas.

Keduanya tidak tahu harus berkata apa, mereka baru pertama kali melihat, meraba dan mencium aroma begitu banyak uang yang hampir mustahil terbayangkan seumur hidup.

"Ryan, dari mana semua uang ini, jangan bilang kau ngepet..."

"Mana mungkin Bu, aku bekerja keras dan uang ini adalah tabunganku." Ryan tentu tidak mau mereka berpikiran buruk.

"Masya Allah, lailahailallah, Allahuakbar..." Pak Samroji kehabisan kata-kata untuk bertanya.

Mendengar kehebohan ibu dan bapak dari ruang tamu, Rea akhirnya keluar kamar setelah semalaman penuh mengunci diri dan membuat Ryan harus tidur di luar.

"Kenapa bapak dan ibu berisik..."

"Rea kemari, dan lihat ini."

"Apa sih Bu. Kalau cuma ... Duit semua itu Bu ?." Rea tidak bisa melanjutkan perkataannya.

"Iya Rea, ini uang tabungan Ryan."

Setelah beberapa saat, suasana pun akhirnya sedikit lebih tenang dan Ryan ingin membicarakan tentang masalah ekonomi keluarga Samroji yang selama ini mereka tanggung.

"Pak, uang ini akan aku gunakan untuk membeli rumah baru. Aku juga akan melunasi semua hutang yang belum terbayarkan, beberapa disimpan sebagai tabungan dan sisanya akan aku belikan sawah, nanti bapak dan ibu bisa mengurusnya."

Itu menjadi rencana Ryan, dia tidak bisa menyerahkan semua uang yang mungkin akan berdampak buruk bagi kesehatan mental mereka. Sehingga cara paling efektif adalah menjadikannya sebagai aset.

Dengan mengolah sawah yang mereka miliki sendiri, tentu akan memberi kestabilan ekonomi secara menyeluruh dan pak Samroji juga tidak perlu bekerja di tempat orang lain.

"Bapak tidak bisa menerimanya ?." Ucap pak Samroji tersenyum lembut.

Ryan terkejut.. "Kenapa pak ?, apa bapak tidak senang ?."

"Senang, bapak senang sekali karena kau memikirkan nasib keluarga ini, tapi ...."

Erat genggaman tangan Samroji penuh rasa syukur, tapi di sisi lain juga dia merasa sedih dan juga malu, tentang hidupnya yang seperti tidak berguna hingga mengandalkan bantuan seorang menantu.

"Bapak dan ibu tidak apa-apa, simpanlah uang ini untuk mu sendiri Ryan... Kau dan Rea pasti membutuhkannya." Pak Samroji sudah memutuskan.

"Tapi pak...."

"Kalau begitu tanya ibu, kalau ibu mau, bapak tidak masalah." Ujar pak Samroji.

Ryan melirik ke Bu Sukarti setelah menyeruput teh..."Kalo bapak tidak mau, ya ibu juga tidak, ibu sendiri bingung harus bagaimana dengan semua uang itu."

Semakin Ryan bingung, ketika orang lain rela menjadi koruptor untuk hidup dalam kehinaan.

Dua orang yang selama hidupnya terjerat oleh lingkaran kesengsaraan, malah menolak uang di depan mata mereka.

"Paling tidak, biarkan aku merenovasi rumah ini, melunasi hutang dan membeli sawah agar ibu dan bapak tidak perlu bekerja dengan orang lain lagi, aku mohon."

"Kalau memang begitu, terimakasih, Ryan." Jawab ibu Sukarti tersenyum senang.

Melihat Ryan begitu memaksa, ibu Sukarti dan pak Samroji merasa diberkati oleh seorang menantu yang benar-benar mencintai keluarga mereka.

Satu hal yang masih mengganjal di hati pak Samroji...."Ngomong-ngomong, dimana kacang goreng nya ?."

1
partini
semakin mencurigakan hubungan majikan sama pelayan
Re
ya benar sekali, kita sedang membahas martabak
partini
lelaki waras ?
apa banyak misteri di antara mereka ber dua bukan cuma majikan ma pelayan ,,aihhh
partini
aku masih dan belum faham alurnya
ig.sayventoon: sebenarnya sederhana, cuma gadis desa menikah dengan orang kaya. gitu kak....
total 1 replies
partini
aihhhh pembantu body aduhai hot meleleh bosnya malah kalah jauh 🤦🤦🤦 perbaiki come on you can do it aihhhh lucu bos vs majikan tapi Banyak sih di dunia real majikan kikuk kikuk ma bosnya
Re
lanjut terus Thor, jangan sampai berhenti ya... karya mu paling di tunggu...
Re
Emang lucu n out the box, paling di tunggu nih karya author satu ini, cuma sayang aja karya-karya yang lain jadi terbengkalai....

mohon untuk up terus Thor...
ig.sayventoon
karya terbaik yang pernah aku tulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!