Loka Pralaya: The Begining
Di sebuah Dunia yang bernama Loka Pralaya....
Pantai Sambutara, hari Simin kedua puluh, siklus Damamimer tahun 5152
Langit pantai yang semula tenang, senja itu nampak diliputi awan tebal berwarna hitam.
Dan tiba-tiba muncullah sebuah retakan bercahaya di angkasa, mengoyak ketenangannya, memancarkan energi yang begitu kuat hingga memekakkan telinga, suaranya menggelegar membelah angkasa ...
“ZHOOOOOMMM .... BHOOOM!......”
Terdengar suara dentuman beberapa kali.
Retakan itu melebar dengan cepat, membentuk sebuah portal—pusaran cahaya keperakan yang berdenyut-denyut, seolah jantung raksasa yang baru saja terbangun. Itulah Portal Marsamba, sebuah fenomena alam yang terjadi di dunia Loka Pralaya. Sebuah gerbang masuk antar dunia, yang menghubungkan Loka Pralaya dengan dunia yang lain.
Dari dalam pusaran itu, rentetan cahaya meluncur deras menuju bumi, meninggalkan jejak pijar yang membakar retina.
Cahaya-cahaya itu menghantam permukaan laut di dekat pantai dengan ledakan kecil yang memecah ketenangan senja diselingi teriakan-teriakan kesakitan yang mengiringinya.
“Aaaaaaaghh! ....”
Dan “bruk, bruuukkk!....”
Terdengar beberapa benturan keras menghantam bumi, membuat batu-batu yang ada di sekitar pantai berserakan berhamburan terkena hantamannya.
Beberapa sosok yang terlempar mendarat lebih jauh ke daratan, di antara bebatuan dan pasir.
Beberapa yang lain terlempar jauh entah ke mana. Namun saat sesuatu yang terlempar dari portal itu menyentuh bumi, teriakannya sudah sirna, hanya suara dentuman keras dari hantaman energi besar yang berasal dari portal itu.
Setelah memuntahkan isi perutnya, portal itu perlahan itu menutup kembali lenyap, menyisakan keheningan senja di pantai, dan langit yang mulai malam.
Sesosok manusia nampak tergeletak di pantai itu. Di sela bebatuan yang menutupi sebagian besar pantainya, terdampar tak berdaya - seorang gadis.
Gadis itu adalah Prita....
Lama sekali Prita tergeletak tak berdaya di pantai itu, hingga matahari benar-benar tenggelam di ufuk barat.
Dan malampun perlahan mulai merayapi langit, ...
Namun di tengah kegelapan, di atas pohon kelapa yang tinggi menjulang itu ....
Bertengger seekor burung Caladryus putih, seekor burung seukuran burung dara, bulu-bulunya putih berkilauan, ekornya panjang seperti ekor burung cendrawasih.
Burung Caladryus putih itu adalah jelmaan Tana’ Bulan, roh suci pelindung Loka Pralaya
Burung itu memandangi Prita...
Memperhatikan tubuh Prita yang tak bergerak sama sekali. Nampaknya ia masih menunggu momen yang tepat untuk bertindak.
Dan setelah semuanya kembali hening, burung itu meluncur ke bumi, melayang menghampiri tubuh yang pingsan itu. Dengan gerakannya yang cepat dan anggun, burung itu mendarat persis di sebelah tubuh Prita.
Dengan gerakan yang indah, burung itu melebarkan kedua sayapnya. Tak lama kemudian partikel cahaya kuning keemasan muncul di sekitar tubuh burung itu, cahayanya redup namun cukup jelas.
Dari kedua rentangan sayapnya itu, muncullah beberapa partikel cahaya lain yang berputar mengelilinginya. Dan sesaat kemudian rentangan sayap itu perlahan berubah menjadi sepasang lengan manusia, begitu juga dengan tubuhnya.
Perlahan terlihat sesosok wanita cantik berambut panjang keemasan, muncul bersamaan dengan hilangnya burung Caladyus tadi. Di tangannya tergenggam sebuah tongkat kecil berwarna biru berkilauan. Ujungnya seperti tombak yang terbuat dari logam bercahaya.
Dialah Tana' Bulan...
Dengan gerakan anggun, Tana' Bulan lebih mendekat lagi ke tubuh Prita, menatapnya - seperti ingin memastikan bahwa Prita masih hidup – ia menunduk, memegang dada Prita, memastikan ada denyut nafas yang bergerak.
Ia membersihkan butiran-butiran pasir yang mengotori gaun gadis itu, dengan mengibaskan tongkat saktinya, dengan seketika gaun Prita kembali bersih seperti semula.
Masih dalam posisinya yang membungkuk, Tana’ Bulan meniupkan energi yang berwarna biru ke mulut Prita, pancaran partikel bercahaya biru itu serta merta melingkupi seluruh tubuhnya.
Setelah sekian menit berlalu, tubuh Prita mulai menunjukkan tanda-tanda pergerakan, Prita mengerang pelan, tangannya mulai bergerak, namun tenaganya masih lemah sehingga hanya gerakan itu saja yang dapat ia lakukan.
Tana’ Bulan kembali mengibaskan tongkatnya, kali ini dengan gerakan agak cepat, ia mengibaskan tongkat itu beberapa kali ke arah Prita, sehingga menciptakan kilatan cahaya biru yang menyilaukan.
Kilatan cahaya itu terus berputar mengelilingi tubuh Prita, hingga membuat tubuhnya tersentak terangkat, menyemburkan air dari mulutnya dan terbatuk beberapa kali.
Dan ketika Tana’ Bulan yakin bawa energi yang ia berikan sudah cukup untuk membuat Prita sadar, dengan cepat ia berubah kembali ke wujudnya semula dan dengan gerakan yang cepat dan anggun ia kembali terbang ke puncak pohon kelapa di mana tadi ia bertengger di sana.
Diam dan kembali mengamati Prita, sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.
Perlahan Prita tersadar, tubuhnya lemas. Kegelapan malam menyambut matanya yang terbuka. Angin pantai menusuk dingin, membuatnya gemetar. Ia berusaha bangkit, pakaiannya bersih dan kering, namun ingatannya kosong.
Di mana ia?
Kenapa ia di sini?
Udara dingin mencekam, sunyi terasa mengawasi. Prita takut. Ia berdiri dengan susah payah.
"Ini di mana?" gumamnya lirih. Pikirannya kosong, tak ada ingatan.
"Kenapa aku tidak mengingat apa-apa?" Ia memegangi kepalanya yang pusing, kembali terduduk di pasir.
Prita mencubit lengannya, merasakan sakit.
"Ini nyata." Gumamnya.
Tapi siapa dia? Bahkan namanya pun ia tak ingat.
Prita benar-benar kehilangan ingatannya.
Prita duduk diam, merasa seperti ada yang mengawasi....
Ia menoleh, hanya melihat pohon-pohon besar dengan bunga-bunga bercahaya kuning keemasan – pohon Sambutara.
"Indah sekali..." gumam Prita, mendekati salah satu bunga.
Aromanya menghiburnya sejenak. Namun, sunyi pantai kembali membuatnya merinding. Angin semakin dingin.
Prita bergegas meninggalkan pantai, pikirannya berkecamuk mencari jati diri. Keheningan memaksanya bergerak cepat menjauhi bibir pantai, berharap menemukan pertolongan.
Sesekali langkahnya tersandung di jalan setapak, tak peduli pada goresan semak. Ia hanya butuh pertolongan, hajya itu yang Prita pikirkan.
Prita terus berjalan sempoyongan dalam kegelapan, tak tahu apa yang dicarinya atau apa yang menantinya.
Dunia ini begitu asing ...
Dengan langkag gontai, Ia harus terus berjalan meninggalkan bibir pantai ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Selvy
Semangat
2025-04-15
0
Abu Yub
tiba tiba
2025-04-14
0