Saat istri lain mendengar suaminya akan menikah lagi, akan marah. Tetapi berbeda dengan Karina, dengan senang hati, ia menikahkan suaminya dengan wanita lain.
Terdengar mustahil, tapi ini terjadi didalam kehidupan seorang wanita yang bernama Karina.
"Katakan, siapa wanita yang akan kamu nikahi, mas. Aku akan menikahkan kalian."
Dengan tersenyum lebar, Karina menerima keputusan suaminya yang akan menikah lagi.
Sebenarnya, apa yang membuat Karina memutuskan itu? Ayok baca!
Instagram: Coretanluka65
FB: Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merampas harta Yusuf
"Kerja yang, benar!" bentak Yusuf.
"Kalo kamu terus-terusan ngomel, aku tidak akan bisa kerja dengan fokus," ujar Wati kesal.
"Banyak alasan, bilang saja tidak becus!" bentak Yusuf.
"Semakin hari, kamu semakin tidak punya etika, ya mas," kata Wati kesal.
"Memang, untung apa aku mempunyai rasa empati, denganmu!" jawab Yusuf.
"Aku ini masih istri sah kamu, mas!" ujar Wati.
"Diam! Lakukan pekerjaanmu!" pekik Yusuf.
Yusuf sengaja, dia memperkerjakan Wati dirumahnya, karena dia bisa kapan saja, membuat Wati menderita!
Dengan perasaan kesal, Wati melanjutkan pekerjaannya, karena Yusuf selalu menyuruh dirinya bekerja, tanpa istirahat.
"Wah, Karina membuka pesanku. Berarti dia masih ingat denganku," ucap Yusuf senang.
"Jangan terlalu percaya diri, kemungkinan, Karina cuman melihatnya. Tidak membalas pesanmu," ujar Wati,
"Mungkin, Karina membacanya dengan perasaan mual.."
"Karina tidak seperti dirimu, dia baik hati. Tidak kurang ajar," jawab Yusuf sinis.
"Mas, mas. Kamu berharap apa lagi dengan Karina, jangan sampai, kamu merendahkan dirimu, demi Karina," kata Wati.
"Diam jalang! Kau tidak dibutuhkan bersuara," bentak Yusuf.
"Sudah jelas, kalo Karina tidak mencintaimu, tetapi kau bersikeras membantah itu," ujar Wati.
"Plak"
Satu tamparan mendarat diwajah Wati.
"Karina mencintaiku, dia hanya emosi waktu itu," kata Yusuf,
Yusuf tidak bisa menerima, kalo semua surat yang ditulis Karina, memang benar adanya.
"Buka matamu, Yusuf. Kamu tidak sepenting itu bagi Karina!" teriak Wati.
Yusuf marah padam, dia mencekal leher Wati dengan sangat kuat, sehingga Wati kesulitan bernapas.
"Bersikaplah sopan santun! Meskipun tanpa keluargamu ajarkan," ucap Yusuf.
"Lepaskan, Yusuf!" pinta Wati.
Yusuf melepaskan tangannya dari leher Wati, dia hampir saja membunuh istrinya.
"Masuklah kedalam!" titah Yusuf.
Rasa amarah dan juga benci, sudah menguasai Wati, dia menghajar Yusuf dengan berbagai cara.
"Bruk"
"Tak"
Wati mengangkat kursi yang lumayan besar itu, lalu dia menghajar Yusuf tanpa ampun.
"Selama ini, aku sudah sabar menghadapi sikapmu, mas! Tapi kali ini tidak. Aku sudah tidak kuat lagi!" pekik Wati.
"Wati, lepaskan aku!" bentak Yusuf,
Yusuf sudah tidak berdaya, karena hantaman kursi dari belakang itu cukup kuat.
"Kamu pikir, aku akan menyerah gitu aja, hah! Setelah kau melakukan kekerasan kepadaku!" pekik Wati,
Amarah Wati sudah tidak bisa dia tahan, karena dia sudah cukup sabar, dengan sikap Yusuf.
Wati terus menghajar Yusuf, dengan sangat kuat, sampai Yusuf tidak berdaya.
"Apa dia mati," ucap Wati,
Tetapi, Wati tidak peduli, dia bergegas masuk kedalam kamar suaminya, guna akan membawa semua uang milik Yusuf, untuknya bertahan hidup diluar sana.
"Wah, uang dia banyak," ucap Wati tersenyum senang.
Wati tidak hanya membawa uang Yusuf, tetapi segala uang, perhiasan, dan juga sertifikat rumah Yusuf, dia bawa. Wati akan menggadaikan rumah Yusuf dengan harga yang mahal.
Setelah Wati mengemas semua barang-barangnya, Wati terburu-buru keluar dari kamar Yusuf, dia takut, kalo Yusuf akan bangun dari pingsannya..
Saat Wati keluar dari kamar Yusuf, Wati melihat, Yusuf sedang berusaha untuk berdiri.
Wati tersenyum menyeringai, dengan sigap. Dia menginjak punggung Yusuf.
"Bagaimana mas, sakit tidak?" ejek Wati.
"Wati, kau benar-benar biadab!" pekik Yusuf.
"Jangan marah-marah ah, nanti tenagamu habis," ejek Wati.
"Lepaskan tanganmu, jalang!" hardik Yusuf.
"Ah, maaf. Karena ini terakhir, aku menyentuhmu, mas," ucap Wati tersenyum.
"Pergilah dari sini, jalang! Jangan kembali lagi kesini," usir Yusuf.
"Tentu saja, karena kamu juga akan keluar dari rumah ini," jawab Wati tersenyum.
"Apa, maksudmu, Jalang!" teriak Yusuf.
"Sudah aku katakan, jangan teriak-teriak, nanti tenagamu habis," kata Wati,
"Aku pergi dulu, bye!"
Wati benar-benar meninggalkan rumah Yusuf, dengan perasaan yang bahagia, karena kepergiannya tidak sia-sia, dia membawa seluruh harta Yusuf.
"Menderitalah, kau mas!"
...
...
...
Sedangkan disisi Alana.
"Ethan, kenapa kau katakan, kalo aku adalah kekasihmu," ucap Alana kesal.
"Karena kamu memang akan menjadi istriku, kamu lupa dengan perjanjian kita?" ujar Ethan.
"Aku tidak lupa, tetapi ini terburu-buru. Bukannya kamu memberikan aku kesempatan untuk berfikir, tapi kau memutuskan begitu saja," kata Alana.
"Kamu berfikir terlalu lama, makanya saya putuskan lebih dulu," jawab Ethan.
"Bagaimana kalo keluargamu, tahu yang sebenarnya. Mereka akan sedih," ucap Alana.
"Kenapa harus sedih? Kita jelas akan menikah," ujar Ethan.
"Ethan!" kesal Alana.
Ethan hanya tersenyum, Ethan ingin sekali mengatakan kalo perjuangannya untuk mendapat restu kakeknya sangat berat.
"Disini saja, aku tidak mau mereka tahu, kalo aku diantar sama kamu," ucap Alana.
"Tapi ini terlalu jauh, nanti kamu kenapa-kenapa," ujar Ethan.
"Sebelum bertemu denganmu, aku sudah biasa jalan kaki, atau membawa sepedaku, jadi ini tidak akan membahayakanku," jawab Alana.
"Saya antarkan," kekeh Ethan.
"Untuk kali, tolong kabulkan permintaan aku, lagian aku tidak meminta apapun, dan aku tidak akan kabur," ucap Alana,
"Plis Ethan, aku tidak mau, teman kerjaku mengetahui tentangmu, pasti aku akan mendapatkan tatapan tidak enak dari mereka."
"Kesalahanmu itu, selalu memikirkan pandangan orang lain, kita hidup harus masing-masing, siapa tahu, orang lain tidak memperhatikan kita," ucap Ethan.
"Ya, apapun itu. Aku mau berjalan dari sini," kata Alana.
"Tidak, akan saya antarkan sampai depan resto!" kekeh Ethan.
"Kalo kamu tidak mau menurunkan aku disini, aku tidak mau bicara denganmu, selamanya," ucap Alana kesal.
Ethan tidak menghiraukan ancaman Alana, karena menurut Ethan, membiarkan Alana pergi sendiri cukup bahaya, bagi keselamatannya.
"Sudah sampai, ayok turun," titah Ethan.
Tanpa menjawab apapun, Alana langsung turun dari mobil Ethan, dia dibuat kesal dengan Ethan.
Alana masuk kedalam resto, kini dia sudah masuk kerja lagi, setelah Alana sakit.
"Alana, bagaimana kabarmu?" tanya Jesicca.
"Aku sudah sehat, Jes," jawab Alana tersenyum.
"Syukurlah, aku sangat mencemaskanmu," ucap Jesicca.
Alana tersenyum, "tumben sudah sampai?" tanya Alana.
"Setelah kamu mengambil cuti, aku yang menggantikan pekerjaanmu," ucap Jesicca.
"Maaf merepotkanmu," kata Alana.
"Tidak juga, karena aku mendapatkan bayaran lebih," jawab Jesicca.
"Ah kau," ujar Alana menggelengkan kepala.
"Yang mengantarkanmu tadi, siapa?" tanya Jesicca penasaran.
"Bukan siapa-siapa, hanya orang asing," jawab Alana tersenyum.
Jesicca hanya mengangguk, dia faham, mungkin Alana belum siap cerita dengannya.
"Alana, kamu sudah bisa masuk kerja?" sahut Amir.
"Sudah tuan, karena kondisi saya sudah cukup membaik," jawab Alana.
"Oh syukurlah, saya senang," ujar Amir.
"Terima kasih tuan, sudah mengerti dengan kondisi saya, dan tidak mencari pengganti saya," ucap Alana.
"Ya, karena cara kerjamu sangat memuaskan, saya tidak akan melepaskan pekerja seperti kamu," kata Amir.
Alana hanya tersenyum, dia senang karena kerjanya sangat disukai oleh majikannya.
"Terima kasih, tuan," ucap Alana.
"Sama-sama."
"Ada hal yang perlu kita bicarakan, ikut saya keruangan saya," ajak Amir.
Alana mengangguk..
***
Maaff yaa Jessica 😂🙏🙏🙏