NovelToon NovelToon
Loka Pralaya: The Begining

Loka Pralaya: The Begining

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Dunia Lain / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Margiyono

Prita dihantui mimpi-mimpi samar tentang sosok misterius dan sosok asing bernama Tana' Bulan. Di tengah kesehariannya yang tenang di Loka Pralaya bersama sahabat-sahabatnya, Wulan dan Reida, serta bimbingan bijak dari Nyi Lirah, mimpi-mimpi itu terasa lebih dari sekadar bunga tidur.

Sebuah buku kuno berkulit, Bajareng Naso, menjadi kunci misteri ini. Ditulis oleh Antaboga, legenda di dalamnya menyimpan jejak masa lalu Prita yang hilang—ingatan yang terkubur akibat pengembaraannya melintasi berbagai dunia. Nyi Lirah yakin, memahami legenda Bajareng Naso adalah satu-satunya cara untuk memulihkan kepingan-kepingan memori Prita yang berserakan.

Namun, pencarian kebenaran ini tidaklah mudah.

Akankah Prita berhasil memecahkan misteri mimpinya dan memulihkan ingatannya yang hilang? Siapakah tamu tak diundang itu, dan apa hubungannya dengan rahasia yang dijaga oleh Luh Gandaru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bait Terakhir

Prita, nama baru yang diberikan Wulan kepada gadis tanpa nama itu rupanya adalah perintah atau inisiasi dari Nyi Lirah, namun Nyi Lirah sengaja menyembunyikan perannya dalam hal ini. Dia sudah mengetahui banyak hal tentang gadis yang sekarang diberi nama Prita itu. Firasat dan kedalaman pengetahuannya sebagai tetua Klan Lontara sudah tak dapat diragukan lagi, apalagi melihat usianya yang udah sepuh itu, beragam pengalaman dengan segala hal yang menyertainya pastilah sudah ia alami.

Kehadiran gadis itu – Prita, sudah tertulis dalam sebuah buku kuno yang bernama Fauni Bazano, walaupun tidak disebutkan secara eksplisit, namun bagi seorang tetua Klan dengan pengetahuan yang tinggi, hal itu akan bisa segera dikenali.

Fauni Bazano adalah sebuah kitab pusaka yang hanya dimiliki oleh tetua Klan Londata. Setiap tetua Klan Londata akan diberi sebuah kitab pusaka sebagai legalitas kepemimpinannya. Dan ini sudah berlaku turun temurun dari tetua Klan generasi pertama hingga masa kepemimpinan saat ini, yaitu Nyi Lirah. Kitab itu merupakan pemberian dari roh suci penjaga Klan Lontara yang bernama Tana’ Bulan.

Cukup lama Nyi Lirah memandangi kitab itu, seperti sudah mengetahui bahwa itu adalah saat-saat terakhir ia dapat memegang kitab itu. Lalu dibukanya kitab itu lembar demi lembar, dibacanya dengan suara lirih, dengan penuh penghayatan dan perenungan mendalam terhadap isi dan pesan yang tertulis di dalamnya.

Di saat itulah, saat suara Nyi Lirah mengalir pelan membaca tiap bait kalimat dari kitab itu, tiba-tiba muncullah cahaya dari dalamnya, warnanya seperti kabut putih, menyebar memenuhi ruang pribadinya. Kabut putih tipis itu menyelimuti seluruh ruang pribadi Nyi Lirah, hingga terbukalah sebuah portal cahaya dari dalamnya. Nyi Lirah tidak menghentikan bacaannya terhadap kitab kuno itu, bibirnya terus saja melantunkan tiap bait kalimat-kalimatnya, membiarkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ada sosok yang kemudian muncul di sana, semakin lama semakin terlihat jelas bahwa: dari dalam portal cahaya itu, seekor burung Caladryus putih muncul dan melayang memasuki ruang pribadi Nyi Lirah.

Burung caladryus putih itu, tiba-tiba menjelma menjadi sesosok wanita dengan rambut putih yang panjang berkilauan, jubahnya yang kuning keemasan semakin menambah kesan mistis dan anggun, di tangannya terdapat sebuah tongkat pendek dengan ujung berbentuk mata tombak berwarna biru berkilauan, sejenak sosok wanita itu diam di samping Nyi Lirah yang masih saja membaca kitab itu.

“Cukup Nyi Lirah.” Kata sosok wanita itu.

Mendengar namanya disebut, Nyi Lirah segera menghentikan bacaannya, kitab itu ditutupnya. Kemudian dengan sikap hormat, Nyi Lirah memberikan salam penghormatan dan membungkuk kepada wanita jelmaan burung Caladryus putih itu.

“Tana’ Bulan.” Panggil Nyi Lirah kepada wanita itu. “Terimakasih sudah berkenan memenuhi panggilanku.” Kata Nyi Lirah kemudian.

“Bukankah aku selalu memenuhi panggilanmu, Nyi Lirah?” kata wanita itu balik bertanya.

“Benar, Tana’ Bulan, engkau tidak pernah menyalahi janjimu, ataupun mengabaikan panggilanku.” Jawab Nyi Lirah kemudian.

“Dan, bait kalimat yang kau baca itu adalah bab terakhir dari kitabmu ini Nyi Lirah,” kata Tana’ Bulan seperti meminta perhatian penuh dari Nyi Lirah untuk mendengarkan penjelasan kalimat berikutnya.

“Aku sudah mengetahuinya, Tana’ Bulan. Dan aku sudah menyadarinya dengan sepenuh hatiku.” Jawab Nyi Lirah.

Kemudian, Tana’ Bulan seperti menirukan Nyi Lirah membaca bait kalimat dari kitab itu, suaranya begitu lembut dan tenang, Nyi Lirah mendengarkan sembari memejamkan matanya, meresapi setiap makna yang terkandung di dalam kalimat itu:

Di ujung malam, saat bintang memudar,

Kebenaran berbisik dalam sunyi tanpa pagar.

Janganlah kau cari cahaya di luar dirimu,

Sebab pelita abadi bersarang di hatimu yang murni dan syahdu.

Waktu bagai sungai, tak pernah kembali lagi,

Namun setiap tetesnya mengukir jejak yang abadi.

Jangan habiskan napasmu untuk mengejar bayang-bayang,

Sebab kebahagiaan sejati terletak pada langkahmu yang teguh dan terarah.

Dalam kesunyian, dunia berbicara dengan suara paling jelas,

Mendengarnya butuh hati lapang, bukan hanya telinga yang peka.

Tak semua yang tampak nyata adalah kebenaran,

Dan tak semua yang hilang adalah sesal atau duka.

Pada akhirnya, segala yang kau kejar akan sirna,

Hanya cinta dan kebijaksanaan yang tinggal abadi tanpa cela.

Jangan biarkan nafsu membakar hingga jadi debu,

Sebab hidup adalah perjalanan pulang ke asal

cahaya tanpa batas, damai tanpa ragu

Bait-bait kalimat itu begitu menyentuh perasaan Nyi Lirah, dengan tatapan penuh kepasrahan, ia memandang wajah Tana’ Bulan, kemudian memejamkan matanya, kedua telapak tangannya disatukan di depan dadanya, seperti posisi meditasi. Ia terus dalam posisi itu seperti sedang menunggu titah dari seorang raja, setidaknya begitulah yang ia lakukan sekarang di hadapan Tana’ Bulan: Roh Suci Pelindung Klan Lontara.

Tana’ Bulan mengangkat tongkatnya, dan gerakan lembut menyentuhkan ujung tongkatnya itu ke pundak Nyi Lirah, sinar biru memancar dari ujung tongkat itu, terus mengalir memasuki tubuh Nyi Lirah, cahaya itu meresap jauh ke dalam jantungnya dan menetap tinggal di sana. Begitulah cara Tana’ Bulan mengalirkan energinya kepada Nyi Lirah, dan cahaya biru itu menunjukkan bahwa energi yang diberikan kepada Nyi Lirah adalah kekuatan pamungkas sebagai tetua Klan Lontara, itu adalah energi kebijaksanaan dan pengetahuan tingkat tinggi. Dengan energi itu, Nyi Lirah mempunyai kemampuan menerawang masa depan, dan mampu mengetetahui setiap hikmah yang terkandung di dalam setiap peristiwa.

Setelah prosesi transformasi itu selesai, tubuh Tana’ Bulan perlahan-lahan kembali ke wujud semulanya sebagai burung Caladryus putih, terbang menuju portal cahaya dan kemudian menghilang. Suasana ruang pribadi itu kembali sunyi, seperti sedia kala. Sedangkan kitab yang tadi dibaca oleh Nyi Lirah itu ikut lenyap bersama lenyapnya Tana’ Bulan dari hadapannya.

Nyi Lirah menghela nafasnya dalam-dalam, dan masih dalam posisinya semula, tanpa bergeser sedikitpun. Ia melanjutkan meditasinya.

Sebagai tetua klan, Nyi Lirah mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Salah satunya adalah ia mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan Tana’ Bulan, sehingga dirinya selau terhubung dengan alam atas, membuatnya selalu merasa tenang dan terlindungi. Selalu mendapat petunjuk untuk setiap permasalahan yang tengah dihadapinya atau akan mendapatkan peringatan saat ia lalai atau akan melakukan perbuatan yang melanggar aturan.

Hilangnya kitab itu membawa pesan bahwa masa kepemimpinan Nyi Lirah sebagai tetua Klan Lontara akan segera berakhir, dan untuk selanjutnya kitab itu akan mencari penggantinya sendiri. Hal ini sudah disadari sepenuhnya oleh Nyi Lirah, oleh karenanya ia segera menyiapkan diri sebaik-baiknya  untuk masa-masa setelahnya, masa di mana jiwanya akan terangkat ke alam atas, sebuah alam sesudah kematian. Ia sudah tidak mempuyai ambisi terhadap urusan duniawi, segala tindakannya kini adalah hanya untuk menyeimbangkan keselarasan alam atas dan alam bawah, menjaga keharmonisan hubungan dunia Loka Pralaya dengan dunia lain yang ada di alam semesta ini.

Kemelut yang akan terjadi di Loka Pralaya sudah ia lihat melalui mata batinnya yang bersih, segala tipu daya dan makar sudah ia ketahui, namun semua itu tidaklah merisaukan hatinya, sebab ia yakin bahwa kebenaran, walaupun lambat, pasti akan menemukan tempatnya kembali.

1
liynne~
semangat, and done ya/Chuckle/
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Prita? Nama yang indah/Drool/
Margiyono: he.he.. trmksh kak.. padahal aslinya itu polypropilen.. loka pralaya itu asli ada di dunia nyata.. cuma seting karakter dan tokohnya saja.. alurnya sama dg yg di dunia nyata
total 1 replies
Andressa Maximillian
plis
Andressa Maximillian
menurutku ceritanya bagus, dunia yang dibangun penuh misteri dan kejutan
Margiyono: terimakasih
total 1 replies
Andressa Maximillian
wah.. seru nih. ditunggu kelanjutannya
Margiyono
siap, terimaksih...
Margiyono
oke
Andressa Maximillian
lanjut
Andressa Maximillian: semangat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!