perjalanan anak remaja yang berusaha bekerja keras , namun perjuangannya penuh dengan duri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanah labil
Rangga tidak pernah malas berlatih, di tengah kesibukan membuat desain dari pak Rendra, dan menemani Silvia, ia selalu menyempatkan diri berlatih walau hanya sebentar.
Baldy menghilang dari kampus, setelah di keluarkan dari perguruan Maung Lodaya, ia pergi entah kemana.
Nama Rangga jadi terkenal, namun seiring itu ,banyak juga yang iri, terutama orang orang dari perguruan silat yang ada di kampus itu. selain Cabang Maung Lodaya, ada tiga perguruan lain yang mempunyai cabang di kampus itu.
Perguruan Walet Putih" yang semua nya wanita
Perguruan Garuda Sakti , dan
Perguruan Tangan Seribu
Mereka semua mempunyai niat mengalahkan Rangga agar pamor perguruannya naik di mata para mahasiswa .
Rangga tentu saja tak tahu menahu , ia berkuliah dengan penuh semangat Cita citanya menjadi Arsitek terkenal membuat ia lebih giat dari mahasiswa yang lain.
Sabtu sore, pak Rendra menelpon dan ingin bertemu di rumah makan Bukit Randu , ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengannya .
Tentu saja , Rangga langsung menyanggupi ,ia langsung berangkat ke Restoran Bukit Randu, bersama Silvia.
Pak Rendra ternyata tidak sendiri ,ada beberapa orang yang duduk bersamanya, untung ada juga beberapa wanita yang sepertinya ikut bersama suaminya hingga Silvia tak canggung .
" Ini kenalkan, Rangga, dia yang selama ini membuatkan desain perumahan Kemiling" pak Rendra
" wah ternyata masih muda , kamu sudah lulus kuliah?" tanya seorang teman pak Rendra tampilannya glamor dengan perut seperti wanita hamil lima bulan, di tangannya selain jam rolex gelang gelang emas melingkar , belum lagi kalung yang besar menggantung di lehernya, persis seperti toko emas berjalan .
" saya masih kuliah Om, baru masuk " jawab Rangga sopan.
" wah, aku pikir kamu sudah sarjana, penampilan kamu berbeda dengan usia kamu" ucap nya .
" nah karena sudah datang Rangga nya , silakan pak Hendi " ucap pak Rendra mempersilahkan temannya berbicara.
" begini nak Rangga ,bapak sedang membuat villa di kaki bukit Tanggamus, tapi selalu gagal , pondasi nya selalu runtuh, dan terkadang ada korban jiwa, kata pak Rendra , perumahan Kemiling ada yang seperti itu, tapi dengan menggunakan desain dan saran bahan dari kamu villa nya berhasil di bangun " ucap pak Hendi penuh harap.
"Saya harus melihat struktur tanahnya dulu pak, baru saya bisa merekomendasikan bahan apa yang bisa bertahan di sana." jawab Rangga . Ia tak mau sembarangan , karena pak Rendra yang mengenalkan dirinya, ia harus bisa menjaga nama pak Rendra juga .
" baik , kapan kamu bisa kesana, biar nanti orang saya yang menjemput nak Rangga?" ucap pak Hendi senang.
" besok saja pak, kebetulan Senin dan Selasa saya tak ada jam kuliah " sahut Rangga.
" baiklah, kalau begitu, besok pagi saya jemput yah" pak Hendi meminta no telpon Rangga , setelah makan makan Rangga dan Silvia berpamitan ,
" kita mau kemana sekarang sayang?" tanya Silvia ,
" kita pulang saja yah, desain pak Rendra masih banyak yang belum aku selesaikan" ucap Rangga , Silvia mengangguk ,sebenarnya Silvia ingin menghabiskan waktu malam Minggu seperti pasangan muda lainnya , namun ia mengerti keadaan Rangga tak seperti dirinya, Rangga harus menghidupi kehidupannya dan juga kebutuhan adiknya , tidak seperti dirinya yang tinggal meminta pada orang tua, pernah ia menawarkan bantuan tapi di tolak mentah mentah oleh Rangga.
" yang, aku mau pulang ke rumah dulu besok, ga apa apa kan?" Silvia berkata dengan sedikit merayu.
" pulang kampung maksudnya?" tanya Rangga , Silvia mengangguk.
" ya ga apa apa, tapi nanti kabari kalau udah sampai, terus kuliahnya gmana?" tanya Rangga lagi.
" izin dulu, kan cuma seminggu doang aku pulangnya " jawab Silvia.
" ya , hati hati, kalau tak ada janji dengan pak Hendi aku pasti ngikut, aku kan belum pernah kesana" ucap Rangga .
Kampung Silvia berada di kaki bukit gunung Dempo , Pagar Alam.
" nanti kalau libur kuliah, aku Jak kesana" sahut Silvia senang, Rangga ingin main kerumahnya menandakan Rangga serius dengannya.
sebelum minta jemput pak Hendi, Rangga mengantar Silvia terlebih dahulu ke pol bis Putra Raflesia yang berada di bundaran .
" tiiin"
" tiiin"
Saat sedang menunggu sebuah mobil Alphard berhenti di depan kost Rangga.
" mas Rangga yah?" seorang wanita muda bertanya saat Rangga keluar dari dalam tempat kostnya.
" iya, mbak siapa?" tanya Rangga heran.
" aku Mia, anak pak Hendi, ayo mas, papa sudah menunggu" ucapnya sambil mengulurkan tangannya yang putih halus
" iya mbak, Rangga menyambut uluran tangan Mia. Dan masuk ke dalam mobil.
Tak banyak percakapan yang mereka lakukan di dalam mobil, hanya sesekali Mia mencuri pandang pada Rangga.
Dua jam perjalanan baru Rangga memasuki Gisting, Rangga langsung di bawa ke tempat pembangunan Villa pak Hendi.
" Alhamdulillah kamu sudah di sini" pak Hendi yang melihat Rangga datang dengan cepat menyambut kedatangan Rangga.
" iya pak, Mia ngebut bawa mobilnya" ucap Rangga bergurau .
" ha ha ha ya seperti itulah kalau Mia bawa mobil" pak Hendi yang mengetahui kebiasaan anaknyasering ngebut malah tertawa.
pak Hendi membawa Rangga ke tempat di mana villa yang bermasalah saat di bangun.
" nah ini lahannya" pak Hendi berhenti di sebuah tebing dengan aliran sungai yang lumayan besar di sisinya.
Rangga melihat ternyata tanah itu tak stabil, untuk membangun villa di sana harus memakai paku bumi dan juga tanahnya harus di keras kan dulu, agar tak amblas saat di bangun.
" maaf pak, sebenarnya lahannya sangat labil ini, kalau bapak mau membangun butuh biaya besar" kata Rangga tak enak hati
" tidak apa apa, ini permintaan dari almarhum istri saya, jadi biar habis berapa pun saya akan membangun di sini" ucap pak Hendi .
Rangga mencoba melihat dengan mata batinnya ,ternyata bila di geser sepuluh meter, maka ada tanah yang stabil di sana , tapi paku bumi tetap harus di pasang, agar tanah tak bergeser mengikuti tanah yang tak stabil.
" pak kalau di geser ke sebelah sini bagaimana?" ucap Rangga menunjuk ke arah tanah yang stabil.
" tidak apa apa, asal di tanah ini villa bisa di bangun " ucap pak Hendi, ternyata pak Hendi sangat mencintai istrinya yang sudah tiada, ia berniat membangun apa yang pernah di minta oleh sang istri walau sekarang istrinya telah tiada
Rangga memfoto bagian tanah, dan menyuruh beberapa orang mengukur luas tanah yang akan di bangun , agar dia bisa membuatkan desain villa yang indah dan aman.
Rangga memasang patok yang sudah di warnai, hijau dan merah, pada tanah labil ia menandai dengan patok merah, dan hanya akan di buat sebagai taman, sedang tanah yang stabil ia tandai dengan warna hijau, untuk pembangunan villanya.
Melihat cara kerja Rangga yang teliti ,pak Hendi mengacungkan jempolnya.
" pak emang mas Rangga lulusan mana kuliahnya?" tanya Mia , ia tak pernah melihat ayahnya memuji seseorang berlebihan seperti memuji Rangga.
" nak Rangga masih mahasiswa, katanya sih harusnya dia udah semester 3 saat ini, tapi dia nganggur dulu setahun jadi baru masuk kuliah tahun ini "ucap pak Hendi sambil memperhatikan Rangga yang sedang memasang patok .
" belum lulus ?" tanya Mia, kini ia menjadi sangat kagum pada Rangga . lukisan SMK tapi punya otak yang encer seperti sarjana