NovelToon NovelToon
Two Bad

Two Bad

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Selingkuh / Murid Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Bad Boy
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aalgy Sabila

"Yang kalian lakukan salah."

Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinner

...—...

Tok tok tok

“Kak?”

Haidryer di tangannya terhenti saat mendengar samar pintu kamarnya diketuk.

“Masuk,” ucap Mayra setengah berteriak.

Kepala adik laki-lakinya muncul di pintu yang terbuka.

“Ayo kita makan kak,” ucap Darren dengan senyum lebar di wajahnya.

Mayra menghela napas malas, “males gue. Apalagi liat muka si mak lampir sama suaminya itu.”

Darren memutar bola matanya malas, “lu pikir gue gak males liat muka mereka?” ucapnya sambil menunjuk wajanya sendiri.

“Tiap hari gue harus ngeliat muka mereka bertiga. Kalau gue udah legal gue bakal minggat dari rumah ini. Muak gue,” ucapnya pelan.

Mayra tersenyum lebar mendengar perkataan adiknya itu. Ternyata masih ada orang waras di rumah ini. Hal yang bagus.

“Yaudah bentar, gue ngeringin rambut gue dulu.”

Darren mengangguk dan langsung pergi dari kamarnya.

Mayra baru saja selesai mandi dan saat ini ia sedang mengeringkan rambutnya.

Di meja makan sepertinya lebih baik ia memakai airpods agar tak mendengar suara mak lampir dan suaminya serta anaknya itu. Ia hanya akan fokus terhadap makanannya saja. Itu lebih baik, daripada nanti ia kesal dan tak jadi makan.

Drtt drtt

Ada pesan masuk dari ponselnya.

Kamu lagi apa babe?

Sebuah pesan singkat dari kekasihnya, Fero.

Melihat pesan itu saja sudah membuatnya tersenyum lebar. Masih dengan senyum lebar ia membalas pesan kekasih tercintanya itu.

Mayra: Lagi mau makan malem, doain semoga gue ga kesl pas liat muka nenek lampir di meja makan

Fero: Makan malam bareng?

Mayra: Hooh. Gue diajakin Darren, ga enak kalau nolak. Lagipula gue jarang di rumah.

Fero: Yaudah, semoga mereka ga bikin pacar cantik gue ini kesel. Sebelum tidur jangan lupa call dulu, ok?

Mayra: Ok

Ketikan pacarmu manis sekali Mayra.

Mayra tersenyum semakin lebar. Sepertinya ia sudah sejatuh jatuhnya pada bule satu itu. Ia tak bisa mengendalikan dirinya jika bersangkutan dengan Fero.

Setelah rambutnya kering, Kakinya melangkah keluar dari satu-satunya safe zone nya di rumah ini. Saat langkah kakinya mulai mendekat ke ruang makan, nafasnya mulai terasa berat.

Sial.

Amarahnya mulai muncul saat mereka menghirup oksigen yang sama dengannya.

Mayra menarik napas pelan dan mengeluarkannya. Terus seperti itu sampai napasnya kembali normal.

Darren memundurkan kursi untuknya. Mayra dengan setengah hati duduk.

Duduk tepat di depan mak lampir itu.

Rasanya ia bisa meledak dalam beberapa detik saja.

Tapi harus ia tahan. Ia harus belajar mengendalikan amarahnya sendiri.

"Tumben ikut makan," sindir seorang gadis berambut bondol.

Hasna.

Mayra tak menanggapi dan memilih pura-pura tuli. Adik tirinya itu berniat memancing amarahnya. Jika itu yang diinginkannya, maka ia tak akan menurutinya.

Darren menyajikannya makan. Adiknya yang satu ini memang sangat baik. Tumbuh di antara tiga orang stres ini ternyata tidak membuatnya menjadi manusia yang stres juga.

"Thanks."

Darren membalasnya dengan senyum saja.

Mayra mulai menyuapi dirinya sendiri. Ternyata si mak lampir sedikit pintar memasak. Tak disangka makanannya sedikit enak.

Hanya sedikit.

Mereka berlima makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Sangat langka. Biasanya setiap Mayra ikut makan malam di rumah ini, si mak lampir itu pasti akan mengusiknya dengan cara apapun. Jika tidak ibunya, pasti anaknya yang mengusiknya. Sungguh menyebalkan.

Setelah selesai makan, ia langsung pergi ke kemarnya. Tapi sebelum itu terjadi—

"Jauhi Fero, Mayra."

Kalimat itu lagi.

"Kenapa aku harus nurut sama Ayah?" tanya Mayra sambil bersidekap dada. Menantang Ayahnya.

"Kamu nggak ngerti."

Mayra memutar bola matanya jengah, "apa yang aku ga ngerti? Karena Daddynya Fero pernah pacaran sama bunda? Itukan udah masa lalu, buat apa dibahas terus sih?!"

Kris menghela napas dengan panjang. "Apa yang terjadi sama Bunda kamu itu ada hubungannya sama Ando."

Alis Mayra menukik tajam. Apa maksud Ayahnya? Apa yang terjadi kepada Bundanya yang diakibatkan oleh Ando? Ayahnya pasti hanya mengarang cerita agar dirinya tak berdekatan dengan keluarga dari mantan kekasih bundanya. Tapi untuk apa?

"Ibu kamu tuh selingkuh sama Daddynya Fero," ucap istri kedua Kris dengan tiba-tiba. Seringai di wajahnya sangat menjelaskan jika dia menyukai apa yang selanjutnya akan terjadi di meja makan ini.

Mayra memandang tajam mak lampir. Berani sekali dia mengatakan hal buruk tentang ibunya?! Tadi dia bilang apa?

Selingkuh?!

Bundanya selingkuh?!

Tak mungkin.

Mana mungkin bundanya selingkuh dari ayahnya. Ia percaya bundanya bukan orang yang akan melakukan hal menjijikan seperti itu. Mereka hanya mengarang cerita. Sudah jelas yang selingkuh di sini ialah, ayahnya. Semua orang tahu fakta itu dengan sangat jelas.

"Apa maksud lo hah?!"

Tangan Mayra menggenggam gelas kaca berisi air putih dengan erat.

"Tenang Mayra, biar Ayah jelasin," ucap Kris berusaha mencegah amarah Mayra yang akan meledak. Ia memegang pundak putri keduanya itu.

Mayra dengan cepat menepis kedua tangan Kris yang bertengger di pundaknya. Jijik.

"Apa yang harus ayah jelasin hah?! Dia nuduh bunda selingkuh dan ayah bahkan ga ngebela sama sekali? Ah, aku lupa. Emang ayah ga pernah peduli sama Bunda kan?!"

"Bukan begitu Mayra—"

"Terus apa?!" Mayra berteriak.

"Mauren memang selingkuh Mayra, dia selingkuh sama Ando," ucap mak lampir dengan begitu yakin.

"Gak mungkin. Bunda bukan orang yang bakal selingkuh dari suaminya," ucap Mayra sambil menggelengkan kepalanya. Berusaha menepis semua tuduhan buruk tentang Mauren.

“Kamu gak tau apa-apa tentang ibu kamu itu. Memang kamu pernah ketemu langsung sama dia? Mauren meninggal saat melahirkan kamu, bagaimana kamu bisa ngomong kayak gitu? Nenek kamu hanya menceritakan hal baik tentang ibu kamu. Seorang ibu gak akan pernah mungkin menceritakan keburukan anaknya. Faktanya Muren selingkuh dari Kris.”

Tidak.

Itu tidak mungkin.

Memang benar dirinya belum pernah bertemu dengan ibunya. Tapi ia yakin dengan sepenuh hati jika ibunya tak akan pernah sekalipun melakukan hal itu.

Mayra menggeleng gelengkan kepalanya. “ Gak. Gak mungkin Bunda kayak gitu. Kalian yang sok tahu!”

Kris menyela sebelum ada yang kembali berbicara, “Biar ayah certain semuanya Mayra. Ayo ikut ayah,” ucapnya sambi menarik tangan Mayra.

Tentu saja Mayra langsung menepisnya.

“Mayra Azzahra,” ucap ayahnya penuh penekanan.

Mayra balas memelototi Kris. Ia tidak takut pada pria jahanam yang satu ini.

Hasna tersenyum dalam diam, sepertinya ia harus menaburkan bumbu ke dalam pertengkaran ini. Dengan tenangnya ia berucap dengan nada yang dibuat-buat, “Ayah mau cerita kalau Ibu lo selingkuh yang berarti dia sama aja kayak lonte. Ayah gak enak cerita di depan kita—”

Prank

Mayra bukan hanya melempar isi di dalam gelas yang ia genggam, tapi bersama gelasnya—melemparnya ke wajah Hasna sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

Tepat mengenai wajahnya. Seketika wajah Hasna langsung dipenuhi dengan darah segar. Sepertinya kulitnya robek dan mungkin tulang hidungnya patah?

Gila.

Mayra memang gila. Tapi Hasna harus diberi pelajaran.

Tak butuh kata-kata untuk membalas anak gundik yang satu itu. Cukup dengan tindakan saja. Lihat saja dia sekarang, menangis berteriak-teriak kesakitan.

1
Curtis
Terharu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!