Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Istriku
Setelah obrolannya dengan Nathan beberapa saat lalu, Aditya terus memikirkan apa yang di katakan sahabat sekaligus kakak iparnya itu.
Dia bahkan memutuskan untuk menyendiri sesaat setelah sampai di tempat acara Reyhan.
Sementara Nathan, pria itu sedang berbincang dengan rekan kerja yang ia temui di sana. Beberapa kali Aditya mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, mencari keberadaan Nayra.
Tapi pria itu tak menemukan sosok Nayra ada di sana.
Tak lama kemudian, tiga wanita memasuki ballroom. Meskipun gaya pakaian mereka berbeda, warna hitam yang mereka kenakan tampak selaras satu sama lain.
Disana ia bisa melihat sang istri datang bersama Nadira dan Arsyila , adik perempuannya.
Nayra berada di depan, anggun dalam balutan gaun hitam berenda yang memadukan kesan misterius dan elegan. Rambut panjangnya yang terurai lembut menambah pesona klasik yang tak dibuat-buat.
Di sebelahnya, Nadira tampil memikat dengan gaun hitam bertali tipis yang menonjolkan siluet rampingnya.
Sementara itu, Arsyila, si bungsu yang tak kalah memesona, memilih gaya simpel namun berkelas. Gaun hitam dengan potongan asimetris menonjolkan sisi modernnya, sementara rambut lurusnya yang rapi membuat penampilannya tampak sempurna tanpa cela.
Aditya mengeram kesal melihat Nayra mengunakan gaun yang lumayan terbuka, bukankah dia sudah berpesan pada istrinya itu agar tidak memakai pakaian terbuka. Tapi kenapa Nayra menghiraukan ucapannya.
Dan kekesalannya bertambah saat tanpa sengaja ia melihat para tamu undangan yang kebanyakan para lelaki mulai melirik ke arah pintu masuk, membicarakan ketiga wanita bergaun hitam itu dengan bisik-bisik yang tak bisa sepenuhnya disembunyikan.
Aditya berniat melangkahkan kakinya untuk menghampiri sang istri. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Reyhan lebih dulu mendekati Nayra.
Dari tempatnya berdiri, Aditya bisa mendengar samar percakapan yang terjadi di antara mereka.
"Hai, kalian sudah sampai?" sapa Reyhan, suaranya terdengar ramah kepada ketiga wanita di hadapannya.
Aditya bisa melihat ketiganya kompak mengangguk hampir bersamaan. Setelah itu, ia bisa mendengar Reyhan hanya berfokus pada Nayra.
"Nay, ayo ikut aku. Di sana ada Mr. Robert klien kita tempo hari. Beliau sangat menyukai desain milikmu dan ingin bertemu denganmu."
Sekilas, Aditya melihat Reyhan mengulurkan tangan tampak berniat menggenggam tangan Nayra. Namun gerakan Nayra yang refleks membuatnya mengurungkan niat. Wanita itu sedikit mundur, matanya tak sengaja menoleh ke arah Aditya.
Tatapan mereka bertemu. Dan detik itu juga, Aditya merasakan dadanya bergetar.
Dia tahu. Nayra melihatnya. Nayra sadar ia sedang diawasi.
Ia bisa melihat Nayra mengeleng, "Maaf Mas Reyhan, seperrinya aku di sini saja bersama Mbak Nadira dan Arsyila. Aku kurang nyaman kalau bertemu dengan Mr. Robert, bagaimana kalau kamu sampaikan saja salamku."
Dada Aditya terasa semakin panas melihat Reyhan mencoba menggenggam tangan Nayra, seolah tak ada batas di antara mereka. Ia bahkan dengan jelas bisa mendengar Reyhan sedikit memaksa Nayra untuk ikut bersamanya. Sekejap, tatapannya mengeras. Ia tak bisa lagi hanya menjadi penonton.
Tanpa berpikir panjang, ia melangkah mendekat. Suara langkah sepatunya menggema pelan di antara riuh rendah musik dan percakapan tamu undangan. Nadira dan Arsyila menyadari kehadirannya lebih dulu, ekspresi mereka berubah. Nayra pun menoleh, sedikit terkejut.
Reyhan masih berdiri di tempatnya, belum menyadari apa yang terjadi, sampai suara berat dan tegas itu terdengar di dekatnya.
"Reyhan."
Reyhan menoleh, binggung melihat kehadiran Aditya di antara mereka.
“Bisakah kau lepaskan tangan istriku?”
Kata-kata itu meluncur tanpa ragu, menciptakan ketegangan yang tak kasat mata. Nayra, Nadira dan Arsyila saling pandang, sementara Reyhan terpaku, seolah waktu berhenti sejenak.
Aditya berdiri tegak di depan mereka, sorot matanya menusuk ke arah Reyhan. Tidak dengan amarah yang meledak-ledak, tapi dengan ketegasan yang tak terbantahkan.
"Jadi, lain kali jangan sentuh dia lagi tanpa izinku." ucapnya pelan, tapi tajam, membuat kata-katanya justru terasa lebih menohok.
Reyhan membeku. Kata-kata Aditya masih menggema di kepalanya. Istriku?
Ia menatap Nayra, berharap ada penjelasan. Tapi wanita itu tetap diam, sorot matanya penuh kegelisahan.
Ada sesuatu yang Reyhan lewatkan. Sesuatu yang selama ini tidak diceritakan padanya.
"Apa maksudmu, Dit?" tanyanya akhirnya, mencoba menenangkan diri meski nadanya mulai mengeras.
"Sejak kapan Nayra menjadi istrimu? Bukankah kau menikah dengan,"
Ucapan Reyhan terhenti saat Aditya menyelanya, "Aku menikah dengan Nayra. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu kemarin saat kita bertemu. Aku harap, kamu tidak terkejut mengetahui kenyataan ini. Aku akan menjelaskannya padamu lain kali, aku harap kau bisa menerima ini." ucap Aditya sembari meraih tangan Nayra dan menarik istrinya itu untuk pergi dari hadapan mereka semua.
Reyhan masih terus memandang Aditya yang menarik pelan tangan Nayra dan pergi menjauh darinya. Sementara itu, Nayra dan Nadira saling pandang karena binggung harus berbuat apa.
Setelah beberapa detik hanya terisi keheningan, Arsyila akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Aku akan menceritakan padamu semuanya, Kak, tapi nanti setelah acara ini selesai. Sekarang sebaiknya Kak Reyhan kembali ke acara," ucap Arsyila, suaranya terdengar pelan namun mantap.
Ia melangkah sedikit mendekat, lalu menggenggam pergelangan tangan Reyhan dengan lembut. Bukan untuk menahannya, tapi untuk menenangkan.
Tatapannya lurus, menyiratkan permintaan yang tidak bisa ditawar.
"Aku mohon, jangan buat keadaan jadi lebih rumit dari ini. Jangan sampai kamu menghancurkan acaramu hanya karena urusan pribadi."
Reyhan hanya terdiam, masih menatap ke arah kepergian Nayra dan Aditya, namun genggaman tangan Arsyila membuatnya kembali tersadar. Ada banyak pertanyaan di matanya, tapi ia tahu, bukan sekarang waktu yang tepat.
Beberapa detik kemudian, ia menarik napas panjang, lalu mengangguk kecil.
"Baik. Tapi nanti kamu harus cerita semuanya padaku, Syila," gumamnya pelan, sebelum melepas tangannya dan melangkah pergi, kembali ke arah kerumunan tamu dengan wajah datar.
Arsyila hanya menatap punggungnya yang menjauh, merasakan beban yang tak kalah berat di dadanya.
Setelah kepergian Reyhan, Arsyila menoleh kepada Nadira. "Kak, aku bokeh kan jika menceritakan semuanya pada Kak Reyhan. Aku sungguh tidak tega melihatnya seperti itu." tanyanya pada Nadira dengan wajah sendunya.
Nadira mengangguk, "Boleh, Sayang. Justru kamu harus mengatakan kebenarannya pada Mas Reyhan. Dan satu hal lagi, katakan padanya untuk menerima semua ini. Kamu jelas tahu jika hubungan Nayra dan Kakakmu mulai membaik. Jadi sebaiknya minta Reyhan mundur dan membiarkan Nayra bahagia bersama Kakakmu."
Arsyila mengangguk, setelah itu Nadira kembali melanjutkan ucapannya. "Sebaiknya kita bergabung dengan yang lain, jangan terlalu di fikirkan masalah ini. Kakak yakin, Mas Reyhan pasti akan baik-baik saja."
Nadira dan Arsyila akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan yang lain, untuk menikmati acara peluncuran produk baru milik Reyhan.
Sementara di sudut ruangan, Aditya menghentikan langkahnya setelah ia rasa sudah menjauh dari keramaian.
Ia melepas genggaman tanganya pada Nayra, setelah itu ia mendekatkan tubuhnya pada Nayra.
"Nayra, kenapa kamu menghiraukan apa yang Mas katakan kemarin, hmm?" suara Aditya terdengar rendah, namun jelas menahan ketidaknyamanan.
Nayra menoleh, sedikit terkejut dengan nada suara itu. Ia menatap Aditya dengan dahi berkerut, tidak mengerti.
"Mas maksud apa?" tanyanya pelan.
Tatapan Aditya turun, menelusuri gaun yang Nayra kenakan malam itu. Elegan, anggun, tapi juga... terlalu berani menurut pandangannya.
"Gaun ini," gumam Aditya, nadanya mengeras sedikit. "Kamu tahu Mas tidak suka kamu mengenakan sesuatu yang terlalu terbuka seperti ini. Apalagi di acara seperti ini... dengan orang-orang yang memandangmu seperti,,"
Aditya tidak melanjutkan. Rahangnya mengeras.
Nayra menarik napas pelan, berusaha tetap tenang.
"Mas... ini bahkan tidak terlalu terbuka. Apa ada yang salah?"
"Tidak terlalu terbuka menurutmu, tapi Mas tidak nyaman melihatmu jadi pusat perhatian. Kamu adalah milikku, Nay. Dan aku tidak suka, jika milikku di inginkan oleh orang lain."
Izin yaa