Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 30
"Apa yang kalian lakukan hah!"
Loyd berteriak dengan sangat keras sehingga membuat beberapa orang yang ada sana ketakutan. Baru kali itu mereka melihat kaisar semarah ini. Wajahnya pun berubah menjadi bengis seolah siap menebas leher siapapun yang ada di sana.
Bukan tanpa alasan Loyd bersikap demikian. Sudah setengah hari namun Esme tak kunjung bangun. Bukan hanya itu, tubuh wanita itu juga masih panas dan keringat mengucur deras. Meskipun sudah tidak sepanas tadi, tapi tetap saja belum bisa dikatakan suhu tubuh yang kembali normal.
Bukan hanya itu, Esme juga tampak kesakitan dimana hal ini lah yang membuat Loyd marah. Tabib, Alkemis, dokter dan juga penyihir sudah didatangkan namun mereka sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Esme.
"Lady!" Pekik Daria. Tubuh Daria yang awalnya berdiri karena sedang mengelap keringat yang mengucur dari kulit tubuh Esme itu mendadak jatuh ke lantai.
Loyd dan Paul yang tadi berdiri sedikit jauh dari ranjang seketika mendekat. Paul memapah Daria lebih dulu sedangkan Loyd langsung melihat ke arah Esme. Betapa terkejutnya dia melihat apa yang terjadi pada leher Esme.
Rembesan darah keluar dari sana. Padahal jelas sekali tidak ada luka. Semua orang yang ada di sana panik. Evelyn bahkan langsung memerintahkan untuk menutup Istana. Dia mengambil tindakan itu untuk menahan para lady yang hendak datang. Dengan dalih rapat internal yang penting, dan Algar setuju dengan ide dari istrinya ini.
Semua orang sungguh dibuat kebingungan saat ini dengan kondisi Esme. Bagaimana tidak, mereka yakin kemarin saat Esme tiba, wanita itu sungguh baik-baik saja.
"Tuan Count, apa kau yakin Lady Esme tidak terluka?"
"Saya yakin Baginda, sangat yakin. Meskipun kami sempat menghadapi para pencuri ketika di penginapan, namun saya yakin Esme sama sekali tidar terluka. Karena setelah itu kami melakukan perjalanan beberapa hari. Jika Esme terluka, baik saya maupun Daria pasti mengetahuinya."
Daria menganggukkan kepala tanda ia sepakat dengan Paul. Memang benar, jika Esme terluka pasti dia pun tahu karena dirinya sama sekali tidak pernah jauh dari Esme. Daria juga membantu Esme mengganti baju, jadi sekalipun ada luka, mata Daria pasti melihatnya.
"Lalu kenapa begini. Apa ini karena racun?"
"Maaf baginda jika saya menyela, jika itu racun pasti saya pun akan mengalami hal yang sama karena saya makan makanan yang sama dengan milik Lady."
Itu semuanya benar. Makanan yang mereka makan memang sama jadi tidak mungkin itu karena racun.
Loyd mengusap wajahnya kasar. Bagaimana tiba-tiba Esme begini. Dia jadi merasa sedikit menyesal karena tidak menjemput langsung wanita itu dari kediamannya. Padahal semua yang terjadi pada Esme jelas bukan karena dirinya karena hingga saat ini semua orang yang dipanggil oleh Loyd belum tahu mengapa Esme tiba-tiba menjadi seperti itu.
"Ma-af Baginda, sebaiknya kita melakukan penyembuhan dari tahap ke tahap. Kita sembuhkan dulu demam Lady, setelah itu kita cari tahu penyebab berdarahnya leher dari Lady. Hanya saja sedari tadi susah sekali membuat Lady bisa meminum obatnya. Yang bisa masuk hanya setetes dua tetes saja."
Tabib itu memberanikan diri untuk bicara. Memang benar keadaan Esme yang tidak sadar menyulitkan masuknya obat ke mulut dan mungkin itu juga yang membuat panasnya tak kunjung reda.
"Berikan aku obat itu."
Tanpa tahu apa yang akan dilakukan oleh Kaisar, sang tabib memberikan obat itu kepada Loyd. Loyd mengambilnya lalu meminumnya., bukan, bukan meminumnya, dia hanya menyimpannya dalam mulut. Dengan perlahan Loyd mengangkat kepala milik Esme, ia membuka mulut Esme dan memberikan obat yang ia simpan dalam mulut ke pada Esme.
Semua orang terkejut melihat tindakan Loyd. Semua orang tanpa kecuali melihat dengan mulut yang menganga. Evelyn bahkan sampai menutup mulut nya dengan kedua tangan.
"Sekarang penyihir dan yang lainnya, cari apa yang terjadi pada Esme. Jika kalian tidak bisa menemukan apapun maka kalian tidak boleh meninggalkan istana ini."
Gluph!
Seolah ada duri yang baru saja ditelan, mereka semua hanya bisa menatap dengan tatapan mata yang nanar mengetahui ucapan dari Loyd tersebut. Banyak makna yang terkandung dalam ucapan Loyd dan itu membuat mereka tidak ingin menjabarkannya.
Penyihir dan alkemis mengambil darah yang masih merembes itu dari leher Esme. Mereka mencoba mencari tahu dati itu.Darah yang keluar itu diambil dengan kain putih nan bersih. Salah seorang Alkemis meminta izin untuk mengambil darah pada tempat yang lain.
Tatapan tajam dari Loyd membuat Alkemis tersebut merinding, namun dia harus melakukan itu untuk mengetahui sesuatu.
"Baginda, saya hanya akan mengambilnya sedikit di bagian jari. Ini saya akan memakai jarum kecil ini untuk sedikit mengambil darah dari Lady Esme."
"Hmm lakukan."
Alkemis tersebut segera melakukannya karena mumpung diberi izin. Ia mengambil kain putih bersih untuk darah yang ia ambil dari jari. Lalu Alkemis itu membandingkan darah itu dengan darah yang berasal dari leher.
"Warnanya berbeda. Penyihir apa kau merasa ada sesuatu. Lihatlah darah yang dari leher, tampak lebih gelap ketimbang dari yang berasal dari jari kan?"
"Ya benar."
Penyihir tesebut mengambil air, entah itu air apa. Dia kemudian menetesi kain yang ada darahnya itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Kain putih dengan darah yang berasal dari leher itu berubah menjadi hitam pekat.
"Baginda, ini sihir hitam. Saya yakin ini sihir hitam. Ada sihir yang dikirimkan kepada Lady. Entah apa motifnya tapi saya yakin orang itu ingin mencelakai Lady."
"Apa kau bilang? Kau bukannya bicara sembarangan kan?"
Bukan Loyd yang bicara melainkan Paul. Dia tentu sangat terkejut dengan apa yang baru saja disampaikan oleh si penyihir. Paul tahu betul kalau saat Esme menjadi ratu ada saja pihak yang tidak suka dengannya. Tapi dia tidak menyangka akan ada yang melakukan itu kepada Esme.
"Mengapa kau bicara begitu?" Kali ini Loyd yang bicara. Dia berjalan dan mendekat kepada si penyihir.
"Silakan Anda lihat ini. Saya memiliki air suci dari kuil suci, dan air suci selalu beraksi terhadap sihir hitam."
Loyd terdiam sejenak. Dia mencoba mencerna apa ucapan si penyihir. Bukan suatu yang aneh jika benar sihir hitam lah yang sekarang menimpa Esme. Dia pasti memiliki banyak orang yang membenci nya dulu, jadi itu bisa saja terjadi.
"Apa sihir hitam ini bahaya?"
"Jika segera ditangani mungkin tidak. Namun jika berlanjut bisa juga mengancam nyawa. Dan hal ini harus kami tindak lanjuti agar bisa melakukan pengobatan yang benar."
"Lakukan yang terbaik. Aku akan memberi kalian hadiah jika berhasil dengan pekerjaan kalian. Tapi jika gagal maka nyawa kalian yang akan jadi bayarannya."
Gluph!
TBC
padahal mah sang kaisar g pernah lirik sedikitpun /Slight/
ya ampun eve, mentang-mentang bangsawan ketawa aja harus ja'im, boleh kali guling-guling, biar nular ke reader /Smirk/
yang penting sah dulu...
baru bawa pulang ke kaisaran....
biar tu para pejabat toxic ga berkutik lagi..
Kalau udah sampai di kekaisaran...
baru adakan pesta pernikahan....🤗
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/