John adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan yang sukses dalam sejarah negara Rusia, Keeyara menikah dengan John karena perjodohan orang tua mereka. Pernikahan mereka hanya jadi bumerang bagi Keeyara, John sangat kasar kepada Keeyara dan dia sering menjadi pelampiasan amarahnya ketika John sedang kesal. John juga memiliki kekasih dan diam-diam menikahi kekasihnya itu, Arriel Dealova.
Istri kedua John seringkali cemburu kepada Keeyara karena ia memiliki julukan sebagai 'Bunga Lilac' karena memiliki wajah yang cantik yang selalu menarik perhatian para pemuda. Bulan demi bulan berlalu dan Keeyara mulai kehilangan emosi dan bahkan tidak merasakan apapun saat melihat John dan Arriel sedang menggendong bayi mereka di depan wajahnya. Hingga, beberapa deretan kejadian dan permasalahan membuat Keeyara mengalami kecelakaan yang sangat berat dan menyebabkan Keeyara meninggal dunia. Tetapi anehnya, dia kembali bangun pada tanggal 20 April 2022, tepat dihari pernikahan John bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakestrawby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Kai berpamitan kepada Ayahnya untuk pergi, berusaha keluar dari kerumunan orang-orang yang membuatnya sesak, serta para wartawan yang mengarahkan kamera kepada dirinya. Sebelum melangkah keluar dari gedung, dia melirik untuk terakhir kalinya kepada John, yang sedang berhadapan langsung dengan Ryan dan Dante.
Kai mendapati dirinya berjalan menelusuri taman yang sepi. Udara malam menyapa wajahnya, dan Kai pun menarik napas dalam-dalam, seolah baru saja menemukan oksigen. Dia berdiri di dekat pohon sambil memperhatikan sekeliling, merasakan kedamaian yang sudah lama ia dambakan.
Tak lama kemudian, tatapannya terpaku pada seorang wanita yang sedang memunggunginya. Dari punggungnya saja, Kai sudah tahu bahwa wanita itu adalah Keeyara. Namun, dia tidak berniat untuk menghampirinya; dia lebih memilih untuk memperhatikan wanita itu yang tengah menangis sambil memeluk lututnya sendiri dari kejauhan, memberikannya ruang.
Dia pikir wanita itu kuat, namun semua itu hanyalah topeng yang dikenakan Keeyara di depan orang lain. Nyatanya, hatinya hancur saat melihat suaminya menggandeng wanita lain di acara sosial yang seharusnya menjadi momen untuk mereka berdua.
Sementara itu, Keeyara terus menangis dalam diam, mengulurkan tangan untuk menutupi wajahnya, berusaha meredam suara isak tangisnya di kesunyian malam. Rasa sakit di hatinya begitu mendalam, seolah ditusuk ribuan jarum tajam. Dia pikir, dia bisa mengabaikan ini, tetapi rasa perih tetap menggerogotinya saat menyaksikan suaminya—yang seharusnya menjadi pendukungnya, menikah secara diam-diam dan mengkhianati pernikahan mereka.
Apa yang semakin menyakitkan adalah kenyataan bahwa pernikahan mereka tidak dimulai dengan cinta, melainkan perjodohan keluarga dan kesepakatan bisnis. Namun, demi Tuhan... Keeyara tidak bisa menyangkal bahwa ia telah mencintai John, meskipun ia selalu diperlakukan dengan tidak baik. Cinta itu membuatnya terjebak dalam dilema yang tak berujung; harapan dan kenyataan seolah berjalan berlawanan arah.
Dia pikir dia bisa menerima semua ini, memiliki suami yang kasar dan berselingkuh dengan dalih poligami. Dalam benaknya, ia meyakini bahwa ini adalah cara hidupnya untuk membayar karma atas kesalahan yang dilakukan Ayahnya kepada Ibunya. Keeyara merasa seolah ia terjebak dalam siklus yang tak berujung. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, ke malam yang mengubah segalanya. Saat itu, Keeyara baru pulang dari pekerjaan yang melelahkannya. Begitu membuka pintu, matanya langsung menangkap pemandangan yang menghancurkan hatinya—suaminya, John, tengah bercumbu dengan Ariel di sofa ruang tamu. Detik itu juga, hatinya remuk redam. Keeyara merasa seolah seluruh dunia runtuh di sekelilingnya, menyadari bahwa kepercayaan dan cinta yang ia berikan selama ini telah dikhianati. Malam itu menjadi titik terendah dalam hidupnya, saat ia menyadari bahwa pengkhianatan suaminya bukan sekadar luka, tetapi juga cermin dari kesalahan yang diwariskan oleh Ayahnya sendiri.
Tepat saat jam menunjukkan pukul sebelas malam, John dan Ariel memasuki rumah besar dengan langkah yang berat. John menyisir rambutnya dengan frustasi, masih terbebani oleh rasa malu setelah perlakuan yang diterimanya dari istrinya di hadapan rekan-rekannya. Ketika Ariel mendekatinya, John justru menghindar, hatinya dipenuhi kemarahan terhadap wanita itu yang seolah tak pernah mau mendengarkan sarannya.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu depan terbuka. Keeyara telah pulang. Dengan sikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa, ia melangkah masuk ke dalam rumah. Saat matanya menangkap sosok John dan Ariel di ruang tamu, dia hanya memberikan senyuman tipis, sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada, menandakan ketidakpeduliannya terhadap situasi tegang di hadapannya.
"Apa yang telah kau perbuat? kau mempermalukan ku malam ini!" bentak John.
"Benarkah? apa yang aku perbuat?"
"Keeyara, mungkin kau menganggap ku wanita jahat yang telah merusak-"
"Kau diam saja jalang, kau memang wanita seperti itu, tidak perlu repot-repot mendeskripsikan karaktermu yang murahan itu." potong Keeyara yang semakin membuat wanita itu kesal, ia menatap John dan berharap pria itu akan membelanya dari Keeyara, namun John hanya terdiam, mengatupkan rahangnya saat tatapan tajamnya terus tertuju kepada Keeyara.
Beberapa detik kemudian, John menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya lewat hidung, berusaha menahan emosinya agar tidak meledak. Dia tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan istri pertamanya. Dengan lembut, dia mengulurkan tangan untuk memegang bahu Keeyara, tetapi wanita itu dengan cepat menghindar.
"Maafkan aku karena tidak membahas masalah ini sebelumnya denganmu. Aku melakukan ini juga untukmu. Tidak tahukah kamu betapa frustasinya aku saat kau menolak untuk tidur denganku?"
Bajingan, pikir Keeyara. Sebuah panggilan yang tepat untuk John saat itu. Keeyara terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya. John yang melihat hal itu tampak tidak senang karena Keeyara tidak pernah menanggapi hal-hal yang di katakannya dengan serius.
"Ini bukan sesuatu yang harus kamu tertawakan, Ayahku selalu menuntut ku untuk memiliki seorang anak, tapi kamu bahkan tidak mau tidur denganku." dia berkata dengan ekspresi serius. Dia adalah bos yang baik yang dapat memerintah ratusan karyawan, tetapi dengan Keeyara berbeda, seorang wanita yang membuatnya kehilangan kesabaran berkali-kali.
"Kau tahu dua tipe manusia apa yang membuatku jijik?" tanya Keeyara, menatap Ariel dan juga John secara bergantian. Pria itu mengangkat sebelah alisnya, menunggunya untuk melanjutkan ucapannya.
"Pertama, manusia yang selingkuh dan kedua, manusia yang ingin di jadikan selingkuhan." lanjut Keeyara, membuat mata John melebar sempurna.
"Aku.. aku-"
"Aku sudah tahu rencanamu sejak awal, kau dengan Ariel telah berkencan sejak lama. Lagipula, tidak perlu menjelaskan sesuatu yang sudah jelas, itu akan membuang-buang energimu." potong Keeyara dengan cepat, tatapannya tertuju kepada Ariel, melihat sorot kebencian yang di pancarkan wanita itu kepadanya, namun Keeyara sama sekali tidak takut, malah hal itu semakin membuatnya geli.
Sorot mata itu selalu aku lihat setiap hari, tapi kali ini aku tidak akan tinggal diam, Ariel.
"Keeyara, kau-"
"Ariel... Aku sarankan padamu untuk berpikir dua kali sebelum melangkah lebih jauh. Ayah John pasti tidak akan setuju jika mengetahui latar belakangmu. Seorang penjaga toko roti yang bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Dan sekarang, kau rela menjual dirimu kepada pria brengsek sepertinya? Aku harus memanggil dirimu apa? Wanita jalang? Ah, banyak sekali orang sepertimu, dan sebutan itu pun sepertinya tidak akan membuatmu merasa malu." Keeyara dapat melihat bibir Ariel mulai bergetar, emosi di wajahnya tampak jelas. Ariel mengangkat tangannya ke udara, berniat untuk menampar Keeyara, tetapi Keeyara lebih cepat. Dengan satu gerakan, dia menampar wajah Ariel dengan cukup keras, menandai puncak ketegangan di antara mereka.
"Keeyara, cukup! Sesama wanita tidak boleh saling memukul!" lerai John, menarik Ariel ke belakang punggungnya.
Keeyara tertawa keras, menepuk-nepuk tangannya dengan jijik, seolah-olah dia baru saja memegang kotoran. "Kau salah besar, wanita sejati berbicara dengan tinjunya." jawabnya dengan santai lalu berjalan melewati mereka berdua, melangkah memasuki kamarnya.
"Dia benar-benar...." John memijat pangkal hidungnya, sudah mulai merasakan tanda-tanda sakit kepala yang mengancam akan menguasainya.
"Sayang," panggil Ariel sambil memegangi pipi kanannya yang kini memerah, John hanya mendesah pelan lalu menggeleng, pergi meninggalkan Ariel sendirian di ruang tamu.
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻