karna dalam pengaruh obat, membuat Ameena terpaksa menghabiskan malam dengan pria asing yang tidak dikenalnya.
Pria itu adalah Satria Wijaya, seorang kurir paket yang kebetulan akan mengantarkan barang ke hotel tempat Ameena menginap.
Kehidupan Ameena setelah malam itu berubah 180 derajat. Ameena terpaksa menikah dengan Satria karna telah tumbuh kehidupan baru dalam rahimnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? ikuti terus kisah Ameena dan Satria ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terasa Mual
Satu bulan kemudian...
Ameena tetap menjalani hidupnya seperti biasa, Seolah malam kelam itu tidak pernah terjadi dalam hidupnya.
Setiap harinya, putri bungsu keluarga Bagaskara itu disibukkan dengan berbagai kegiatan sebagai aktifis HAM, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan wanita dan anak-anak.
Tapi hari itu terasa berbeda. Ameena yang biasanya selalu percaya diri dan tidak pernah takut pada apapun, tiba-tiba merasakan kekhawatiran yang sulit untuk dijelaskan.
"Kenapa Nha?" tanya Dera yang menyadari ada perubahan air muka di wajah sang sahabat.
"Sepertinya aku harus pulang cepat hari ini. Aku merasa kurang enak badan." beritahu Ameena pada Dera.
"Ya sudah kau pulang saja. Wajahmu juga terlihat pucat. Serahkan saja kasus ini pada kami." ucap Dera.
"Maafkan aku Der, andai aku tidak merusak bukti foto dan rekaman CCTV di ruangan kepala sekolah Cahaya. Pasti kalian tidak harus bekerja sekeras ini." sesal Ameena.
"Pasti kurir itu yang sudah merusak foto dan rekaman CCTV ini sebelum menyerahkannya padaku. Kalau aku bertemu dengan dia lagi, aku tidak akan mengampuni dia!" ucap Ameena dengan tangan terkepal erat.
"Kurir?" beo Dera dengan wajah bingungnya.
"Apa malam itu kau bertemu dengan kurir pengantar paket itu? Bukannya kau bilang kalian tidak sempat bertemu. Kurir itu meletakan paketnya di depan pintu kamar hotelmu, setelah itu dia pergi begitu saja tanpa kalian sempat bertemu." Dera mengulangi kata-kata yang sempat Ameena katakan padanya.
Ameena terdiam. Untuk sesaat ia merasa bingung, haruskah Ameena mengatakan kejadian yang sebenarnya terjadi pada Dera? Atau tetap menyimpan rahasia ini sendirian?
"Ameena?" Suara panggilan Dera membuyarkan lamunan wanita berambut panjang itu.
"Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku kan? Apa malam itu terjadi sesuatu antara kau dan kurir tersebut?" tanya Dera penasaran.
"Ah tidak kok. Kami memang tidak sempat bertemu. Maksudku, andai aku menjaga paket itu dengan baik. Mungkin paketnya tidak akan rusak." kilah Ameena sebelum Dera semakin curiga. Ameena belum siap membagi rahasia kelamnya pada siapapun, termasuk Dera.
"Sudahlah Ameena, ini bukan salahmu. Aku yakin kau tidak sengaja melakukannya." Dera mencoba menenangkan sang sahabat.
"Terima kasih Der." ucap Ameena lirih.
"Tapi kita tidak boleh menyerah, kita harus bisa mendapatkan bukti lain. Agar kita bisa segera menjebloskan kepala sekolah biadab itu ke dalam penjara. Sebelum pria itu di penjara, anak-anak berkebutuhan khusus yang sekolah di sana tidak akan bisa belajar dengan tenang. Aku yakin korbannya bukan hanya satu dan akan ada korban lain lagi selama pria itu masih hidup bebas." ujar Ameena.
"Hem, kau benar. Selama kita bekerja sama, aku yakin tidak akan ada satu penjahat pun yang bisa lolos dari hukuman." balas Dera.
***
Usai berpamitan pada Dera serta rekannya yang lain. Bergegas Ameena meninggalkan kantor HAM karna sakit kepalanya semakin menjadi.
"Tunggu!"
Teriak Ameena saat pintu lift hampir saja tertutup.
Melihat Ameena akan masuk ke dalam lift, seorang pria di dalam lift tersebut menahan pintu lift agar Ameena bisa masuk.
"Terima kasih." ucap Ameena seraya menatap wajah pria yang telah menahan pintu lift untuknya hingga Ameena bisa ikut naik ke dalam lift.
"Kau!" wajah ramah Ameena berubah menjadi masam kala menyadari kalau pria yang menjadi lawan bicaranya adalah kurir yang pernah menjadi partner ranjangnya.
"Oe!"
Ameena tiba-tiba merasa mual saat melihat wajah pria tersebut.
"Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu dengan cemas.
"Jangan sentuh aku!" tepis Ameena saat pria itu akan menyentuh dirinya.
"Dasar wanita angkuh! Dengan disentuh olehku tidak akan membuatmu tertular jadi miskin!" pria itu merasa tersinggung dengan sikap Ameena.
"Aku tidak bermaksud begitu. Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba merasa mual saat melihat wajahmu." kilah Ameena.
"Terserah apa katamu saja!" sinis pria itu.
"Kau membuntuti aku ya?!" tuduh Ameena tanpa basa-basi.
"Cih, memangnya kau sepenting itu sampai harus aku buntuti segala?!" balas pria itu dengan ketus.
"Sudah tertangkap basah mengikuti aku, tapi masih berani mengelak. Kalau bukan membuntuti, kenapa seorang kurir sepertimu bisa ada di dalam gedung ini? Tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam gedung ini tahu!' cecar Ameena.
"Lihat ini! Aku datang ke sini untuk mengantar paket!" pria itu menunjukan bukti tanda terima paket dari pelanggannya pada Ameena.
"Oh!" respon Ameena tanpa rasa bersalah.
"Oe!" Ameena kembali merasa mual saat tanpa sengaja kembali melihat wajah pria tersebut.
"Ck, apa aku sebegitu menjijikannya di matamu? Sampai-sampai kau akan merasa mual tiap melihat wajahku?" tanya pria itu dengan sinis.
"Gak kok, aku gak bermaksud begitu." kilah Ameena lagi.
"Atau jangan-jangan..." pria itu menggantung ucapannya di udara.
"Jangan-jangan apa?" tanya Ameena penasaran.
"Istri dari temanku selalu merasa mual ketika melihat wajah suaminya saat sedang hamil. Jangan-jangan kau sedang hamil juga?" tebak pria itu.
"Tidak mungkin! Kau jangan bicara sembarangan ya!" kesal Ameena.
"Ikut aku!" pria itu menarik lengan Ameena setelah pintu lift terbuka.
"Eh, kau mau membawa aku kemana? Aku ini orang penting tahu! Kau akan mendapat masalah besar jika berani macam-macam denganku!" peringati Ameena.
Tuing!
Ameena baru berhenti bicara saat pria itu menyentil bibirnya.
"Kita akan periksa ke dokter kandungan, dengan begitu kita akan tahu kau sedang hamil atau tidak?" beritahu pria itu.
Bersambung