Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbakar Cemburu
Part 33
Mendengar bisikan Zafran, seketika detak jantung Alena berhenti. Dadanya terasa sesak, seraya menarik nafas panjang, Alena bergerak maju, sambil menggenggam erat kepalan tinju, gemeretak giginya pun terdengar. Rasa kecewa, marah, cemburu dan benci menjadi satu.
"Zafran dan Kayesa saling... Tidak!" Bayangan buruk tiba-tiba hadir di benak Alena.
Tubuh Alena bergetar menahan rasa sakit di hatinya, akibat cemburu bercampur marah. Peluang untuk mendapat Zafran semakin mengecil. Terlambat sedikit, dia akan ditikung oleh Kayesa.
"Kurang ajar! Wanita itu tidak bisa di diamkan," batin Alena. Mata nyalang melihat genggaman erat, saling bertaut jemari Zafran dan Kayesa.
Kayesa sendiri, yang tak tahu menahu, apa arti sebenarnya dari bisikan Zafran ke Alena. Bertingkah biasa saja, dan kala Zafzan menggenggam tangannya, sebenarnya dia risih. Tapi dibiarkannya, karena Kayesa juga berkeinginan melihat wajah Alena yang terbakar cemburu.
"Sejak kapan aku bisa berpikiran kotor seperti ini," batin Kayesa, seraya melirik nakan ke arah Alena, saat Alena menatap kesal ke arahnya.
Melihat lirikan penuh kemenangan dari mata Kayesa, darah Alena mendidih.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus membeli pelajaran pada clearning service itu," batin Alena, seraya melangkah menyusul Zafran dan Kayesa, yang sudah membelakanginya, ingin menuju ke ruang CEO.
"Hay! Wanita ******! menyingkir dari calon suamiku," teriak Alena lantang, seraya manarik tangan Kayesa dari genggaman Zafran, hingga terlepas.
"Ada apa? Siapa wanita ******? Aku?" Tanya Kayesa, seraya menunjuk dirinya. Kayesa sebenarnya sudah tahu ke arah mana pembicaraan Alena.
"Jaga mulutmu. Asal jangan bicara. Dengan mengeluarkan makian yang tidak pantas di dengar," ujar Kayesa lagi.
"Kamu yang jaga sikap dan mulut! Dasar perempuan murahan!" kecam Alena menohokkan telunjuknya ke dada Kayesa.
"Emang aku punya salah?" kayesa membalas perlakuan Alena.
"Hello, buka mata, buka telinga. Kamu itu menganggu calon suamiku." teriak Alena, hingga suaranya membahana.
"Sudah. Jangan diladani, kamu bisa gila sama seperti dia," bisik Zafran, lalu merengkuh bahu Kayesa mengajak Kayesa menjauh. Baru selangkah Kayesa berjalan, Alena membuat kejutan lagu, hingga memaksa Kayesa menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya ke posisi awal.
"Pengumuman-pengumuman," teriak Alena sambil bertepuk tangan.
Mebdengar keributan yang dibuat Alena, para karyawan pun menghentikan aktifitas, keluar dari ruang, lalu menoleh kearak Alena yang sedang bersetegang dengan Kayesa.
"Ada apa? Apa lagi yang dibuat wanita itu," bisik para karyawan menggosip Alena. Sejak Alena berkerja di kantor ini, setiap hari ada ulah yang membuat masalah.
"Dengar semua ya. Dia!" Alena menohokkan telunjuknya ke wajah Kayesa. Alena menggantung ucapannya, lalu menarik nafas panjang dan melanjutkan ucapannya.
"Tadi malam wanita murahan ini, menginap di apartement Zafran. Kalian bisa bayangkan. Apa yang terjadi jika seorang wanita mendatangi laki-laki," dengan lantang Alena berbicara.
Karyawan yang mendengar ocehan Alena tak ada yang mempercayainya, karena selama Kayesa bekarja di kantor ini, tidak tidak pernah bermasalah dengan siapa pun, beda dengan Alena, setiap hari ada saja uluhnya, untuk mengusik ketentraman orang lain.
"Kalian tahu? Pasti wanita ini ingin menyerahkan dirinya dan menjebak Zafran. Pada hal dia tahu, kalau Zafran itu calon suamiku." Alena sengaja menajamkan kata-kata calon suamiku, agar semua karyawan tahu, kalau dia calon nyonya di kantor ini.
Kayesa menatap tajam ke arah Alena. Dia tidak takut sama sekali dengan ocehan Alena, lalu maju selangkah dan berujar.
"Iya! Benar sekali. Aku tadi malam menginap di apartement Zafran. Heh! Apa kamu bisa menghalangi," Kayesa membalas ocehan Alena dengan kata-kata menantang, hingga emosi Alena sampai ke ubun-ubun.
"Tadi malam aku tidur dipelukan Zafran hingga pagi," bisik Kayesa, sambil melirik ke wajah Alena yang berubah merah padam seperti kepiting rebus.
Alena dibakar api cemburu. Emosi Alena yang sudah di ubun-ubun, mulai meluap, dengan tangan gemetar, Alena menggenggam erat kepalan tinjunya, dia bersiap menyerang Kayesa.
"Dasar murahan!" kecam Alena.
Alena langsung menyerang Kayesa, menarik dan menjambak rambut Kayesa. Kayesa yang tidak menduga dapat serangan mendadak dari Alena tentu saja kaget dan belum siap. Kayesa menduga Alena hanya akan menyerangnya dengan lisan, ternyata Alena juga menginginkan kekerasan pisik.
"Au! Sakit," teriak Kayesa saat tangan Alena hinggap di kepalanya, terasa perih dan tercerabut kulit kepala Kayesa.
"Lepas Alena." Zafran mencengkram kuat tangan Alena yang menggenggam erat rambut Kayesa.
Mata Alena membola, menatap tajam ke arah Zafran. Dia tidak berniat melepaskan jambakannya. Malah semakin kuat menarik rambut Kayesa.
"Lepaskan atau kupatahkan tanganmu," bentak Zafran, seraya mulai memelintir pergelangan Alena.
Alena terpaksa melepas jambakannya, karena Zafran mulai memutar cekalannya. Zafran lalu mendorong tubuh Alena, hingga wanita itu tersungkur di lantai.
"Jangan pernah ganggu Kayesa. Jika tidak ingin berurusan denganku," ancam Zafran, lalu dia mengajak Kayesa masuk ke ruang kerjanya, seraya mengelus bekas jambakan Alena di kepala Kayesa.
Mendapat perlakuan kasar Zafran. Alena mendengus kesal. Dia bersumpah dan tidak akan menyerah untuk mendapatkan Zafran dan menyingkirkan Kayesa si clearning service itu.
"Apa lihat-lihat," teriak Alena pada beberapa karyawan yang masih menonton dirinya.
Mendapat bentakan dari Alena, karyawan mengakhiri tontonan gratis. Sambil menggosip para karyawan itu, cekikikan mentertawakan Alena.
"Dasar wanita aneh. Ditolak tapi masih nekad," ujar Malika berbisik pada temannya.
"Iya! Dasar sinting," balas teman Malika sambil menyilangkan kedua telunjuk di dahi, memberi isyarat kalau Alena kurang waras.
"Huss, sudah! Jangan menggosip," tegur Ruhi agar segera bubar.
"Ada apa?" Tanya Rayzad yang ketinggalan berita.
"Tidak usah kepo. Ini urusan perempuan yang lagi datang bulan," ujar Ruhi sambil tertawa, tentu saja ucapan Ruhi, membuat wajah Rayzad jadi merah padam.
Rayzad kemudian menutup telinga, dia tak ingin mendengr Ruhi asal bicara lagi. Sementara Ruhi masih tertawa cekikikan melihat kepolosan Rayzad.
Sementara di ruang Zafran. Setelah meminta Kayesa duduk, Zafran memeriksa kulit kepala Kayesa, terlihat merah karena jambakan kuat dari Alena.
Zafran menelepon Malika, dia meminta Malika membawa bongkahan es batu sekepalan tinju. Beberapa menit kemudian, Malika datang dengan membawa pesanan Zafran.
"Malika! Tolong kamu kompres kepala Kayesa, sampai merahnya memudar." Titah Zafran, kala Malika sudah berada di ruang CEO.
Setelah berkata begitu. Zafran menelepon Rayzad, dari percakapannya terdengar kalau Zafran dan Rayzad akan menghadiri pertemuan penting. Zafran meminta Rayzad untuk menyiapkan beberapa berkas.
"Apa masih terasa sakit?" Tanya Zafran setelah memutuskan hubungan teleponnya.
"Sedikit," jawab Kayesa.
"Maaf. Gara-gara aku, kamu kena imbasnya," ujar Zafran, lalu pamit dan keluar dari ruangannya.
"Tuan Zafran minta maaf padamu. Betul-betul aneh," gumam Malika.
Hampir tak percaya. Saat Malika mendengar Zafran mengucapkan kata maaf, rasanya mustahil itu dilakukan oleh seorang Zafran.
"Apa aku bermimpi," batin Malika seraya mencubit lengannya.
"Sakit," gumam.
"Ada apa?" Tanya Kayesa kala melihat Malika mencubiti dirinya sendiri.
"Ku kira mimpi, rupanya nyata."
Mendengar ucapan Malika, Kayesa terkekeh. Mimik Malika terlihat sangat lucu, karena menyesali perbuatannya. Ditertawakan begitu, Malika jadi salah tingkah, untuk menghilangkan rasa malunya, Malika pun ikut tertawa.
"Apa benar tadi malam kamu menginap di apartementnya tuan Zafran. Seperti tuduhan Alena?" Tanya Malika berbisik pelan di telinga Kayesa. Dia melakukan itu, agar suara percakapannya dengan Kayesa tidak terdengar direkaman cctv.
"Hooh," jawab Kayesa seraya mengangguk.
"Hah! Jadi benaran?" Wajah Malika terkejut, hingga dahinya berkerut membentuk goresan memanjang.
"Hooh," jawab Kayesa, sekali lagi dia mengangguk.
Malika menutup mulutnya dengan telapak tangab, sebelum melontarkan pertanyaan berikutnya. Wajahnya yang tadi menegang seketika berubah sedih.
"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Malika seraya menyingkap pakaian Kayesa.
"Hay! Apa yang kamu lakukan?"
Kayesa tidak mengerti dengan pertanyaan Malika, lebih tak mengerti lagi, kala melihat Malika menyingkap pakaian. Kayesa berusaha menahan tangan Malik agar tidak meneruskan aktifitasnya.
"Malika! Apa maksudmu? Kamu mau membuka bajuku?"
"Bukan. Hanya ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja," ujar Malika dengan wajah cemas.
Mendengar jawaban Malika, Kayesa membiarkan Malika menyingkap baju dan melihat punggungnya. Setelah memeriksa tubuh Kayesa, dan tidak terdapat goresan sedikit pun. Malika menarik nafas lega.
"Apa maksudmu. Aku tidak mengerti?" Tanya Kayesa lagi, dia menatap intens pada Malika, butuh penjelasan.
"Ku dengar rumor selama ini, kalau tuan Zafran memiliki penyakit penyimpangan seksual. Sadisme seksual," jawab Malika berbisik sangat pelan, hampir tak terdengar.
"Apa! Serius?" Wajah Kayesa menegang.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.